Chapter 23

14 8 0
                                    

Satu minggu telah berlalu, hari ini adalah hari yang paling spesial bagi Dimas, karena ia akan berkencan menikmati suasana sore hari bersama Hanifah, perempuan idamannya.

Sore yang begitu indah, langit yang terlihat sangat cerah, warna biru yang sedikit terkontaminasi cahaya sinar senja, membuat suasana sore hari ini sangat tentram.

Dimas merasa sangat bahagia karena cuaca hari ini sangat mendukungnya untuk berkencan bersama Hanifah, bersamaan dengan itu, Hanifah yang merasakan hal yang sama seperti Dimas, segera bersiap-siap untuk berkencan bersama Dimas.

Tepat di pukul 16.00 Dimas segera bersiap-siap untuk menjemput Hanifah kedepan pintu gerbang rumahnya.
"Buku, pena, sudah siap, hey sepeda ontelku, kamu siapkan untuk mengantarku dan bermain bersamaku, terus, bermain bersama perempuan tercantik seabad ini." Ucap Dimas yang terlihat sangat bahagia sambil mengelus-elus sepeda ontel tua miliknya.

Bersamaan dengan itu, Hanifah yang sudah dandan rapih dan terlihat begitu sangat cantik sudah menunggu didepan pintu gerbang rumahnya.
Melihat kearah kiri dan kanan jalan, menanti seorang lelaki yang bernama Dimas datang menjemputnya.

Dimaspun segera menaiki sepedah ontel tua miliknya, serta mengayuh  sepedahnya untuk menjemput Hanifah.
Hati dan perasaan Dimas yang sudah menggebu-gebu ingin segera sampai dan menemui Hanifah, rasa rindu yang sebentar lagi terobati.

"Waah, masyaAllah, cantiknya kau Hanifah." Ucap Dimas sambil mengayuh sepedanya.
Melihat keindahan serta kecantikan Hanufah dari jarak 100 meter, Dimaspun mempercepat laju sepedahnya karena ingin segera sampai kehadapan Hanifah.

Sesampainya dihadapan Hanifah, Dimas tak henti memandang kecantikan serta keelokan wajah Hanifah.
"Cantik sekali Hanifah, hati dan perasaanku semakin tumbuh dan berkembang kepada hatimu." Ucap Dimas didalam hatinya.

Hanifah yang melihat Dimas sedikit keheranan, karena tatapan Dimas yang begitu sangat aneh, tatapan yang tak henti, mata yang tidak satu kalipun berkedip.

"Dimas kenapa, ada yang aneh ya?" Tanya Hanifah, sambil melambaykan tangannya kearah kiri dan kanan tepat 30 cm didepan wajah Dimas.
"Eu,eu, enggak ko, hehe." Jawab Dimas dengan sedikit kaku dan kaget.
"Hari ini kamu." Ucap Dimas yang langsung dipotong oleh Hanifah
"Kamu apa, hayooo?" Tanya Hanifah.
"Enggak kenapa kenapa hehe, nanti saja aku kasih tau, sambil baik sepeda ta, hehe, sekarang Hanifah naik dulu ya." Ucap Dimas sambil tersenyum menatap wajah Hanifah.
"Iya deh." Jawab Hanifah sambil naik sepedah.
"Sudah naik kah Hanifah?" Tanya Dimas.
"Iya sudah ko, hehe." Jawab Hanifah.
"Bismillahirrahmaanirrahiim." Ucap Dimas dan Hanifah berbarengan.

Dimaspun mulai mengayuh sepeda ontelnya bersama Hanifah yang diboncengnya dibelakang.
Sore hari yang begitu sangat indah, angin yang berhembus lembut, membuat rambut panjang nan indah Hanifah begelombang terhembus angin.

Dimas yang kini merasa sangat bahagia, hati dan perasaannya yang semakin bergejolak tumbuh, cinta yang kian kini muncul membuat sore hari ini menjadi lebih berwarna.

Panorama yang begitu menakjubkan, terlukis disepanjang jalan yang dilalui Dimas dan Hanifah, sebelah kiri terlihat nampak pantai yang bersih serta lautan yang begitu sangat luasnya, disebelah kanannya terlihat nampak padang sapana yang indah, tumbuh ribuan bahkan jutaan ilalang disepanjang jalan.

"Awan, hari ini kamu jangan cemburu ya hehe." Ucap Dimas sambil mengayuh sepedahnya.
Hanifah tersenyum mendengar omongan Dimas yang sedikit terdengar aneh.
"Hehehe, emangnya awan cemburu sama siapa Dimas hehe?" Tanya Hanifah.
"Hahaha, cemburu sama 2 insan yang sedang menikmati suasana sore ini sambil menaiki sepeda ontel tua." Jawab Dimas sambil menoleh kearah Hanifah dan tersenyum.
"Hehehe, dasar, emangnya kalau awan cemburu sama mereka berdua, dia akan marah?" Tanya Hanifah
"Iya pasti marah terus nurunin hujan hehehe." Jawab Dimas sambil tersenyum.
"Hehehehe, bisa aja hehe, dasar." Ucap Hanifah sambil tersenyum.

Dimas dan Hanifah pun masih asyik menikmati sore hari yang sangat indah dan menawan ini.
Hanifah yang kini kian mulai merasakan kenyamanan serta ketentraman didalam hatinya, karena sejak dari awal kenal dengan Dimas, Hanifah merasakan hal yang sangat berbeda.

"Sore ini adalah sore yang indah, selain panorama keindahan alam yang dihiasi sinar senja, aku bisa menemukan seseorang yang baik dan perhatian sekali sama aku, aku berharap dia adalah lelaki sejati." Ucap Hanifah didalam hatinya.

Kayuhan sepeda yang sedikit menjadi pelan, Dimas merasa ada hal berbeda dengan Hanifah yang hanya terdiam, ia merasa takut Hanifah tidak senang dengan jalan-jalan disore hari ini.

Padahal sebenarnya, Hanifah terdiam karena memikirkan Dimas, dan merasakan kenyamanan serta ketentraman didalam hatinya saat dekat dengan Dimas.

"Dim, kenapa kayuhan sepedanya memelan, kamu, cape?" Tanya Hanifah.
"Oooh, enggak ko hehe, aku merasa kamu tadi diem terus, kirain aku takut dibawa jalan kencang-kencang, hehe ." Jawab Dimas.
"Hmmm, kirain cape," ucap Hanifah.
"Emang kalau aku cape, kamu mau gantiin mengayuh sepedanya? Hehehe." Ucap Dimas sambil tersenyum.
"Iya mau." Ucap Hanifah berbisik ketelinga kiri Dimas.
"Hahaha, beneran? eh kenapa mesti berbisik hehehe." Tanya Dimas.
"Berbisik supaya awan enggak denger, kalau denger nanti cemburu, terus nurunin air hujan, hehehe." Jawab Hanifah dengan tersenyum.
"Hehehe, iya juga, hehe nanti kita kebasahan." Ucap Dimas dengan nada yang begitu terdengar sangat bahagia, karena ada sedikit sinyal respon dari Hanifah, perempuan yang kian kini mampu membuka gembok hatinya yang terkunci didalam kesedihan, perempuan yang mampu membuatnya melupakan semua luka dan pilunya.

Dimas dan Hanifah pun berhenti pas lurus dengan pohon besar yang indah dan rindang di dekat pesisir pantai.

"Hanifah?"
"Iya...."
"Coba lihat pohon yang didekat pesisir itu." Ucap Dimas sambil menunjuk pohon yang ada dipesisir pantai.
"Iya, emangnya kenapa?"
"Gimana kalau kita kesana, duduk disana menikmati senja sore hari ini dibawah pohon itu." Ucap Dimas.
"Iya, ayo kita kesana." Ucap Hanifah sambil melirik kearah Dimas.

Dimas merasakan debaran jantung yang begitu sangat kencang, karena hati dan perasaan yang masih tidak menyangka akan berjumpa dengan sosok perempuan yang cantik nan indah, serta suci hatinya, dan baik budi pekerkinya.

"Berdebar jantungku, hati serta perasaanku yang kini mulai tak terbendung lagi, ingin aku ungkapkan semua tentang perasaanku kepadanya." Ucap Dimas didalam hatinya, sambil berjalan bersama Hanifah kearah pohon besar yang ada didekat pesisir pantai.

Pandangan mata Dimas yang tak henti mencuri- curi padangan melihat indah wajahnya Hanifah, gemulai rambut panjangnya yang indah tertebas angin, menambah keindahan serta keelokannya semakin terlihat nampak sangat sempurna.

Tersorot sinar senja yang membuat warna rambutnya sedikit kecoklatan, Sambil berjalan, Dimas masih setia akan pandangannya kepada Hanifah.
Tak henti ia memandangnya, seakan akan ia terhiptonis akan kecantikan Hanifah, sehingga memaksanya untuk mengungkapkan semua tentang perasaannya kepada Hanifah, tetapi rasa ragu dan malu yang masih kuat menahan gejolak asmaranya, yang kian kini sudah tidak bisa tertahan lagi.

                         **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang