Bab 40

710 32 0
                                    

Tasya yang terduduk dimeja makan salah satu restoran yang terisi oleh ribuan pegawainya itu, ia berdiri dan mengangkat gelasnya.

"Mari bersulang?!!?" Teriakkan awal Tasya disahuti para pegawai itu, setelah itu dia menghampiri satu persatu pegawainya, menyapa dan bertanya kabarnya. Ia benar-benar bahagia, muka sedih Tasya hilang entah kemana. Pergi dan tak bersisa diwajah Tasya.

"Ini baru Nona besar yang kita kenal," bisik-bisikkan dari pegawai tidak membuat Tasya merasa risih, ia tetap tersenyum. Ia menari, minum, menyanyi dan berteriak seakan-akan dunia mereka tidak terbatas lagi.

Alya dan Liam yang belum minum saat itu tersenyum, "Nona Tasya benar-benar kembali, terima kasih Nona Leony," ucapan Liam membuat Alya tersenyum.

"Kau tidak pergi minum?"

"Tidak, aku harus membawa Nona Tasya yang sudah mabuk," Alya memberikan sedikit minuman kearah Liam yang membuat dua karyawan yang paling mengetahui Tasya itu tertawa dan meminum.

"Untuk kebahagian Nona Tasya,"

...

Keesokan paginya, Alya sudah menyiapkan makanan berkuah hangat membuat perut Tasya tenang dan tidak protes, karena sudah lama ia tidak makan, tetapi malah minum dengan banyak.

"aduh Tasya bego," Tasya tersenyum memandangi dindingnya sudah berubah menjadi polos tanpa TV, dan hanya foto usg bayi yang diperbesar dan foto pernikahan serta foto keluarga besar dan foto Jesika dan Gaby dan juga baju Natasya.

"Yaampun, kalian benar-benar membuatku gila akhir-akhir ini, dibilang jangan ke Surga, lihatlah sekarang kita pesta tanpa kalian," Tasya bersuara sendiri dikamarnya. Setelah semua siap, ia mandi dan bergegas untuk menuju tempat acara.

Semua rekan kerja dan teman serta dokter MI yang bebas tugas tanpa penyamaran tentunya berada disana dengan tersenyum ia menyapa semuanya. Nyonya Lusi tertawa bahagia bersama cucu dan juga dua wanita hamil yang tak lain Reynata dan Gia. Alena tertawa dengan sahabat-sahabat dokternya itu.

Romi dan Rudy sibuk dengan rekan bisnis Tasya dan juga dirinya, karena perusahaan mereka semakin besar, menjadi pendamping perusahaan Tasya. Mereka semua tersenyum bahagia, keluarga yang suram diberita, yang berduka cukup lama kini bersinar lagi.

Sampai sebuah TV yang sengaja dinyala oleh Alya, menampilkan sebuah berita yang wajib didengar, semua hening. Termasuk Tasya, mendengar bahwa berita tersebut tentang pesawat jatuh.

Alya membuka ponselnya melihat pesawat yang dinaiki oleh Leony.

Oh Tuhan, tolong, keluarga ini baru bahagia, apakah dosa berpesta, tolonglah, batin Liam bersuara.

"Sialan, cocok," gumam pelan salah satu karyawan yang memesan tiket pulang Leony yang terdengar sampai dikuping keluarga Talany, membuat Tasya terjatuh seketika dengan pecahan gelas mengenai kakinya yang membuatnya berdarah. Nyonya Lusi pingsan, Gia mengalami kram perut, sedangkan Reynata menangis tersedu-sedu. Alena menatap Tasya dengan sedih.

Jika Pencipta ada, tolong sudahi ini semua, aku dan kakak masih bekerja menjadi dokter, kami masih menolong, lantas kenapa? apa tidak bisa ini selesai. Duka ini selesai. Alena mengadu di hatinya menangis dalam diam.

Semua orang disana merasakan duka yang sama, sampai saat Nyonya Lusi terbangun dari pingsannya langsung berteriak kencang membuat semua mata tertuju kepadanya.

"AKU SUDAH MELAKUKAN DOA, PENYEMBAHAN, DONASI, SEMUANYA KULAKUKAN, SEMUA KU LAKUKAN DENGAN IKHLAS, JIKA DOSA KU MASIH BANYAK BUNUH AKU JANGAN KELUARGAKU," Nyonya Lusi terus berteriak membuat Nesy menenangkan dirinya.

Alya tetap fokus kepada Tasya, tetapi tiba-tiba Alena memecahkan gelas dan mengambil pecahan tersebut, membuat Alya berlari dan menendang tangan Alena kuat-kuat sehingga pecahan tersebut jatuh kembali, tangan Alena sudah berdarah.

Alya memeluk Alena, "kenapa kenapa" hanya itu yang keluar dari mulut Alena membuat semua orang tidak berhenti menahan airmata nya, sampai sebuah video membuat keluarga itu terdiam.

Video wawancara Leony.

"Halo nama saya Leony dari kampus X, saya ingin menceritakan sedikit latar belakang keluarga saya, saya hidup dengan nenek saya dengan keadaan susah, tetapi kemudian saya diangkat menjadi anak-anak dari keluarga Kak Nata, atau Keluarga Talany, Kak Tasya baru kehilangan keluarga dekatnya di negara lain karena ulah orang tak bertanggung jawab, membuat Kak Tasya sangat amat berduka, setelah itu fakta-fakta yang menyakiti hatinya, membuatnya semakin berduka, tetapi ia berusaha kuat untuk kami, karena perusahaan saat itu kacau dan kami juga kacau," Leony menatap ke arah kamera membuat Tasya menetes airmatanya.

"Keluarga kami saling mencintai, aku anak kedelapan dari sembilan bersaudara, aku punya adik bernama Gaby, yang baru-baru ini meninggalkan kami karena penyakit keturunan keluarganya bersama Kakak ku Jesika, Kak Jesika lah yang membantuku merancang program ini, seharusnya saat ini Kak Jesika ikut di kompetisi ini, tetapi dia tidak ingin, dan sekarang ku tau bahwa dia bukan tidak ingin, tetapi tidak bisa. Penyakitnya dirahasiakan dari keluarga, karena itu ia membayar semua dokter untuk tidak bersuara, dan adanya etika dokter terhadap pasien membuat mereka ikut tidak bersuara." Leony tersenyum.

"Lalu bagaimana dengan reaksi keluargamu saat kamu menang?" Perempuan yang mewawancari Leony bersuara lagi.

"Senang, kak Tasya sejak meninggalnya Kak Nanda, Kak Jesika, dan Gaby setiap makan dimeja makan selalu menangis, menghindari rumah sakit, tetapi saat Kak Natasya meninggal dia mengurung dirinya dikamar. Tapi, saat aku menepati janjiku membawa pulang mendali emas, sebelum nya tadi ia menelponku dan menunjukkan pesta perayaan terhadap pegawainya. Senyum yang sudah lama tidak terlihat itu membuatku tenang. Jika aku minta hadiah apapun pasti akan dia berikan, tetapi senyum tulusnya sudah cukup bagiku."

"Apa yang ingin kau sampaikan kepada keluargamu?"

"Kak Tasya, jangan nangis lagi ya, aku dan Alena akan menjadi anak-anak beprestasi, jika ada kehilangan di keluarga kita lagi, tidak masalah, simpan setiap kenangannya, tetap tersenyum, karena orang lain tidak bersalah, pelayan dirumah tidak bersalah, Alena juga tidak bersalah, sama Kak Tasya segera menikah ya, biar aku dan Alena bisa mulai pacaran. Untuk Kak Nanda, Kak Jesika, Kak Richard, Gaby dan baby boy, Terima Kasih sudah melanggar janji, karena pergi ke Surga. Kita sudah sepakat kemanapun akan disetuji kecuali Surga." Leony tersenyum.

"Leony mencintai kalian semua, Nenek harus tetap tersenyum, nenek masih muda, terima kasih," ucapan singkat Leony membuat Alena tersadar, ia berlari memeluk Tasya.

"Maafkan aku, maaf aku, aku akan menjadi yang terbaik, mengejar mimpiku, maafkan aku," Alena menangis dalam pelukan kakaknya.

"Ma, tenanglah siapa tau Leony baik-baik saja," semua terdiam kembali dengan ucapan Tasya.

Kali ini aku berharap semua baik-baik saja, batin Tasya dengan tersenyum sampai Liam berlari tergesa-gesa dengan wajah merah padam dan tangan memengang medali emas. Tasya terdiam seribu bahasa.

Kabar baik, kabar baik, kumohon kabar baik, jangan jenazah, batin Tasya berdoa.

Liam yang melihat Keluarga majikannya itu seperti kapal pecah membuatnya takut, ia benar-benar bingung harus mulai darimana.

...

DOKTER GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang