Tasya keluar dari kamarnya dan duduk di meja makan tanpa suara dia mengambil sumpitnya dan memakannya, seakan-akan robot. Alena baru masuk dan melihat kakaknya seperti itu berlari dan memukul tangannya.
"LU GILA HAH?!?!?"
Tasya menatap kearah adiknya, tanpa bersuara dan hanya diam, lalu menatap kedepan.
"Gue benar-benar udah lupain semuanya, bahkan gue menolak mengingat, supaya gue bisa kuat," Alena terdiam.
"Tapi, ternyata gue belum siap kehilangan mereka," ucap Tasya membuat Alena bergerak mundur dan hendak masuk kedalam kamarnya.
"ALENA," ucap Gia membuat Alena menghentikan langkahnya.
"Kakak minta maaf," Alena menatap matanya.
"Untuk apa kak? Alena yang egois, seharusnya Alena menahan semuanya sendiri, seharusnya Alena tidak membuat kalian mengingat semua yang pernah terjadi di kehidupan kita, seharusnya Alena tidak merayakan hari peringatan kematian mereka, seharusnya Alena tidak mengingatkan semuanya, Alena yang egois, Alena yang salah, Alena..."
"CUKUP ALENA?!?!" teriakkan Nyonya Lusi membuat Alena terdiam. Ia menghampiri putrinya itu.
"Kau tau? Saat kau tidak masuk sekolah, seharusnya aku langsung menghapirimu, seharusnya aku memelukmu, karena aku ibumu, IBUMU?!?! Tapi, apa yang aku lakukan aku menyibukkan diriku dengan hal yang tidak seharusnya, aku menghabiskan waktu ku untuk hal yang tidak berguna." Nyonya Lusi mendekatkan dirinya ke Alena dan memeluknya membuat Alena menangis dalam pelukkan ibunya.
"Maafkan aku, maafkan aku yang tidak mengerti kamu, mengerti kakak-kakakmu, bahkan Calvin." Tasya terdiam, Gia bahkan Reynata terdiam, tak terkecuali pemuda satu-satunya dirumah itu Calvin.
"Kau tidak egois, nak, tidak ada anak ibu yang egois dirumah ini, kau, kak Nata, Kak Gia, Kak Nanda, Kak Tasya, dirimu, Leonny, Jessika, Natasya, Gaby, maupun Calvin, bahkan kak Alya, tidak ada yang egois, nak, tidak ada," Nyonya Besar keluarga Talany itu bersuara dalam pelukkan anaknya.
"Ibu yang egois, ibu yang menutup telinga dan mata ibu, padahal ibu tau anak-anak ibu butuh ibu, ibu yang menutup semua kemungkinan di kepala ibu, karena ibu yang salah, seharusnya ibu mengingat bukan melupakan, seharusnya ibu harus berdiri kuat untuk mengendong kalian semua dipudak ibu, kau tidak salah, tidak ada anak yang salah meminta perhatian ibunya, nak" Alena menangis meraung-raung dalam pelukkan Nyonya Lusi.
"Maaf bu, maaf," dan tidak ada kata lagi yang keluar dari mulut Nyonya Lusi, membuat Tasya terdiam.
Gia berjalan kearah ibunya dan memeluknya, begitupun Reynata, "maafkan kami ma, Reynata tau rasanya melahirkan seorang anak, walaupun mama Reynata tidak ada, Reynata akan menghormati mama selayaknya mama yang melahirkan Reynata, karena melahirkan dan membesarkan adalah tugas seorang mama, jika Ibu tidak melakukan salah satunya, masih tetap seorang Ibu."
Nyonya Lusi tersenyum dan memeluk anak-anaknya.
***
Keluarga Talany kembali sibuk dengan urusan masing-masing, Alena yang sibuk dengan tugas kuliah dan juga kegiatan kampusnya, sedangkan calvin sibuk dengan tugas kuliah dan gambarnya. Tasya sibuk dengan rumah sakit dan ruang penelitiannya, sedangkan Reynata sibuk dengan keluarga kecilnya, dan Gia sibuk dengan anak-anak dan pernikahan yang dalam hitung hari.
Hari-hari berganti hari, Gia akan melaksanakan pernikahan yang pertama kali disaksikan orangtuanya dan keluarga besarnya bahkan dunia. Keluarga Talany dengan pakaian seragam dan mewah yang didesain langsung oleh nona muda kelima, Alena. Bocah nakal mereka.
"bagus juga," ucap Calvin menatap kemeja dan baju buatan Alena didepan sang empunya.
"Emang cewek lu doang yang bisa," Alena menyenggol tangan Calvin dan mereka tertawa.
Acara Sakral dan Romantis itu berjalan dengan lancar. Tasya dan keluarga Talany naik keatas panggung.
"Selamat Sore semuanya, perkenalkan kami dari keluarga Talany, saya Nyonya Besar Talany, Nyonya Lusi Talany, sedangkan suami saya sudah meninggal, diusia tua saya, saya sudah kehilangan satu menantu, satu cucu laki-laki, dan juga lima anak perempuan saya yang tercatat di sipil. Serta, satu sekertaris kesayangan saya, Alya. Apapun yang terjadi dibelakang saya dan keluarga saya, akan selalu menjadi kenangan buruk dan indah buat kami." Nyonya Lusi tersenyum.
"Dengan ini saya akan mengumumkan anak laki-laki satu-satunya di keluarga Talanny, Calvin Talany." Nyonya Lusi menujuk ke Calvin diikuti dengan Calvin yang membungkuk bandannya.
"Jika dia melakukan kesalahan, mohon bimbingannya, tentunya saja dia tidak harus melanjutkan perusahaan, dia mahasiswa arsitek di kampus Universitas Negeri kita ini." Nyonya Lusi bersuara lagi.
"Sesuai dengan berita yang tersebar, perusahan kami akan membuka produk kecatikan terbaru yang sudah lauching, dan juga perusakan makanan yang baru saja lauching dan rumah sakit gratis khusus untuk mahasiswa dan orang-orang jalanan dan yang membutuhkan, serta 8 klinik gratis untuk semua warga, dan juga pusat penelitian kami mendapatkan hak panten dari Amerika Serikat." Nyonya Lusi tersenyum.
"Semua ini, kami bisa berdiri disini, karena pengorbanan seorang anak saya, Nanda Talanny, dia yang mendidik, Anatasya dan Alena, dia juga yang mengatur keuangan saat mereka berempat masih susah. Berkat dia, kami jadi berhasil, bahkan dia rela pergi keSurga terlebih dahulu." Nyonya Lusi mengelap airmatanya.
"Jika, anak-anak saya melakukan hal yang melanggar hukum di negara ini, silahkan, silahkan didik mereka sesuai hukum, karena mereka tidak terlindungi hukum, karena kami tidak menciptakan hukum. Kami hanya menciptakan makanan dan alat kecantikan." Ketawa para wartawan disana dan beberapa orang meliputi semuanya.
Tasya menatap keluarganya, "hai pencipta, pertahankan ini semua, terima kasih, temukan hamba dengan jodoh hamba."
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara