Chapter 16

12 6 0
                                    

Toktoktok suara pintu diketuk oleh Dimas.
"Assalamu'alaikum Pak Ismail, Dimas pulang."
"Wa'alaikumussalam, oiyaa.
Pak Ismailpun langsung beranjak dan membuka pintu rumahnya.
"Pak maaf hehe kemalaman," ucap Dimas dengan sedikit rasa malu.
"Aduuh, bikin khawatir saja, Ayo masuk Dim, itu segera makan malam tuh, Pak Ismail sudah duluan tadi makannya, kamu segera makan ya."
"Iya Pak siap, Dimas bersih-bersih dulu dan Sembahyang.
"Oiyaa Dim, sehabis itu langsung saja makan ya, kedapur saja hehe."
"Iya Pak Ismail siap."
Dimaspun masuk dan bersih-bersih terus Sembahyang.
Sehabis selesai Dimaspun segera kedapur dan langsung makan, diingatan dan pikirannya masih terbayang seorang perempuan yang papasan tadi, kecantikannya membuat Dimas terpesona seketika.
"Siapa, tadi ya, cantik sekali." Ucap Dimas yang sambil mengunyah makanannya, tak lama kemudian Dimas segera menghabiskan makanannya, dan mencuci semua cucian yang ada di tempat cucian.
Disisi lain Pak Ismail yang menunggu Dimas di teras depan rumah, mencoba menuliskan sebuah puisi dimalam hari yang indah penuh dengan bintang dan tersoroti sinar cahaya bulan yang terang benderang. Tak lama kemudian Dimaspun selesai mencuci semua perabotan rumah, dan segera menemui Pak Ismail di depan teras rumah, dengan membawa 2 cangkir kopi hangat di tangan kanan dan kirinya.
"Pak Ismail, ini Dimas seduhin kopi hehe."
"Waaah Dimas, mantap hehe makasih Dim, ayo duduk disini." Ucap Pak Ismail dengan bahagia dan tersenyum.
"Hehe, iya Pak, Pak ismail sedang apa?" Tanya Dimas karena melihat Pak Ismail sedang memegang buku dan pena.
"Hehehe, Pak Ismail sedang mencoba membuat puisi hehe, abis malam hari ini indah sekali hehe."
"Wiiih hebat hehe.." Ucap Dimas dengan ternyum melihat kearah Pak Ismail.
"Dim, gimana tadi ngarang puisinya lancar?"
"Hmmm, lancar Pak, ini Pak coba tilai sama Pak Ismail, tolong koreksi juga ya Pak." Jawab Dimas sambil memberikan buku yang telah tertulis puisi di halaman pertama lembaran buku itu.
"Oohh, coba mana Pak Ismail pengen baca hehe"
Pak Ismailpun membaca puisi yang ditulis oleh Dimas dengan sangat pengkhayatan yang luar biasa.
"Keren ini Dimas, luarbiasa, naah ini kamu sudah bisa, tinggal terus diasah dan belajar dengan rajin hehe."
"Waaah Pak Ismail bisa saja."
"Yeeeh ini mah, serius ini bagus, kalimatnya indah dan makna dalamnya luas serta indah."
"Iiiya Pak hehe, haduh Dimas jadi makin semangat."
"Iya dong harus semangat, Dimas yang rajin dan asah terus, kumpulkan semua puisinya, suatu hari nanti kirim kepenerbit dan terbitkan, agar bisa dibaca banyak orang hehe, nanti Pak Ismail kasih tau, pokoknya sekarang mah terus saja mengarang.."
"Iya siap baik Pak Ismail."
"Oiyaa Dim, Pak Ismail mau tidur dulu ya, maaf ya ditinggal hehe" Ucap Pak Ismail.
"Oiyaa Pak, silahkan hehe, Dimas mau mengarang puisi lagi hehe, pengen terus belajar hehe biar cepat menjadi hebat kaya Ayah dan Pak Ismail hehe."
"Iyaa, semangat hehe."

Pak Ismailpun beranjak dari tempat duduknya masuk kedalam untuk segera istirahat dan tidur. Berbeda dengan Dimas yang masih asyik bersantai di kursi teras rumah.
Ingatannya kembali lagi kepada sosok seorang perempuan yang dilihatnya tadi, sehingga Dimas berpikir untuk membuatkan sebuah puisi untuk perempuan itu, dan berharap esok akan berjumpa dan akan memberi selembar puisi karangannnya khusus teruntuk sang perempuan cantik nan indah itu.
"Daripada aku hanya melamunkan dia, mendingan aku coba mengarang puisi yang bertujuan untuk dia, siapa tau besok bisa berjumpa kembali, dan aku akan kasih puisi ini untuknya hehe." Ucap Dimas dengan tersenyum senyum sendiri, karena merasa ada yang terbuka didalam perasaannya, dengan sebuah harapan bisa bertemu dengan perempuan itu, dan berkhayal bisa kenal dan berbagi asmara  dengan sosok perempuan itu. Dimaspun kembali membuka bukunya dan mulai mengambil penanya untuk segera menuliskan sebuah puisinya.

Tercipta sebuah ukiran
Yang bersumber dari Tuhan
Lekukan serta arsiran
Tampak dari sebuah pancaran
Yang memberikan keindahan
Pesonanya........
Beragam memberikan penghayatan
Kepada siapapun yang memandangnya
Membawa kerelung imajinasi
Bayangan serta jiwanya yang indah
Hati yang terlukis suci serta lembut adanya
Dialah senja bagi para penikmatnya
Atau........
Hujan yang datang tepat pada waktunya
Keelokan serta keindahan dari Tuhan
Tersambung serta masuk kedalam jiwanya
Mengikuti aliran darahnya
Serta mengalir disetiap inci tubuhnya
Dialah.........wanita ter-indah....

"Sudah saja deh, sedikit saja deh, mudah-mudahan besok saya bisa bertemu lagi di pesisir pantai pasir putih, saya akan kasih dia hadiah selembar puisi ini." Ucap Dimas dengan tersenyum bahagia dan menyimpan sebuah harapan yang semoga tersemogakan di hari esok.
Malampun tampak semakin larut, gemerlap bintang-bintang diangkasa yang sudah hilang tertutupi awan, serta udara yang sangat dingin mulai terasa, Dimas yang sudah sedikit merasa kantukpun memgakhiri malamnya dan segera beranjak masuk kedalam rumah untuk istirahat dan tidur.
Dimas yang sudah tidak sadar ingin segera esok hari, didalam kamar sembari membaringkan tubuhnya, Dimas menatap keatas atap langit-langit kamar, dan berimajinasi kedalam bayangan perempuan yang cantik parasnya itu, diingat ingatnya dengan terus menerus, karena bagi Dimas adalah kali pertama ia melihat perempuan seumurannya, begitu mampu memikat hatinya saat ini, kerinduan serta kesedihan yang Dimas rasakan sebelumnya, seakan-akan menghilang didalam pikirannya yang biasanya Dimas sering lamunkan, kini lamunannya berpaling kepada perempuan cantik di Desa Katuncar itu. Seraya Dimaspun berkata dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Siapa gerangan perempuan itu, mengapa wajahnya selalu terbayang didalam ingatanku, apakah ini sebuah perasaan, atau hanya sebatas khayalan saja, hmmm tapi yasudahlah, aku tidak perlu memikirkannya, yang terpenting besok, aku bisa berjumpa kembali dan mudah-mudahan puisi yang kutulis bisa aku berikan dan membuat dirinya senang akan hal yang aku berikan." Ucap Dimas.
Rasa kantuk yang mulai semakin menyelimutinya, kini Dimaspun terhenti dari sebuah lamunan dan khayalannya, tanpa Dimas sadari, iapun terlelap tidur dengan sangat nyenyak dengan dibarengi suara bising ditenggorokannya.

Malampun berlalu, hari telah berganti, tepat seminggu Dimas tinggal di rumah Pak Ismail, menghabiskan waktunya dengan belajar mengatang sebuah puisi, dan membantu Pak Ismail membereskan semua aktivitasnya dirumah.
Tepat jam 7 pagi, Pak Ismail dan Dimas yang akan memulai memasak untuk sarapan dipagi harinya, Pak Ismailpun melihat bahan-bahan yang sudah mulai habis, sayur dan lauk pauk yang sudah tidak ada.
"Dim, persediaan lauk pauk untuk masakan kita hari ini sudah habis, tolong deh belanjakan ke warung sayuran dan lauk pauk disana, dekat ko, maaf ya Dim hehe." Ucap Pak Ismail menyuruh Dimas untuk belanja sayuran dan lauk pauk ke warung yang ada di dekat pesisir pantai.
"Iya Pak siap."
"Iya, ini uang belanjaanya, beli saja tempe, tahu dan sayuran ya Dim." Ucap Pak Ismail sambil memberi uang kepada Dimas.
"Iya Pak, Dimas berangkat sekarang."
Dimaspun beranjak melangkahkan kakinya keluar rumah untuk menuju ke warung sayuran dan lauk pauk yang berada didekat pesisir pantai.

                          **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang