Chapter 13

12 8 0
                                    

"Nah ini rumah Pak Ismail, dan itu rumah Mang Adin disebelah kirinya" kata Mang Adin.
"Oooh, ini.... Waaah luas juga ya, terus enak juga posisi rumahnya menghadap ke pantai yang indah nan luas" kata Dimas dengan penuh kebahagiaan karena melihat rumah Pak Ismail yang indah, berasa dialam mimpi bagi Dimas yang dari kemaren bermimpi dan berharap bisa ketemu dengan Pak Ismail, dan sekarang Dimas tepat berdiri didepan rumahnya Pak Ismail.
"Ayo Dimas ikut Mang Adin, kita kerumah Mang Adin dulu, menyimpan barang bawaan dan beristirahat sejenak, selepas itu baru kita ke rumah Pak Ismail"
"Oke siap Mang Adin hehe"
Dimas dan Mang Adinpun menyimpan sepeda ontelnya serta membawa barang bawaannya menuju kerumah Mang Adin.
"Assalamu'alaikum" kata Mang Adin
"Wa'alaikumsalam" jawab Ibunya Mang Adin
"Ibu sehat?"
"Alhamdulillah Adin, Ibu mah sehat, ini siapa?" tanya Ibunya Mang Adin sambil menunjuk kearah Dimas.
"Alhamdulillah Ibu kalau sehatmah, oiya, ini Dimas, temen Adin Ibu, dia mau ada keperluan kesini, mau ke Pak Ismail katanya." jawab Mang Adin.
"Ooooh begitu ya, yasudah atuh sini Adin ajak temennya masuk kedalam rumah hehe"
"Iya Bu, Ayo Dim masuk, istirahat dulu disini, kita makan-makan dulu, kamu pasti laparkan karena sudah menempuh perjalanan jauh"
"Hehehe, iya Mang Adin siap hehe"
"Iyaa, ayo sini nak Dimas masuk" kata Ibunya Mang Adin.
Dimaspun masuk dan bersalaman kepada Ibunya Mang Adin, dan beristirahat sejenak merebahkan tubuhnya yang pegal, karena mengayuh sepeda dengan jarak yang lumayan sangat jauh.

"Adin, Adin, ini Ibu bauatkan gado-gado buat kamu sama Dimas, mau dimakan dimana, didalam atau di teras situ" seru Ibunya Mang Adin.
Mang Adinpun pergi beranjak kedalam mengambil makanan yang sudah siap dihidangkan dan disantap.
"Iya Bu, Adin ambil saja makanannya kesitu"
"Oiya, sini ke dapur ambil"
Mang Adinpun mengambil makanan yang sudah siap dihidangkan dan disantap.
"Dimas, ayooo ini makanannya, gado-gado sama ikan laut hehe, eeenaaak ini Dim hehe"
"Waaah, Mang Adin padahalmah tidak usah repot-repot hehe, tapi iya sih eeenaaak kayanya ini hehe"
"Hahaha, dasar kamu Dim banyak basa basi, ayoo cepat makan"
"Siap bos" Dimas langsung segera dengan sigap mengambil makanannya, karena rasa lapar yang sudah tidak tertahan lagi oleh Dimas.
Mereka berduapun menyantap hidangan makanan siang, tepat jam 3 sore, Selesai makan, Dimaspun segera bergegas bersiap-siap untuk mandi dan Sembahyang, karena Dimas yang sudah tidak sabar ingin segera ketemu dengan Pak Ismail.
"Haaah, mandi sudah, makan sudah, semuanya sudah, Mang Adin kemana ya belum nonghol juga, katanya mau antar Dimas kerumah Pak Ismail sore hari, hmmm, ini sudah sore padahal" Dimas sedikikit merasa kesal dan sudah tidak sabar lagi.
"Mang, Mang Adin, ayooo"
"Mang ayoo"
Beberapa kali dipanggil Mang Adin tidak menjawab juga, membuat Dimas semakin kesal.
"Nak Dimas, ada apa Manggil Adin?" Tanya Ibunya Mang Adin.
"Hehehe Bu, Mang Adin kemana ya Bu?"
"Oooh, dasar diamah kebluk, Mang Adinnya lagi tidur tuh, coba lihat kedalam"
"Oooh iya Bu" Dimaspun beranjak masuk kedakam rumah.
"Hadduuuh, dasar, Mang, Mang ayoo, katanya mau antar saya ke Pak Ismail" Dimas menepuk nepuk badannya mang Adin berusaha membangunkannya.
"Astagfirullah, maaf Dim Mang Adin ngantuk jadi ketiduran, mau diantar kerumah Pak Ismail kan?"
"Iya Mang, tolong dong antar, kalau saya sendiri malu lah hehe"
"Oke siap tunggu sebentar, Mang Adin mandi dulu oke?"
"Oke deh" jawab Dimas dengan sedikit lesu, karena harus menunggu Mang Adin siap-siap.

Dimaspun kembali keluar dan menunggu didepan teras rumah Mang Adin, beberapa menit kemudian Mang Adin langsung datang.
"Dim ayoo, kita kerumah Pak Ismail" kata Mang Adin sambil berjalan dan menepuk pundak Dimas dari belakang.
"Haaduuh, Mang Adin maen kaget-kagetin orang saja."
Mereka berduapun berjalan melangkahkan kakinya kerumah Pak Ismail. Sesampainya didepan rumah Pak Ismail, Mang Adinpun mencoba memanggilnya dan memberikan salam.
"Assalamu'alaikum" Ucap Mang Adin, sambil mengetuk pintu depan rumah Pak Ismail.
"Wa'alaikumusaalam" Jawab Pak Ismail, dan membuka pintu rumahnya.
"Ehh, si Adin, baru pulang kampung ya?" Tanya Pak Ismail kepada Mang Adin sambil tersenyum.
"Hehe, iya Pak Ismail, waduuh Pak Ismail gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah sehat Din hehe, itu siapa?" Tanya Pak Ismail sambil menunjuk kearah Dimas.
"Oiyaa, ini temen Adin Pak Ismail, namanya Dimas, dia anaknya Pak Edi Wicaksono, seorang seniman dan sastrawan dari Sebrang Desa yang jauh disana hehe"
"Waduuuh, luarbiasa, kedatangan tamu special berarti hehe"
"Hehehe" Dimas tersenyum sambil memandang Pak Ismail.
"Special banget inimah Pak Ismail" Ucap Mang Adin sambil tersenyum.
"Hehehe, ayoo atuh silahkan masuk, Adin ajak masuk Dimasnya"
"Baik Pak, oiyaaa Adin pulang mau pulang dulu Pak Ismail, kesini hanya untuk mengantar Dimas yang mau ketemu sama Pak Ismail"
"Ooooh, begitu ya, hmmm, atuh padahal disini dulu aja atuh Adin"
"Hehe, ada yang harus Adin kerjakan Pak Ismail hehe, ayoo Dim kamu masuk aja, ngobrol dan bicarakan maksud kamu datang kesini, Mang Adin pulang dulu ya"
"Iya Mang Adin, siap makasih yah sudah mengantarkan saya"
Mang Adinpun pulang kerumahnya, dan Dimaspun beranjak masuk kerumah Pak Ismail.
"Ayoo Dimas, masuk sini, waduuh ini putra dari Pak Edi sang legendaris sastrawan dan seniman Indonesia ini hehe." Ucap Pak Ismail sambil merangkul dan mengudap punggungnya Dimas.
"Iyaa Pak hehe" Dimaspun masuk dengan sedikit rasa malu karena diperlakukan seperti anak seorang Raja.
"Ayoo, duduk disini Dimas hehe." Ucap Pak Ismail.
"Iya Pak." Dimaspun duduk dikursi ruang tamu rumah Pak Ismail.
"Tunggu sebentar ya, Pak Ismail seduhkan dulu kopi hehe." Ucap Pak Ismail sambil melangkahkan kakinya kearah dapur.
"Iya Pak hehe." Jawab Dimas dengan menganggukan kepalanya dengan perlahan, karena masih tak menyangka dan berasa ada didalam mimpi, karena pada akhirnya bisa sampai dan ketemu juga dengan Pak Ismail.
Dimas melihat isi ruangan tamu rumah Pak Ismail yang begitu luarbiasa, karena banyak sebuah bingkai-bingkai yang berisi karya lukisan yang indah.
Baru saja teringat bahwa Dimas belum sempat membalas surat dari Adiknya Rendi.
"Astagfirullah, aku baru ingat belum sempat membalas surat dari Rendi, tapi didalam surat kemaren Rendi menyimpan alamat no telponnya, hmmm, mungkin saya telpon saja, kebetulan Pak Ismail ada telpon rumah, mudah-mudahan bisa dipakai, dan aku bisa ikut menelpon Rendi."

Tak lama kemudian, Pak Ismailpun datang kembali menemui Dimas diruang tamu dengan membawa 2 cangkir kopi untuk menemani obrolan di sore hari.
"Lama ya hehe, maaf hehe, ini silahkan diminum kopinya Dimas." Ucap Pak ismail.
"Ooh tidak ko, tidak lama Pak Ismail, waduuh, padahal tidak usah repot-repot Pak Ismail hehe." Jawab Dimas dengan sedikit masih tersipu malu.
"Hehe, oiya Dimas ada keperluan apa ke Pak Ismail?"
"Hehe, anu Pak, Dimas pengen belajar sastra dan seni serta ilmu agama kepada Pak Ismail hehe."
"Waduuh, keren juga, padahal kamu pasti lebih hebat daripada saya, kamu kan titisan Ayah kamu yang hebat, dulu Pak Ismail juga belajar dan berbagi pengalaman dengan Almarhum Ayah kamu hehe."
"Hehehe, waaah hebat darimananya aku Pak hehe, oooh begitu ya, berarti dulu Ayah juga suka kesini.?" Tanya Dimas.
"Enggak, Ayah kamu enggak pernah kesini, tapi saya yang sering kesana hehe."
"Oooh begitu ya Pak hehe."
"Iyaaa, kalau emang Dimas mau mendalami itu, yasudah disini saja tinggalnya, Dimas bisa belajar mengasah di sore hari saat senja tiba, asah terus saja, dulu Ayah Dimas dan Pak Ismailpun sama begitu hehe, sampai suatu ketika memberanikan diri untuk mengirim semua karangan kita itu ke penerbit, dan Alhamdulillah bisa diterbitkan dan laku semua. Intinya harus sabar dan terus berjuang, nanti Pak Ismail contohin ya hehe.." Ucap Pak Ismail dengan begitu sangat serius dan memberikan sebuah harapan kepada Dimas.
"Oiya Pak hehe dengan senang hati saya Pak hehe terimakasih." Ucap Dimas dengan sangat bahagia dan bersyukur.
Cuaca sore hari yang begitu cerahpun, mulai gelap dan berganti malam, obrolan disore hari telah usai, Dimas dan Pak Ismailpun segera bersiap-siap untuk melaksanakan kewajibannya (Sembahyang).

                         **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang