Bab 3

5.6K 175 0
                                    

"Siapa namamu?" ucap Tasya yang memiliki niat untuk menyakitinya.

"Rifan, aku anak pertama dari mama Lia," ucapnya lagi yang spontan membuat semua mata membesar.

dasar, ibu tak tau diri, udah tau anak itu yang buat Tasya pergi, malah diajak kesini lagi.

Suara samar-samar yang menghina Lia membuat Tasya terdiam.

"Bibi, sudah bertunangan, lihat cincin ini, jadi bibi akan menikah dengan tunangan bibi,"

"Inisial tunangan bibi namanya MI ?" tanya Alex dengan berani.

Tasya tersenyum paksa, "belajarlah dengan benar, menikah itu urusan orang dewasa, jadi kalian harus menjadi dewasa dulu, baru bisa mengajak perempuan cantik menikah,"

"Apakah bibi akan menungguku dewasa?" ucap Alex lagi.

"bibi jadi tua dong sayang, menikah itu ketika dewasa, bukan ketika tua," ucap Tasya diikuti tawa renyah diruangan itu.

"bibi kan awet muda, jadi bibi akan tetap dewasa tidak tua." ucap Alex lagi.

"Terus tunangan bibi kemana dong? Kasihan dong!" ucap Tasya pura-pura sedih.

"Bibi menikah dengan dia, terus menikah denganku," ucap Alex yang langsung dijewer Amel.

"Menikah hanya untuk satu kali, bocah nakal," ucap Amel.

"Iya-iya, bunda memang bawel," ucapnya lagi.

Rifan menyodorkan kuenya lagi, "apakah kau tidak bisa menerima ini?"

"Panggil aku bibi dokter mulai sekarang, kita berteman?" ucap Tasya menyodorkan tangannya dan menerima kue nya.

Rifan tersenyum dan menjabat tangan Tasya, "kata mamaku kau akan membenciku?"

"Tentu saja tidak,"

"Apa kau membenci mama?" ucap Rifan lagi yang spontan membuat Tasya menatap kearah Lia yang bersanding bersama lelaki yang dulu ia cintai itu, Leo.

Tasya hanya tersenyum kepada Rifan membuat Rifan berdecak kecal. Anak perempuan Lia berlari menghampiri Tasya.

"Papa Leo bilang kalo bibi dokter dan mama Lia adalah sahabat sejati, jadi mereka tidak akan saling membenci, kak,"ucap Cantika yang membuat Tasya tersenyum paksa.

"Bibi dokter apa benar ada sahabat sejati di dunia?" Rifan bertanya.

Tasya terdiam beberapa saat, sejati, kata singkat itu sukses membuat memori yang ia punya di negara ini terputar, memori bahagia.

"Iya, aku punya sahabat dirumah, dia bilang kalo kita sahabat sejati, tapi dia pergi, bibi dokter juga pernah pergi" ucap Rifan lagi.

Tasya masih berpikir untuk merangkai kata-kata yang tepat yang pantas ia lontarkan agar tidak menyakiti hati anak-anak ini dan menjelaskan tentang hubungan diantara dia dan juga orangtuanya.

"Bibi dokter, punya sahabat sejati di tempat kerja bibi dokter," ucap Tasya sambil tersenyum.

"dia seorang dokter juga, dia dan bibi terkadang berpisah karena misi, tapi kami memiliki sebuah tempat rahasia yang membuat kami selalu pulang kembali, kita berpisah bukan karena kita tidak inign bersatu, tetapi jika kita bersama hanya akan saling menyakiti, bibi dokter terkadang mendapat misi yang membahayakan nyawa. Dan,sahabat bibi pernah menyelamatkan bibi yang membuat dia hampir meninggal, jadi tidak selamanya berpisah untuk saling menyakiti, tetapi tak selamanya juga berpisah itu untuk saling mencintai." ucap Tasya panjang lebar membuat anak-anak itu mengangguk kepala.

"bibi dokter, pernah lihat bom tidak?" Steven seketika bertanya dengan bersuara antusias.

"Pernah, ada apa?"

DOKTER GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang