Chapter 30

4 2 0
                                    

"Hehehe mungkin, tapi tidak mewah dan mahal hehe, namun menerut Pak Ismail akan berguna disuatu hari nanti, dan bahkan kamu akan memakainya setiap hari hehe." Ucap Pak Ismail.
"Waaah, Dimas buka sekarang saja deh, hehe penasaran nih.
"Ettt jangan dulu, nanti saja bukanya kalau kamu sudah sampai dirumahmu ya hehe." Ucap Pak Ismail.
"Hmmm, iya deh Pak Ismail hehe."

Suara jangkrik kini mulai terdengar senada dan berjeda bersahutan, udara yang dingin serta malam yang sunyi, Dimas dan Pak Ismail masih asyik berbincang diteras rumah panggung dari bilik, terlihat begitu sangat indah, seperti rumah-rumah didalam negeri dongeng.

"Oiya Pak, Pak Ismail jadi berangkat pindahnya kapan? Besok?" Tanya Dimas.
"Hmmm, mungkin besok Dim, katanya anak Bapak sih begitu, hehe." Jawab Pak Ismail.
"Yaaah, kalau memang betul besok, berarti malam ini adalah malam terakhir kita berdua, berbincang dan berbagi sebuah cerita dong." Ucap Dimas yang terlihat cemberut.
"Hmmm, iya Dim, maafkan Pak Ismail ya, Pak Ismail enggak bisa mengajakmu untuk ikut kesana, ya semoga saja suatu saat nanti, jika Pak Ismail masih diberi umur panjang, kita bisa bertemu kembali dalam keadaan yang begitu sangat berbeda, mungkin Pak Ismail sudah semakin tua dan keriput, atau bahkan sudah tidak bisa berjalan, dan kamu Dimas, sudah menjadi seseorang yang sangat dewasa, sukses dan menjadi seseorang yang dikenal oleh setiap orang dipenjuru dunia, aamiin." Ucap Pak Ismail, terdengar sangat menyayat hati dan perasaan Dimas.

Dimas hanya tertunduk melihat kebawah, mendengar ucapan-ucapan Pak Ismail, yang kini kembali membuatnya terpaksa harus meneteskan air matanya kembali.

"Iya Pak, baik, dan Pak Ismail harus tetap menjadi seorang yang hebat dan kuat, suatu saat, hiks...hiks...hiks... aku ingin dipertemukan kembali, hiks...hiks...hiks... dengan Pak Ismail, orang baik terhadapku." Ucap Dimas sambil terisak isak sebuah tangisan.

Melihat Dimas terbalut sebuah tangisan, membuat hati dan perasaan Pak Ismail sedikit terpukul.

Lalu Pak Ismail memegang kepala Dimas dan mengelusnya dengan lembut berulang, seraya berkata didalam hatinya.

"Semoga kamu menjadi orang yang berhasil dan sukses, dunia dan akhirat." Ucap Pak Ismail didalam hatinya.

Bersamaan dengan itu, Hanifah yang baru saja menyelesaikan persiapannya untuk besok pagi yang akan segera pindah rumah.

"Tuhan, jika ini adalah jalan yang terbaik untukku dan untuk orang yang aku cintai, maka tenangkanlah hatiku, walaupun ragaku jauh darinya, jagalah cinta tulusku kepadanya, murnikanlah seluruh cintaku hanya kepadanya." Ucap Hanifah didalam hatinya dengan begitu sangat penuh penghayatan dan ketulusan.

Disisi lain ditempat yang berbeda, Dimaspun berucap didalam hatinya, seraya iapun berdo'a kepada sang pemilik segalanya.

"Keindah yang begitu telah menetap didalam hatiku, kehadirannya yang membuatku kuat, Tuhan jika dialah jodohku, seseorang yang akan mendampingku didalam menjalani kehidupanku, murnikanlah cinta dan kasihku kepadanya, ridhoilah jalan hambamu ini, hanya kepada engkau hambamu memohon, cinta dan kasihku semoga tetap engkau jaga hanya untuk dirinya." Ucap Dimas didalam hatinya, pandangannya lepas menatap kearah langit yang terhiasi gemerlap bintang-bintang yang bertabur diangkasa.

Kedua insan yang saling penuh pengharapan akan Tuhannya, ketulusan dan kemurnian cinta yang hakiki, tertanam dikeduanya.

Melekat begitu dengan erat, berkeyakinan seperti malam yang akan berjumpa kembali, seperti siang dan pagi yang akan menyapa kembali, tidak ada keraguan diantara setiap rasa dan asanya.

"Dim, Pak Ismail tidur duluan ya." Ucap Pak Ismail sembari beranjak melangkahkan kakinya kearah kamar, diiringa dengan uapan-uapan yang begitu setia menemaninya.
"Ooooh iya Pak hehe." Jawab Dimas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 07, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang