Chapter 20

11 7 0
                                    

"Iya tidak apa-apa, ayo kita jalan."
"Iya Pak hehe." Jawab Dimas sambil menghirup udara segar.
Mereka berduapun berjalan keliling Desa Katuncar, yang begitu sangat sejuk udaranya dan masih sangat asri suasananya, selain pantai yang indah, Desa Katuncar juga memiliki banyak bukit-bukit yang berjajar rapih mengelilingi Desa, lebat dan hijau sekali, keadaan bukit yang masih belum tercemari oleh para petambang, membuat Desa Katuncar ini sangatlah indah.
"Uuuggh segar sekali udara dipagi hari ini Pak Ismail,"
"Hehe iya, sangat masih asri Desa ini, mudah-mudahan selamanya seperti ini hehe," ucap Pak Ismail sambil berjalan.
"Oiya Pak Ismail ini rumah siapa?" Tanya Dimas sambil menunjuk kearah rumah yang begitu luas dan bagus, serta megah.
"Hehehe, oooh ini rumahnya Pak Kades, Ayahnya Hanifah itu, yang kamu kemarin nanyain hehe," ucap Pak Ismail.
"Ooooh begitu ya, waaah enakeun ya,"
Mereka berdua berhenti sejenak sambil tepat didepan rumah Pak Kades.
Tidak lama kemudian Pak Kades keluar untuk melakukan senam pagi dengan berpakaian olah raga.
"Tuh itu Pak Kades, kayanya mau olahraga, karena aktivitas rutin Pak Kades tiap paginya adalah berolahraga senam pagi didepan halaman rumahnya.
"Eeeh, ada Pak Ismail." Ucap Pak Kades yang menyapa Pak Ismail.
"Hehehe, Pak Kades, waaah keren nih Pak, rutinitas senam pagi ya hehe."
"Hahaha, iya nih Pak Ismail hehe, sini atuh mampir," ucap Pak Kades.
"Hahaha, waaah makasih Pak Kades, saya ini lagi pengen keliling, sambil berolahraga hehe, terus mau memperkenalkan daerah sini ke keponakan saya Dimas."
"Oiyaaa hehe, itu keponakannya ya, waduuh hehe, tinggi, ganteng juga hehe." Ucap Pak Kades yang memberikan Dimas pujian, membuat Dimas jadi salah tingkah.
Tak lama dari situ, Hanifah datang memberikan secangkir susu untuk Ayahnya, sambil membawa sapu.
Dimas yang kembali terpaku pandangannya, melihat sang bidadari yang dia idam-idamkan, lalu saat itu Dimas dan Hanifahpun saling menatap dan tersipu malu.
Berkata dalam hari Dimas. "Waah, pagi yang sangat indah, selain udara yang sejuk dan segar, aku melihat juga sang bidadari yang nampak indah."
Lalu Pak Kades memperkenalkan anaknya.
"Nah ini anak gadis saya hehe, Namanya Hanifah," ucap Pak Kades.
"Hehehe, iya," jawab Dimas dengan tersenyum dan tersipu malu.
Lalu Pak Ismailpun tersenyum dan menyapa Hanifah.
"Eeeh si anak gadis, hehe cantik sekali Pak Kades, anaknya hehe."
Hanifah tersenyum tersipu malu.
"Hahaha dasar Pak Ismail bisa saja hehe," ucap Hanifah sambil tersenyum dan tersipu malu.
"Yeeeh emang cantik, Ayahnya juga kan ganteng hahaha," ucap Pak Kades sambil tertawa.
"Hahahaha, yasudah Pak Kades saya mau lanjutin keliling Desa ya, sambil menghirup udara segar, udah lumayan siang juga nih hehe," ucap Pak Ismail sambil melihat jam tangan.
Pak Ismail dan Dimaspun kembali melanjutkan jalan-jalan dipagi harinya.
"Kamu seneng kan pagi ini hehe." Ucap Pak Ismail sambil tersenyum dan bercanda kepada Dimas.
"Haaah, seneng apa Pak Ismail hehehe, oiya aku seneng karena bisa menghirup udara segar."
"Dan melihat Hanifah anaknya Pak Kades hahaha." Ucap Pak Ismail sambil menoleh kearah Dimas dan tertawa.
"Waaah Pak Ismail bisa saja hehehe."

Bersamaan dengan itu, Hanifah yang asyik menyapu membersihkan halam rumah dengan senyum-senyum sendiri, seraya berkata dalam hatinya.
"Oooh jadi Dimas itu keponakannya Pak Ismail, hehehe, sekarang aku tahu dia tinggal dimana, jadi Aku akan mengirim surat kerumah Pak Ismail."
Hanifah yang segera menyelesaikan menyapunya, karena ingin segera mengirim surat kerumahnya Pak Ismail.
"Hmmm tapi kapan ya, terus aku juga malu jika harus mengirim surat kerumah Pak Ismail, aarrrgh kesal." Ucap Hanifah.
"Eh tapi sekarangkan Dimas dan Pak Ismail sedang olahraga keliling Desa, mungkin sekarang saja kali ya, mumpung mereka lagi tidak ada, iya benar sekarang saja." Ucap Hanifah sambil bergegas dan bersiap untuk menyumpan surat kerumah Pak Ismail.
Matahari pagi mulai terasa terik, Dimas dan Pak Ismail yang masih asyik berjalan keliling Desa, melihat dan memperkenalkan suasana Desa kepada Dimas.
"Dim kamu lapar enggak?" Tanya Pak Ismail.
"Hmmm lumayan sih Pak hehe." Jawab Dimas.
"Yasudah, Pak Ismail sudah lapar, tuh ada tukang bubur, mendingan kita makan bubur saja deh disini, sekalian kamu nyoba bubur disini, enak ini buburnya hehe." Ucap Pak Ismail sambil menunjuk kearah gerobak tukang bubur.
"Hmmn iya deh Pak Ismail hehe,"
"Iya ayo kita sarapan bubur saja."
Dimas dan Pak Ismailpun berjalan menuju kearah tukang bubur, Pak Ismail langsung terduduk di kursi karena mungkin pegal dan lumayan cape.
"Dim, pesenin buburnya." Ucap Pak Ismail.
"Oiya Pak, siap."
"Mang, pesen bubur 2, yang satu jangan pake kacang ya."
"Siap hehe, ditunggu ya hehe." Ucap tukang bubur.
Dimaspun terduduk disebelah Pak Ismail sambil menunggu buburnya jadi.
"Hehehe, gimana Dim, cape tidak hehe, Pak Ismail mah cape dan pegal hehe, maklum sudah tua hehe."
"Hehehe, lumayan Pak, sama cape hehe, tapi seneng aku, melihat dan merasakan suasana Desa yang masih asri seperti ini, hehehe."
"Hahaha, kayanya bukan hanya itu deh hahaha," ucap Pak Ismail sambil bercanda.
"Terus apa lagi Pak hehe?" Jawab Dimas dengan pura-pura tidak tau.
"Hahaha."
"Ko Pak Ismail malah tertawa hehe, aneh hehe"
"Buburnya sudah siap dihidangkan, ini Mas ini Pak." Ucap tukang bubur sambil memberikan bubur itu kepada Pak Ismail dan Dimas.
"Oiya makasih Mang hehe, sekarang mending kita makan dulu hehe." Ucap Dimas.
"Iyaa Dim, waaah mantap ini kayanya."
"Iyaa Pak Ismail hehe, Bismillahirrahmaanirrahim."
Dimas dan Pak Ismailpun memakan buburnya dengan sangat lahap, karena rasa lapar dan rasa buburnya yang enak.
Selesai makan bubur, Dimas dan Pak Ismailpun segera beranjak untuk pulang.
"Alhamdulillah kenyang Pak," ucap Dimas sambil berjalan dan Pak Ismail.
"Iya nih, Pak Ismail jadi males jalan hehe, karena terlalu kenyang, enak juga buburnya disini kan?"
"Iya Pak Ismail enak banget hehe."
Tepat jam 09.00 pagi, Dimas dan Pak Ismail melangkahkan kakinya untuk pulang.
"Pak Ismail kira-kira berapa menit ya kita sampai kerumah."
"Yaah, paling juga 15 menit, kenapa Dim?"
"Ooh enggak ko, Pak Ismail masih kuat jalan enggak?"
"Hehehe, masih dong, walaupun tua begini, tapi fisik Pak Ismail masih bagus, karena dulu juga semasih muda, Pak Ismail sering berolahraga.
"Hehe, hebat juga Pak hehe."
"Kamu cape bukan, masa anak muda seperti Dimas cape, badannya bagus tinggi, masa lemah hehe." Ucap Pak Ismail sambil becanda.
"Hahaha, ya bukan hehe, tadi pengen nanya aja, abis Pak Ismail jalannya kaya yang sangat cape begitu hehe." Ucap Dimas.
"Hehehe, kayanya Pak Ismail terlalu banyak makan hehe, jadi begini."
Tak terasa waktu 15 menitpun berlalu, Dimas dan Pak Ismailpun sampai didepan rumahnya.
"Alhamdulillah sampai juga kita Dimas." Ucap Pak Ismail.
"Iya Pak Ismail, akhirnya kita sampai juga.

                         **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang