Udara pagi hari yang begitu sangat sejuk, rintikan embun yang jatuh kebumi, membasahi dedaunan sehingga membentuk bintikan-bintikan oval yang terlihat sangat indah.
Matahari yang kian kini mulai muncul, memberikan sapaan hangat kembali, terasa masuk kedalam jiwa.
Tok...tok....tok..... terdengar suara orang mengetuk pintu.
"Hanifah, bangun....." Ucap lembut Ibundanya Hanifah."
"Iya Bu, Hanifah sudah bangun dari tadi juga." Jawab Hanifah.
"Oiyaaa, segera sarapan Nak, nanti sehabis sarapan temui Ibu Sama Ayah di ruang tengah rumah ya." Ucap Ibu Hanifah.
"Iya Baik Bu." Jawab Hanifah, sambil beranjak melangkahkan kakinya untuk sarapan.
Seraya iapun sambil berkata didalam hatinya, karena merasa sedikit aneh."Ada apa ya, Ibu sama Ayah, serasa ada yang sedikit aneh, tiba-tiba menyuruhku menemuinya di ruang tengah rumah, pasti ada hal yang begitu penting, biasanya." Ucap Hanifah didalam hatinya.
Tidak dipikirkan begitu lama, segera Hanifahpun pergi ke dapur untuk mentantap sarapan pagi yang sudah dihidangkan oleh Ibunda tercintanya.
Keelokan dan kecantikkan Ibundanya yang begitu tidak luntur, serta ramah tamah sifatnya yang keduanya menurun kepada Hanifah putrinya.Pagi yang begitu sangat cerah, langit yang terlihat sangat biru, serta awan yang berjajar rapih berdempetan, sedikit menyejukan jiwa dan raga para penduduk bumi, khususnya penduduk Desa Katuncar.
Bersamaan dengan itu, secangkir teh hangat yang tertuang dan tergeletak diatas permukaan meja teras rumah, setia menemani seorang pemuda yang bernama Dimas.
Pagi ini Dimas asyik membaca buku dan mempelajarinya, buku yang berjudul Alhikam, buku karangan Syekh Ibn Athaillah Ra. Buku yang membahas tentang perjalanan manusia untuk membersihkan hatinya dan menuju kepada Sang Pencipta.
"Dim, lagi apa hehe." Ucap Pak Ismail sambil menepuk pundak Dimas.
"Hehe, Dimas lagi baca-baca buku Alhikam Pak Ismail hehe." Jawab Dimas sambil menoleh kearah Pak Ismail yang terduduk disamping Dimas.
"Hehehe, bagus Dim, itu buku kunci sukses dunia akhirat, kalau setiap orang mampu faham dan mengamalkannya." Ucap Pak Ismail.
"Oooh, iya Pak, mudah-mudahan Dimas bisa hehe, "
"Iyaa Aamiin, hehe."
"Hehehe. Oiya Pak Ismail, isi dari buku Alhikam ini sangat luar biasa dan indah, bait-bait serta kalimatnya yang begitu sangat dalam, aku, jadi semakin penasaran dengan buku ini, baru 3 hikmah yang aku baca saja, sudah membuat akal pikiranku menjadi lebih terbuka dan jernih." Ucap Dimas sambil menoleh kearah Pak Ismail.
"Hehehe, bener Dim, karena buku Alhikam itu, mendalami tentang sebuah perjalanan seorang suluk, untuk menemukan kebenaran yang sejati." Ucap Pak Ismail dengan serius.
"Oooohh, begitu ya Pak, suluk itu apa Pak Ismail?" Tanya Dimas dengan sedikit keheranan, karena baru mendengar istilah kata suluk.
"Suluk itu adalah seseorang yang melakukan perjalanan menuju Tuhan." Ucap Pak Ismail.
"Ooooh begitu ya Pak Ismail." Ucap Dimas sambil menganggukan kepalanya berkali-kali dengan cara perlahan.Dalam hati dan pikirannya, Dimas masih belum faham tentang suluk, dan seperti apa seseorang yang melakukan perjalanan menuju Tuhan itu.
"Jadi caranya bagaimana Pak Ismail ?" Tanya Dimas yang masih sedikit kurang faham.
"Cara apa Dim.?"
"Iya, cara bersuluk, melakukan perjalanan menuju Tuhan itu bagaimana, Dimas, masih belum memahaminya." Ucap Dimas dengan serius, karena sangat ingin mengetahui tentang perjalanan menuju Tuhan.
"Ooohhh, Pak Ismail juga kurang memahami, Pak Ismail hanya tau definisi saja Dimas, hehehe." Ucap Pak Ismail.
"Hmmm, begitu ya Pak Ismail." Ucap Dimas dengan sedikit murung terlihat dari sisi raut wajahnya.Bersamaan dengan itu, Hanifah yang yang juga sedang asyik berbincang dengan kedua Orang tuanya di tengah rumahnya.
"Bu, Pak, ada apa manggil Hanifah ke ruang tengah rumah, tumben." Ucap Hanifah sambil berjalan kearah ruang tengah rumah untuk menemui Ibu dan Bapaknya.
"Ada perihal yang harus Ibu sama Bapak obrolin sama kamu, sini, kamu duduk dulu." Ucap Ibu Hanifah.
"Hmmm, perihal apa memangnya?" Tanya Hanifah yang merasa keheranan.
"Begini Hanifah, putriku yang cantik dan baik hati hehe." Ucap Bapak Hanifah sambil mengelus-ngelus kepalanya Hanifah.
"Iya apa Pak." Ucap Hanifah dengan sedikit merasa kesal.
"Hehehe, kamu kesel ya hehe." Ucap Bapaknya."
"Begini, Ibu sama Bapak mau pindah rumah, karena kan sebentar lagi, masa jabatan bapak habis, jadi Ibu sama Bapak berencana untuk pindah ke kota, disana ada rumah yang bagus dan megah pula, peninggalan Nenek kan Kakek, sayang kalau tidak di tempati." Ucap Ibunya yang terlihat ramah.Hanifah hanya terdiam membisu, karena merasa bingung pula, jukalau pindah rumah.
Terlebih Desa ini sudah menjadikannya tentram dan nyaman, pesona Desa yang begitu sangat asri, serta indah.Terus karena Hanifah sekarang sudah memiliki seorang pasangan yang benar-benar mencintainya, tulus serta kasih sayang yang begitu sangat terasa didalam jiwanya.
Membuat Hanifah semakin bingung karenanya."Gimana? Ko kamu diem?" Tanya Ibunya.
"Hmmmmm." Hanifah sedikit merasa tidak suka akan hal ini, lalu iapun pergi beranjak melangkahkan kakinya dan masuk kekamar, serta mengunci rapat-rapat pintu kamarnya.Hanifah merasa tidak ingin untuk pindah rumah, karena di Desa ini Hanifah sudah merasa sangat nyaman, terlebih Hanifah tidak ingin pula untuk berpisah dengan kekasihnya Dimas.
Udara sejuk yang kini mulai sudah menghilang perlahan, matahari yang kian kini sudah bergeser, berada dititik tengah bumi.
"Oiya Dim, Pak Ismail mau nyuruh kamu." Ucap Pak Ismail.
"Nyuruh apa Pak ?"
"Pasti kamu juga mau, hehehe." Ucap Pak Ismail sambil bercanda.
"Emangnya mau nyuruh apa Pak, aku pasti selalu mau ko, apapun itu, jika Pak Ismail yang menyuruhnya, hehehe." Ucap Dimas.
"Tolong anterin pekarang kerumah Pak Kades, kemaren Pak Ismail pinjem, hehe lupa ngebalikin, sudah tua sering lupa hehehe." Ucap Pak Ismail, terdengar dengan sangat lembut dan ramah oleh Dimas.Tanpa rasa ragu dan segera bersiap untuk bergegas.
"Siap Pak Ismail, laksanakan!" Ucap Dimas sambil berdiri dan memberi sebuah hormat kepada Pak Ismail.
"Hahaha, tuh kan pasti kamu mau dan semangat hahaha," ucap Pak Ismail sambil tertawa melihat kelakuan Dimas yang agresip dan sigap.Dimaspun segera bersiap-siap untuk segera pergi melangkahkan kakinya kerumah Pak Kades, alias rumah kekasihnya Hanifah.
Sebuah kesempatan yang begitu sangat bagus untuk Dimas, karena dengan ini Dimas bisa bertemu Hanifah, hati dan perasaannya berharap sangat begitu banyak.
"Semoga saja Orang yang membukakan pintu gerbang ketika ku tekan tombol bel rumahnya adalah Hanifah." Berkata didalam hatinya, sambil tersenyum-senyum tanpa henti, karena bayangan serta imajinasi akan harapan yang begitu sangat begitu tinggi.
Sudah siap dengan pekarang yang dibawanya, Dimaspun segera berpamitan kepada Pak Ismail, dan iapun segera bergegas untuk pergi menuju rumah Pak Kades, wajah yang bahagia terlukis begitu sangat rapih, terukir diwajahnya tanpa ada arsiran yang terputus.
**********
![](https://img.wattpad.com/cover/254985925-288-k628383.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kupu-Kupu
General FictionUntuk Hanifah. Tercipta sebuah ukiran Yang bersumber dari Tuhan Lekukan serta arsiran Tampak dari sebuah pancaran Yang memberikan keindahan Pesonanya........ Beragam memberikan penghayatan Kepada siapapun yang memandangnya Membawa kerelung ima...