Chapter 25

12 6 0
                                    

"Assalamu'alaikum, Pak Ismail." Ucap Dimas sambil mengetuk pintu depan rumah.
"Wa'alaikumussalam." Jawab Pak Ismail yang tengah asyik sedang membaca koran.

Lalu Pak Ismailpun segera beranjak dari tempat duduknya untuk segera membuka kunci depan rumah.

"Dimas, kemana saja jam segini baru pulang, dari tadi Pak Ismail mencari-cari, haduuuh." Ucap Pak Ismail dengan sedikit rasa cemas.
"Oiya Pak Ismail maaf, tadi Dimas pergi maen kepesisir pantai enggak sempat bilang dan izin sama Pak Ismail."
"Hmmm, yasudah sekarang kamu makan, didapur Pak Imail sudah siapin makanan untuk kamu." Ucap Pak Ismail sambil tersenyum.
"Iya Pak, hehe makasih banyak." Jawab Dimas sambil tersenyum melihat wajah Pak Ismail.

Dimaspun segera beranjak masuk kedalam kamarnya untuk segera menyimpan buku dan pena, lalu iapun segera beranjak kedapur untuk menyantap makanan yang sudah disiapkan.

"Waaah, tempe, tahu, ikan asin teri, dan sambel terasi, ini pasti luarbiasa enak sekali." Ucap Dimas sambil membuka tudung saji, tak menunggu lama, Dimaspun segera menyantap makanannya.

"Alhamdulillah, akhirnya kenyang juga, sekarang tinggal membereskan semua cucian dan membersihkan dapur." Ucap Dimas sambil mengusap-usap perutnya.

Lalu Dimaspun segera membereskan semua cucian perabotan dan iapun segera membersihkan bagian dapur yang terlihat kotor dengan debu.

Malam ini, adalah malam paling indah bagi Dimas, malam yang penuh kisah, dan kasih.

"Pak Ismail, Pak Ismail lagi sibuk enggak?" Tanya Dimas, sambil duduk dihadapan Pak Ismail, dengan menggenggam satu buku deary miliknya.

"Oooh, enggak, memangnya kenapa?"
"Dimas pengen sedikit belajar dan pengen ngobrol sama Pak Ismail."
"Oooh begitu, belajar apa?" Tanya Pak Ismail sambil mengangkat kedua alisnya.
"Dimas pengen belajar membuat puisi, supaya puisi itu menarik dan penuh makna dari setiap kalimatnya." Jawab Dimas sambil menatap wajah Pak Ismail.
"Hehehe, kamu sudah bisa ko, kalimat-kalimatnya sudah bagus, hanya tinggal memasukan makna yang lebih rahasia, supaya orang yang membacanya penasaran, dan pasti menggali kalimat demi kalimat." Ucap Pak Ismail sambil tersenyum.
"Yaaah, Pak Ismail tidak seru!"
"Hahahaha, ya mungkin karna Pak Ismail sudah tua hehehe." Ucap Pak Ismail.
"Oiya Dim, kamu berapa bersaudara, dulu pas waktu Pak Ismail suka maen kerumah Ayahmu, Pak Ismail melihat kamu sewaktu masih kecil, kurang lebih kayanya umur 9 tahunan." Tanya Pak Ismail.
"Oooh iya, aku 2 bersaudara Pak Ismail, aku mempunyai Adik, namanya Rendi." Ucap Dimas.
"Oooh begitu ya, lantas sekarang Adikmu dimana?
"Alhamdulillah Pak Ismail, sekarang dia sedang melakukan study nya diluar negri, karena dia dapat beasiswa dari sekolahnya." Ucap Dimas sambil tersenyum menatap Pak Ismail.
"Ooooh begitu ya, hebat sekali Adikmu Dim, keren." Ucap Pak Ismail sambil mengacungkan ibu jari tangan kanannya.
"Hehehe iya Pak, alhamdulillah hehe." Ucapku sambil tersenyum.

Waktu demi waktu telah berlalu, malam yang kian kini semakin nampak larut, suara jangkrik yang mulai terdengar bersahutan, menjadi sebuah penghias malam.

Dimas dan Pak Ismail yang masih asyik mengobrol, berbagi cerita satu sama lain, terlihat seperti orang tua dan anak.
Disisi lain memang begitu kenyataanya, karena bagi Dimas, Pak Ismail adalah salah seorang pengganti Ayahnya saat ini, Kenyamanan dan kasih sayang yang Pak Ismail berikan kepada Dimas, membuat hati dan perasaan Dimas menjadi sedikit terobati dan merasa tentram, begitu pula bagi Pak Ismail, tidak jauh berbeda.

"Pak Ismail, Bolehkah Dimas bertanya." Ucap Dimas.
"Oooh, boleh, boleh hehe, mau tanya tentang apa?" Jawab Pak Ismail sambil tersenyum.
"Hmmm, anu Pak Ismail." Ucap Dimas sedikit ragu.
"Anu apa hehe, jangan ragu, ko kaya yang ragu begitu." Ucap Pak Ismail.
"Anu Pak Ismail, kalau anak-anak Pak Ismail sekarang pada tinggal dimana?" Tanya Dimas, dengan sedikit rasa ragu menanyakan hal itu.
"Oooh, anak-anak Pak Ismail ada diluar kota hehe." Jawab Pak Ismail sambil tersenyum menatap Dimas.
"Lalu, mereka tidak pernah kesini?" Ucap Dimas sembari mengangkat kedua alisnya.
"Yaa begitulah, tapi kalau hari raya lebaran tiba, mereka suka berkumpul kesini, dirumah ini." Jawab Pak Ismail yang sedikit terlihat sedih, yang tergambar dari raut mukanya.

Dimas merasa sedikit bersalah karena sudah menanyakan hal itu kepada Pak Ismail.

"Haduuh, aku jadi ngerasa tidak enak sama Pak Ismail karena sudah menanyakan hal seperti itu." Ucap Dimas dalam hatinya sambil memandang wajah Pak Ismail yang terlihat sedih.

"Pak Ismail, maaf ya." Ucap Dimas.
"Maaf apa Dimas, emangnya kamu punya salah apa." Tanya Pak Ismail sambil tersenyum.
"Hmmm, anu Pak Ismail, maaf saya sudah menanyakan hal itu kepada Pak Ismail." Ucap Dimas yang sedikit merasa malu."
"Hehehe, ooooh itu, hmmm, enggak ko enggak papa, Pak Ismail hanya kembali teringat anak-anak Pak Ismail saja, terus rasa rindu yang selalu hadir kini kian membuat Pak Ismail sangat ingin berjumpa dan berkumpul bersama anak-anak Pak Ismail dan cucu-cucu Pak Ismail." Ucap Pak Ismail.

Dimas hanya terdiam memperhatikan serta mendengarkan ucapan Pak Ismail, membuat hati dan perasaannya sedikit tersentuh.

"Mudah-mudahan Pak, apapun harapan Pak Ismail, semoga cepat terkabul. Aamiin...." Ucap Dimas.
"Iya Dimas hehehe, Aamiin, yasudah Pak Ismail sudah ngantuk nih, Pak Ismail tidur duluan ya." Ucap Pak Ismail, sambil berdiri untuk segera masuk kekamarnya.
"Iya Pak silahkan hehehe."
"Oiya Pak, aku boleh minjem telepon rumah enggak? Soalnya aku mau menelpon Rendi." Ucap Dimas.
"Oooh boleh, boleh, silahkan Dimas, atuh sampe harus minta izin dulu, kalau mau telpon mah, pake saja ya." Ucap Pak Ismail sambil tersenyum melihat kearah wajah Dimas.
"Hehehe, iya Pak Ismail, terimakasih banyak." Ucap Dimas sambil tersenyum dengan sedikit rasa tersipu malu.

Pak Ismailpun beranjak melangkahkan kakinya kearah kamarnya untuk segera tidur, karena malam terlihat sudah nampak larut dihiasi denga udara dingin yang merasuk kedalam pori-pori tubuh setiap penduduk bumi.

Dimas pun segera menelpon Rendi.
Tut....tut.....tut..... terdengar suara telpon yang sedang menunggu diangkat.

"Hallo, Assalamu'alaikum Ren." Ucap Dimas.
"Iya, Wa'alaikumussalam Ka Dimas." Jawab Rendi
"Hehehe, Rendi, gimana kabarnya kamu disana Ren.?" Tanya Dimas sambil tersenyum, karena begitu merasa sangat bahagia, karena madih bisa mengobrol dengan Adik tercintanya Rendi.
"Alhamdulillah Ka, Rendi disini baik-baik saja, Rendi sehat dan Rendi merasa sangat nyaman dan tentram disini, kalau Ka Dimas gimana kabarnya disana?" Ucap Rendi yang terdengar begitu sangat bahagia."
"Hehehe, alhamdulillah kalau begitu Ren, karena bagi Kaka, bahagia kamu adalah bahagia Kaka juga hehehe, oiya alhamdulillah disini Kaka juga baik-baik saja, Kaka juga sehat dan merasa sangat bahagia sekali hehehe." Ucap Dimas sambil tersenyum dan sangat merasakan kebahagian yang begitu besar.

                          **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang