Bab 10

2.1K 69 0
                                    

"Jadi kau pengawal sekaligus sekertaris kakakku? Liam?" Alena bertanya di meja makan yang sudah ia pesan, ia memang menyuruh kakaknya berbelanja, sekaligus membeli beberapa baju untuk dirinya sendiri, karena Alena mengetahui bahwa kakaknya itu jarang sekali berbelanja.

"Iya nona," Liam, sekertaris lelaki satu-satunya dikantor kakaknya itu memberikan jawaban.

"Dan kau, Alya?" Asisten baru yang masih masa training itu kaget, padahal ia belum memperkenalkan dirinya.

"Aku bisa baca pikiran orang lain," Alena menggaruk belakang leher yang tidak gatal itu, ia grogi.

"Maaf, ya, saya belum bisa kontrol itu, huh," Alena mengela nafas.

"Selama siang nona Alena, ada yang mau dipesan? eh kakak Alena maksudnya," ucap pelayan itu ketakutan saat melihat mata Alena yang hampir copot karena dipanggil nona.

"Pesanlah, jika kalian tidak makan banyak hari ini, aku akan dibunuh kakakku, aku seperti biasa, kakak ku nasi goreng spesial, saja," Alena bersuara. asistennya kebinggungan, dimenu tidak ada nasi goreng. Setelah semua selesai memesan makanan, Alena menatap mata Alya, asisten pengganti Gia.

"kakakku hanya suka makan nasi goreng, kau hanya perlu berkata nasi goreng spesial, dan air putih, sampai ia mati hanya itu yang bakalan ia makan di restoran ini," Alena bersuara menatap Alya yang mengeluarkan buku tulis dan pulpen, ia mencatat nama restoran dan juga menunya.

"Mintalah Gia mengirim data-data restoran yang biasa dikunjungi kakak ku, setiap restoran setiap ia kunjungi, hanya menu yang sama yang selalu ia pesan," Alena menatap keatas.

"Dan lagi kakakku paling benci berkomunikasi dan bertoleransi terhadap orang lain, jadi jika kalian dibawa ke mall, dengan ku atau sahabatnya atau anak sahabatnya, percaya atau tidak, ia akan menanyakan kalian mau makan apa? Jadi jawab saja, dia memang suka ganti restoran, tetapi jika ia berkunjung kerestoran yang biasa ia kunjungi, kaya saat ini, ia memiliki dendam dengan nasi goreng sehingga ia hanya memesan nasi goreng," Alena menceritakan semua detail kepada Alya.

"Kakakku setiap jam 10 malam sampai jam 7 pagi dihari Jumat, dia akan berada di rumah sakit." Alena yang bercerita tentang kebiasaan kakaknya dan Alya yang mencatat kebiasaan bos barunya itu.

"Dia akan membatalkan secara sepihak, jika itu berhubungan dengan kakak Gia, Reynata, Nanda, dan aku." Alena menatap Alya.

"Hafalkanlah nama suaminya, anaknya, dan juga perusahaannya," Alena tersenyum.

"KAKA?!!?" Alena melambaikan tangan kearah Tasya yang berjalan masuk ke restoran itu.

"Selamat datang nyonya Tasya," manager restoran itu keluar dan memberi hormat.

"Oh," hanya itu yang keluar dari mulut Tasya.

"Kakakku, tidak suka orang yang cari perhatian secara sengaja, jadi tugasmu menendang mereka, Liam," Alena menujukkan kearah manager. Saat Alena hendak duduk para sekertaris, asisten, serta pengawalnya itu hendak pindah meja, Alena mengeluarkan nafas beratnya membuat mereka semua memandang kearah Alena yang disampingnya sudah terduduk bos mereka.

"Kakakku tidak pernah menyuruh kalian untuk makan dengan meja terpisah, dia tidak suka makan sendirian, maaf, jika merepotkanmu, Alya, tapi ketahuilah bahwa dia lebih suka makan bersama-sama," Alena memainkan ponsel canggih yang baru kakaknya belikan beberapa minggu sebelum ia meninggalkan Korea.

"Ini laptopmu tidak bisa digunakan untuk membuat desain, jadi aku membelikan beberapa yang baru sama ini katanya dipake buat desain," Tasya begitu semangat menunjukkan semua barang-barang elektronik yang biasa digunakan untuk mempermudah membuat desain.

DOKTER GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang