Chapter 17

11 7 0
                                    

"Bismillahrirrahmanirrahim." Ucap Dimas saat keluar rumah untuk pergi kewarung dekat pesisir.
Dimaspun berjalan hampir 10 menit dan iapun sampai di warung tersebut, banyak orang-orang yang sedang belanja juga, menatap begitu aneh kepada Dimas, karena mungkin Dimas adalah orang yang terlihat asing, sehingga membuat Dimaspun menjadi merasa sedikit malu, tetapi dengan terpaksa Dimaspun menghampiri warung yang banyak kerumunan orang-orang yang berbelanja juga.
"Assalamu'alaikum, permisi," ucap Dimas.
"Wa'alaikumussalam." Ucap warga yang sedang berbelanja.
Lalu Dimaspun memilah milih yang akan dibelinya, iapun mengantongi tempe, tahu dan sayuran, lalu Dimaspun membayarnya, karena uangnya yang dimas bayarkan jumlahnya lebih besar dari belanjaannya, membuat Dimas menunggu sang penjual untuk memberi kembalian padanya, sambil menunggu kembaliannya, Dimas menengok kiri dan kanan sambil memberi sebuah sapaan kepada orang yang ada disekitar, ketika hendak melihat kebelakang, membuat Dimas terpaku menatap seorang perempuan yang cantik itu datang, membuat pandangan Dimas tiada henti, lalu perempuan itupun sama menghampiri untuk berbelanja sayuran, Dimas yang kebetulan masih menunggu kembaliannya malah asyik memandang keindahan parasnya perempuan itu, dan terpikir dalam hatinya ingin menyapanya dan ingin tau siapa namanya, tetapi rasa malu yang sangat membuatnya ragu untuk melakukan itu, tetapi dengan tidak disadari si penjual sayuran itu memanggil dan menyebut namanya.
"Eh, neng Hanifah, mau belanja apa? Tumben hehe." Ucap si penjual sayuran itu, yang orang bilang namanya penjual sayuran itu, Mang Jaja.
"Hehehe, iyaa kebetulan tadi abis jalan menghirup udara segar mang Jaja, jadi Hanifah sekalian belanja sayuran saja buat masak hehe." Jawab Hanifah dengan mengeluarkan sebuah suara yang terdengar sangat merdu di telinga Dimas.
Dimaspun merasa bahagia dan merasa besyukur pagi hari ini, karena bisa melihat kembali sosok perempuan yang selama ini menghantui didalam bayangan serta khayalannnya.
"Astagfirullah, kang ini kembaliannya hampir saya lupa." Ucap Mang Jaja sambil memberi kembalian kepada Dimas.
"Oiyaa Mang hehe, tidak apa-apa ko, makasih ya Mang." Ucap Dimas dengan tersenyum dan bahagia.

Dimaspun beranjak untuk pulang, sambil berjalan pulang, disepanjang jalan Dimas mengucap ngucap nama perempuan itu.
"Namanya Hanifah ternyata, hehe, yes sekarang aku tau namanya. Alhamdulillah."
Pagi hari yang cerah ini adalah pagi hari yang bahagia bagi Dimas, karena sesuatu yang ia tunggu-tunggu, dan diharapkan kembali nampak jelas secara detail dihadapan matanya.
Membuat Dimas sangat merasa bahagia dan kembali menemukan warna baru didalam hidupnya, serta hatinya yang kini kian mengenal sebuah asmara. 10 menit berlalu dan Dimaspun sampai dirumah Pak Ismail.
"Assalamu'alaikum, Pak Ismail, ini sayurannya sudah siap kita masak." Ucap Dimas dengan nada yang memberikan sebuah tanda kebahagiaan.
"Wa'alaikumussalam, iya Dim, terimakasih, bawa sini kedapur, segera kita masak tempe, tahu dan sayurannya." Seru Pak Usmail.
Dimas dan Pak Ismailpun memasak untuk hidangan sarapan paginya.
"Kita sayur saja tempe dan tahunya, gimana? Kamu suka enggak?"
"Boleh Pak Ismail, aku seneng-seneng saja hehe."
"Iya Dim hehe, coba tolong ambilkan air ke panci itu."
"Iya Pak siap."
Dimas yang sedang merasakan kasmaran, terlihat oleh Pak Ismail dari raut wajahnya yang tak terhenti tersenyum terus menerus, membuat Pak Ismail merasa aneh dan bertanya kepada Dimas.
"Hmm, Dim kenapa senyum-senyum terus hehe," ucap Pak Ismail.
"Oooh enggak ko Pak Ismail hehehe."
"Waaah, kenapa, kaya ada sesuatu yang membuat kamu bahagia."
"Hehe, iya Pak hehe, tadi, pas waktu beli sayuran Dimas melihat seorang anak remaja perempuan yang cantik hehe, kayanya seumuran deh sama Dimas."
"Ooooh, siapa emangnya, kamu tau tidak namanya, hmmm siapa ya." Ucap Pak Ismail dengan kebungungan.
"Setau Dimas sih, tadi ada yang manggil sama dia itu, dengan sebutan nama Hanifah."
"Oooh, Hanifah, memang betul dia itu cantik dan baik serta berbudi luhur Dimas, Hanifah itu anak Pak Darmono, Kepala Desa disini, hehe Dimas suka bukan sama Hanifah hehe." Tanya Pak Ismail sambil tersenyum.
"Ooooh begitu ya Pak Ismail, hehe bisa dibilang Dimas suka hehe."
"Hahaha, dasar anak muda hahaha."
"Hahaha, iya Pak Ismail, baru kali ini Dimas merasa tergugah hati Dimas dan tertarik pada seorang perempuan."
"Hehehe, ya tidak apa-apa Dimas, sudah saatnya juga untuk jatuh cinta, sekarang Dimas umur berapa?"
"Hehehe mungkin Pak, oiya Dimas sekarang menginjak umur 25 tahun hehe."
"Waduh sudah dewasa juga ternyata, tapi kalau saran Pak Ismail sih, sekarang Dimas fokus saja dulu sama mimpi-mimpi Dimas, nanti kalau sudah lumayan mapan, baru deh, bila perlu ajak menikah saja langsung hehe."
"Hehehe, iya Pak InsyaAllah, mudah-mudahan."
"Iya, sekarang kita sarapan dulu saja, sayurannya sudah matang, kita makan dulu sekarang mah Dimas hehe."
"Iya Pak siap."
Tak terasa, masakanpun sudah matang dan sudah siap untuk menjadi hidangan sarapan pagi, Dimas dan Pak Ismailpun memulai menyantap hidangan sarapan paginya.
"Sarapan pagi dimulai," ucap Pak Ismail.
"Kita makan," ucap Dimas.
"Bismillahirrahmaanirrahim." Ucap Dimas dan Pak Ismail.

Selesai makan seperti biasa, Dimas membereskan dan mencuci peranotan belas masak dan makan, berbeda dengan Pak Ismail, yang rutinitasnya membaca koran sambil ditemani secangkir kopi hitam yang selalu setia menemaninya.
Selesai membereskan cuciannya, Dimas langsung pergi ke kamar dan membawa sebuah buku yang dibawanya, karena baru saja teringat bahwa dia membawa 3 buku yang waktu itu ditemukan di lemari ruangan gudang Ayahnya. Dimas membawanya ke Pak Ismail dan menanyakannya buku itu kepada Pak Ismail, Dibawanya 2 buku yang berjudul berbeda, yaitu satu buku yang judulnya Alhikam, dan satunya lagi buku yang berjudul History of western philosophy.
"Pak Ismail," tanya Dimas.
"Iya Dimas ada apa," jawab Pak Ismail sambil menaruh dan menutup koran yang sedang dibacanya.
"Saya membawa 2 buku, yang saya juga belum sempat membuka dan membacanya, karena saya belum tau dan faham."
"Ooooh, coba lihat itu buku apa?"
"Oiya ini Pak Ismail," Dimaspun memebrikan kedua buku itu kepada Pak Ismail.
Lalu Pak Ismailpun membaca judul kedua buku itu.
"Oooh ini, buku Alhikam dan buku History of western philosophy," ucap Pak Ismail sambil menganggukan kepalanya, menandakan bahwa Pak Ismail tau dan faham isi dari kedua judul buku itu.
"Itu buku tentang apa Pak Ismail?" Tanya Dimas sambil menatap Serius Pak Ismail.
"Oooh ini, Alhikam itu buku tentang tasawuf, didalamnya tertulis kaimat-kalimat indah Sayyid Ibn Ataillah, beliau adalah seorang pengarang buku atau kitab Alhikam ini, luar biasa sekali isi buku ini, dan dapat mengubah peradaban manusia, karena buku ini menuntun kita kearah yang lebih murni dan berangkat kepada jalan Tuhan yang lurus. Kalau buku History of western philosophy adalah buku yang dihalue filsafat, ini juga buku sangat bagus dan luar biasa, apalagi jika dibarengi keduanya diseimbangkan, mungkin akan dahsyat sekali. Begitu Dimas hehe, kamu bisa baca kedua buku ini, padukakanlah dari keduanya untuk menopang jalan hidup kamu, itu yang dulu Ayah kamu lakukan, bahkan bisa dituangkan juga kedalam buku puisi yang Dimas karang, setelah nanti Dimas mengerti dan faham isi dan makna kedua buku ini, hehehe." Ucap Pak Ismail.
"Oooh begitu ya Pak Ismail, luarbiasa juga, keren hehe." Jawab Dimas sambil mengangguk dan takjub, serta merasa mendapatkan pengetahuan baru yang akan ia jelajahi.
Matahari mulai tergelincir tepat diatas kepala, hari sudah memasuki waktu siang, Pak Ismailpun kembali melanjutkan membaca korannya, dan Dimaspun beranjak untuk menyimpan kembali buku itu, Dimaspun beranjak melangkahkan kakinya ke kamar, lalu iapun merasa ngantuk dan mulai merebahkan tubuhnya keatas kasur untuk tidur siang, berharap bangun tidak terlalu sore, agar iapun bisa kembali jalan-jalan ke pesisir pantai menikmati senja, serta melanjutkan mengarang kembali puisinya, dan berharap juga semoga dapat berjumpa dengan sosok perempuan yang parasnya cantik jelita, yang bernama Hanifah itu, tak lama kemudian Dimaspun terlelap tidur.

                         **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang