Chika dan Gaby pindah mobil, karena Tasya harus mengunjungi beberapa perusahaan yang mengikuti tender serta berhubungan dengan kontrak.
"Nenci, berkas semua sudah siap?" Tasya bersuara didalam mobil.
PK Company, bergerak dibidang medis dan alat kimia, bukan hanya itu PK Company juga mempunyai salon, spa, dan brand kosmetik menjadi nomor satu didunia, itulah alasan PK Company sangat di takuti, bukan hanya itu, PK Company mempunyai lab. yang diberi izin oleh pemerintah untuk menjadi standar pemasaran produk. Karena ketatnya, para pengacara dan hukum yang berada disana membuat orang-orang tak bertanggung jawab tidak bisa meniru brand tersebut.
Tidak ada yang protes dan marah, jika Tasya menolak, karena mereka mengetahui sekalipun itu perusahan Romi ataupun Rudy, jika tidak mampu, Tasya akan menolak, bedanya Romi dan Rudy diberi akses lebih mudah untuk mengajukan proposal.
Tasya sudah tiba di sebuah ruangan privasi di cafe, sudah lima perwakilan perusahaan menampilkan proposal dan presentasinya, Tasya menolak tegas, jika tidak sesuai konsep, tetapi ia akan melihat perusahaan yang bisa digabungkan untuk proyek yang lain. Berbisnis adalah keahlian sampingan Tasya untuk menghasilkan uang.
Ini adalah perusahaan terakhir, Tasya sudah memberi tanda dan mengalihkan proyek kepada perusahaan yang lain, yang semuanya menunggu diluar, hari ini Tasya harus mendengar sepuluh perusahaan mengucap janji dan pemikirannya itu.
Setelah semua selesai, semua perwakilan memasukki ruangan kembali, sedangkan Tasya sibuk dengan ponsel ditangannya. Alya yang melihat Tasya sibuk, segera mengampirinya, "nona" Tasya tersadar dan membuka map hitam, membacakan hasil-hasilnya.
Saat semua sedang senang, ponsel Tasya berdering, Nando. Alya melihat nama kakaknya Tasya itu terdiam, tak selang berapa lama, ponsel Nenci dan juga Liam ikut berbunyi karena sebuah panggilan.
Perwakilan perusahaan segera meninggalkan ruangan, karena melihat Alya hendak mengamuk itu.
"Halo, iya kenapa? SIAPA? Nona lia? Baik bawa dia keruangan privasi, jangan beri dia minum," Alya bersuara dan memutuskan secara sepihak.
"Tuan Liam, satu keluarga yang katanya adalah keluarga Nona Tasya datang kemari, Nona Lia sudah tiba di ruangan, sedangkan yang lainnya ada dikantor," Liam memutuskan tanpa menjawab.
"APA?!?! Kalian sudah menghubungi pihak berwajib?!?! Nona Nanda? Baik, dia sekarang ada dimana? kantor keamanan, baik, jangan samperin dia," Nenci bersuara, mendengar nama-nama keluarganya disebut Tasya tersenyum sinis.
"halo kak," panggilan ketiga Nando baru sukses membuat Tasya mengangkatnya.
"papa, keluargaku, Amel dan anaknya sedang bersembunyi, anak Lia dan Leo, dijual diam-diam sama Loila, tas, dia gila, semua keluarga yang bisa gue selamatin, gue bawa kevilla yang hanya diketahui oleh lu dan gue, bahkan istri gue hanya kaget pas tau ini, istri gue lagi tenangin anak-anak, Roy, suami Adel, adalah adik kandung dari ayah Lia, Tasya lindungi adik-adik lu disana dengan baik, Adel dibunuh didepan mata anak-anak gue, Alex, Amel, ayah dan istri gue, untuk mengancam karena lu bener-bener memberhentikan semua, Leo menghilang, dia hilang dengan anak-anaknya yang dijual itu," Nando bersuara dengan panik, mereka bersembunyi diruangan rahasia, vila pribadi yang kendap suara yang takkan bisa dilayak keberadannya itu.
Tasya bangkit berdiri, menelepon secara langsung ketiga kakaknya.
"Kalian dimana?" Tasya panik bersuara membuat seisi ruang privat itu bergetar.
"pelanin suara lu, kita sama nenek, chika dan juga Gaby, tadi kita lagi kumpul dirumah lu, tiba-tiba alarm rumah gue bunyi kencang banget, suami gue lihat CCTV orang bersenjata masuk kedalam sana," Reynata berbisik dengan pelan.
"kita sembunyi diruangan kendap suara lu, guna juga itu ruangan rahasia yang dibuat Alena,semua aman tadi Romi membawa masuk anak-anak, terus gue, Chika semuanya ngambil keperluan buat makan tidur, bahkan disini ada toilet, Alena mau sembunyi dari lu ya," Reynata berbisik lebih pelan lagi, Tasya memutuskan telepon secara sepihak.
"Sialan, Alena, bahkan Reynata mengetahui keberadaan ruangan rahasia, tempat dia melakukan segala macam hal gila disana," Tasya menatap Necia, sekertaris lainnya.
"Nona, Nanda membuat kekecauan dikampus, hanya Nanda sendiri," Nenci yang sudah membawa dokumen yang membuktikan kasus selama ini, bahkan mengambil rekamanan CCTV dikantor, diapartemen dan kampus adik-adiknya, semua sibuk.
Tasya dan Nenci sibuk mengumpulkan bukti, Alya sibuk mengusir orang yang tak bersalah dikantor dan apartemen, sedangkan Liam sibuk menghubungi orang suruhannya untuk melindungi daerah kantor dan memastikan semua karyawan biasa, serta satpam digantikan dengan orang-orang hebat yang sudah dilengkapi dengan rompi anti peluru, tetapi berpakaian seperti pegawai, dan juga mengirim orang-orang untuk membawa kabur Alena dan teman-temannya dari kampus.
Tasya mengirim semua bukti kepada atasannya dulu saat di MI, sedangkan atasannya mengirim kepada semua negara, negara terdekat dari negara yang ia duduki sekarang, Nanda dikirim kembali kekantor yang membuat keluarganya itu ngamuk.
Tasya berjalan, tubuhnya memang dulu dipasang besi saat ia masih diladang misi, yang membuatnya terlihat rata tak berbentuk, walaupun besi untuk hanya melindungi organ pentingnya. Jadi, dia dengan senang hati menghampiri apartemennya.
"Nona,"
"Saya punya bubuk ini, yang bisa membuat semua kaki tak bisa bergerak," Tasya menujukkan bubuk yang selalu dibawahnya. Liam menyuruh semua bawahnya untuk berpindah kearah apartemen, karena disana ada 15 orang bersenjata tajam, pisau dan pistol.
Tasya masuk ke apartemennya sendiri, ponselnya tidak ia bawa. Sedangkan, orang-orang itu menggunakan sejatanya untuk mengancam, Tasya mengatur timer untuk membuat serbuk itu keluar, bahkan melemparkan kesela-sela yang menandakan keberadaan yang lain.
"Hai?!?!" Tasya duduk dibangku dan meja yang ditarik dari ruang makannya.
"Siapa yang ganti rugi, nih, soalnya saya lebih kaya, lebih hebat, lihatlah laser, laser yang ada ditubuh kalian," 15 pembunuh bayaran yang dibuat Tasya terduduk itu sudah takut, saat mengetahui kedatangan Tasya.
"Nona, saya minta maaf," mereka meletakkan senjata mereka yang langsung diambil oleh Liam, setelah semua senjata asli dipegang Liam. Alya membuka pintu rahasia itu, yang membuat semua orang disana keluar dengan selamat, mereka dibawa dengan tangga menuju kamar yang lain yang dua tingkat diatas apartemen milik Tasya.
"Bagaimana?" Tasya kembali bersuara.
"Mau bekerja sama tidak? kalo tidak mau mereka akan menembak kalian, mengurangi beban saya," 15 pembunuh bayaran yang sangat tinggi itu, ketakutan.
"Nona, kami tidak dibayar, kami anak buah Roy di geng mafianya, kami tau kami tak sebanding dengan Nona, baik segi ilmu bela diri, bahkan uang," salah satu orang berbicara.
"Nona, apakah nona menjamin keselamatan kami, jika bekerja sama?" Tasya menatap mereka semua.
"Kalian disiksa?"
"Kami dirawat sejak umur kami 10 tahun oleh tuan besar, ayah tuan Roy. Tuan Dana, kakaknya Tuan Roy, mengalami kesusahan, karena banyaknya saingan didunia mafia, jadi kami berlima belas disiksa menjadi seperti ini. Kami berlatih, tapi kami percaya menyadari bahwa nona Tasya anak Tuan Denny bisa segala-galanya,"
.....
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomantikAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara