Chapter 14

9 6 0
                                    

Malam tampak larut, suara angin dari lautan yang terdengar begitu dahsyatnya, sinar bulan yang kunjung nampak memberikan sedikit penerang.
Malam ini adalah malam pertama Dimas tinggal di Desa Katuncar yang berada dipesisir pantai pasir putih.
Dimas yang baru saja teringat bahwa dia akan menghubungi Adiknya Rendi.
"Pak Ismail, bolehkah Dimas meminjam telpon rumahnya, untuk menelpon dan memberi kabar kepada Adik Dimas?"
"Oiya sipahkan, nah itu, disitu telponnya, pake saja."
"Oiya Pak, terimakasih."
Dimaspun segera untuk menelpon Adiknya, mengeluarkan selembar surat dari Adiknya yang berisikan alamat no telponnya.
Ditekannya tombol-tombol telpon itu dan berbunyi tut,tut,tut, dalam hati Dimas berharap Rendi mengangkat telponnya, tidak lama kemudia Rendipun mengangkat telponnya.
"Assalamu'alaikum...." Ucap Dimas.
"Wa'alaikumussalam, ini dengan siapa?" Jawab Rendi.
"Ini Kaka Ren, akhirnya Kaka bisa berbicara juga dengan kamu Ren." Ucap Dimas dengan rasa haru dan syukur.
"Oooh Kaka, Ka bagaimana kabarnya, masyaAllah, berasa seperti mimpi Ka..." Ucap Rendi dengan perasaan yang sama.
"Alhamdulillah Ren Kaka baik-baik saja hehe, kamu sendiri bagaimana kabarnya Ren disana?"
"Syukur Ka kalau baik-baik saja, Alhamdulillah disini Rendi juga baik-baik saja hehe, eh Kaka telpon pake telpon siapa? Kaka sekarang lagi dimana?"
"Oiyaaa, Kaka ini pake telpon rumah Pak Ismail, ini Kaka lagi dirumah Pak Ismail, seorang seniman dan sastrawan hebat, temen Ayah kita dulu, Kaka ngerantau dan akan tinggal disini sampai Kaka sudah benar-benar hebat hehe..."
"Oiyaa Ka Alhamdulillah, akhirnya Kaka bisa tiba dan bertemu dengan seseorang yang akan membimbing Kaka ke jalan mimpi dan cita-cuta Kaka, Rendi ikut seneng dengernya, Semangar Ka, Rendi rindu akan kehadiran Kaka hehe, terkadang rindu ini berubah menjadi tangis, Rendi hanya bisa melihat foto yang Rendi bawa untuk mengobati sedikit rindu ini.." Ucap Rendi dengan nada yang terdengar sedih.
"Hahaha, dasar cengeng hehe, iya Ren Kakapun sama disini, oiya kamu juga semangat dan raihlah mimpi serta cita-citamu, suatu hari nanti kita akan berkumpul lagi dirumah kita dengan keadaan yang sudah berbeda, dan lebih baik dari sebelumnya. Ingat itu dan bahkan catat didalam hati kita berdua, semoga bisa terwujud Aamiin, oiya Ren kayanya kita tidak bisa lama-lama ngobrol, karena ini telpon orang hehe, yasudah pokoknya kamu jaga diri baik-baik disana dan tetap semangat." Ucap Rendi dengan penuh perasaan yang sangat mendalam serta rindu kepada Adiknya Rendi yang sudah tak bisa tertahan.
"Oiyaaa ka, siap hehe, Kaka juga sama ya jaga diri baik-baik, dan jangan lupa untuk selalu semangat juga, kita pasti bisa hehe.."
"Iya Ren hehe, baik kalau begitu Kaka tutup ya telponnya, Assalamu'alaikum Ren."
"Wa'alaikumussalam Ka..."

Sehabis nelpon Dimaspun terduduk di atas kursi ruang tamu, merasakan kerinduan yang masih belum sepenuhnya terobati, Dimas terduduk mematung didalam lamunannya dan Berkata dalam hatinya "Andai saja Rendi ada disini, mungkin semuanya akan terasa lebih indah, tapi yasudahlah, semoga saja dia sehat dan sukses disana"
Dimas yang mulai merasa ngantuk dan lelah, dengan tidak disengaja, seketika itu Dimas tertidur diatas kursi ruang tamu rumah Pak Ismail.
"Dim, Dimas...." Seru Pak Ismail memanggil Dimas menyiapkan hidangan makan malam yang sudah siap untuk disantap.
"Dimas kemana ya, ko dia tidak menjawab, jawab" Ucap Pak Ismail.
Pak Ismailpun segera melihat ke ruang tamu rumahnya, dan ternyata Dimas sudah tertidur asyik, segera dibangunkan oleh Pak Ismail untuk tidur didalam kamar.
"Dim, bangun." Ucap Pak Ismail sambil menggoyang goyangkankan badannya Dimas.
Dimaspun terbangun dengan wajah yang terlihat sangat ngantuk dan kecapean.
"Dim, tidurnya dikamar saja, jangan disini, disini dingin terus banyak nyamuk juga, ayo tidurnya dikamar ya." Ucap Pak Ismail.
"Oiyaaa Pak baik." Jawab Dimas
"Iya, ayo sini, nah ini kamarnya, kamu tidur disini saja ya."
"Iyaa Pak Makasih..."
Dimaspun beranjak dan segera masuk kedalam kamar, dan membaringkan seluruh tubuhnya yang sudah sangat terasa lelah dan ngantuk, lalu iapun tertidur pulas. Disusul dengan Pak Ismail yang juga masuk kedalam kamarnya dan tertidur.

Waktu telah berlalu, malam yang kini telah berganti menjadi pagi, suara ayam berkokok yang bersahutan bergantian, udara yang terasa sangat dingin dan sejuk telah hadir menghiasi suasana pagi yang cerah ini.
Dimas yang memulai pagi harinya dengan sebuah lamunan, karena ia sangat kebingungan tinggal menumpang dirumah Pak Ismail, rasa takut merepotkan Pak Ismail yang sudah dalam usia yang tua, ditambah Dimas yang belum mempunyai penghasilan untuk membantu sedikit kebutuhan Pak Ismail. Dimas yang berdiri diteras rumah masih terbalut dalam lamunannya itu terlihat oleh Pak Ismail yang baru saja selesai memasak, lalu Pak Ismail berjalan kearah Dimas dan menepuk pundaknya dari belakang dan berkata.
"Dim, ayoo kita sarapan pagi dulu." Ucap Pak Ismail
"Astagfirullah." Jawab Dimas dengan sedikit kaget karena sedang asyik melamun. "Iya Pak."
"Ayoo kita kedapur, kita sarapan dulu, jangan melamun terus."
Dimas dan Pak Ismailpun berjalan kearah dapur dan makan sarapan pagi.

Selepas sarapan pagi, Dimas membantu membereskan semua cucian baju dan barang perabotan, karena hanya dengan seperti ini Dimas bisa sedikit membantu Pak Ismail, disisi lain Pak Ismail selepas sarapan ia menghabiskan waktu paginya dengan berjemur. Tidak lama kemudian Dimaspun menyelesaikan semua cuciannya dan beranjak kedepan halaman rumah untuk menjemur cucian itu, terlihat Pak Ismail yang terduduk berjemur sambil membaca koran, Dimaspun segera menyelesaikan jemurannya, karena ingin segera berbicara pada Pak Ismail tentang unek-uneknya itu, selesailah sudah tugas Dimas, Dimaspun langsung menghampiri Pak Ismail.
"Pak Ismail." Ucap Dimas
"Iya, Dimas ada apa?"
"Pak Ismail sedang sibuk tidak?"
"Ooohh, enggak ko, emangnya kenapa?"
"Anu Pak Ismail, Dimas pengen bicara sesuatu." Ucap Dimas dengan sedikit malu dan ragu.
"Bicara apa hehe, silahkan?"
"Begini Pak, Dimas merasa tidak enak tinggal menumpang dirumah ini, karena takut merepotkan dan menjadi beban, terus ditambah Dimas tidak punya apa-apa dan penghasilan untuk membantu Pak Ismail, Dimas ngerasa tidak enak Pak."
"Hmmm, dasar Dimas, jangan merasa begitu, kamu disini sudah saya anggap anak sendiri, terlebih dulu jasa-jasa Ayahnya Dimas yang banyak membantu Pak Ismail, jadi bagi Pak Ismail sudah seharusnya Pak Ismail membalas jasa-jasa Ayahnya Dimas, yaitu kepada Dimas anaknya.
"Tapi Pak"
"Sudah jangan tapi tapian, sudah anggap saja ini rumah kamu sendiri, Pak Ismail senang jadi ada yang menemani, pokoknya urusan makan dll jangan dipikirkan, kamu sekarang fokus saja belajar disini, mengenal daerah sini dan tinggal disini, jangan memikirkan hal yang lain."
Mendengar ucapan Pak Ismail Dimaspun terharu dan meneteskan air mata, karena seperti menemukan sosok orang tua kembali.

                         **********

Kupu-KupuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang