(FLASHBACK)
"Apa Gaby buat salah?" Gaby menggelengkan kepalanya, Tasya sedang menasehati Gaby yang ketakutan didalam mobil, karena harus kembali kedalam sekolah itu.
"Kakak pimpinan PK Company, kakak yang punya itu, tapi Gaby tau, jika Gaby, kakak Jesika, kakak Leony, kakak Natasya, bahkan kakak Alena, berbuat salah, kakak tetap menghukumnya, membiarkan hukum berjalan sesuai," Gaby terdiam.
"Jika Gaby takut sama manusia, Gaby salah, yang harus Gaby takutkan adalah Pencipta Manusia, Gaby mengetahui kenapa?" Gaby menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Kakak tidak bisa melawan Pencipta," Gaby tersenyum.
"Jika Gaby tidak salah, Gaby harus berani melawan, jika Gaby salah, Gaby harus berani mengakuinya, Gaby paham?" Gaby menganggukan kepalanya.
off
.....
Gaby yang duduk di kursi ditengah menatap Tasya, "Gaby tidak salah, Gaby tidak menindas siapapun, Gaby tidak menghina siapapun," ucap Gaby dengan percaya diri. Alya yang sudah berada diruangan operator menujukkan bukti yang ia punya.
Komite kekerasan sekolah, terdiam. Sebenarnya, tanpa buktipun mereka sudah mengetahuinya, tetapi kali ini Tasya yang berada didepan mereka. Tasya merangkul Gaby.
"Kembalilah kekelas, rapikan semua barangmu, karena sekolah ini sudah ditutup, Gaby," mendengar ucapan Tasya membuat kepala sekolah serta pimpinan yayasan menundukkan kepalanya.
"Ikutlah dengan Chika," Gaby tersenyum menatap kakak barunya itu.
"apa kau akan menghukum mereka dengan kekerasan?" Tasya menatap Gaby dengan sendu.
"Tidak, aku tidak suka menggunakan kekerasan, aku lebih suka bisnis," Tasya memeluk Gaby.
"Tapi Gaby, mereka harus melakukan apa yang sudah mereka lakukan di media sosial," Gaby melepas pelukan Tasya.
"Tapi semua foto itu sudah hilang, setiap ada orang yang hendak mengpostnya akan terhapus dalam hitungan detik," Gaby bersuara dengan polos membuat Alya tersenyum dan berbicara pelan.
"nona gaby, kau tau kalo kakakmu bisa membuat raja sekalipun tunduk kepadanya, karena ia adalah dokter hebat," Nenci yang ada disamping Alya ikut tersenyum mendengar ucapan Gaby sekaligus Alya.
"Karena itu, aku kasihan dengan para IT yang pintar, yang hanya menghapus itu, lebih baik mencegah untuk tersebar bukan?" Gaby mengangguk.
"Aku tidak akan melakukan kekerasan, pergilah bereskan barangmu, bersenang-senanglah dengan Chika, nikmati setiap gedung ini," Gaby berjalan meninggalkan aula, tepat saat pintu tertutup, wajah yang penuh senyum Tasya menghilang.
"Nama Hendri, pegawai biasa PK company, bukan?" Tasya duduk dibangkunya membuat kedua asisten yang berada dibelakang berjalan mendekat, para pengawal yang menyamar menjadi orangtua murid berdiri.
"anakmu bersalah, polisi dibayar berapa kau?" Tasya menatap kedua polisi disana dengan tatapan tajam, ia benar-benar takut.
"Nona Tasya?!?!"
"Jangan panggil saya nona Tasya, jangan panggil saya," polisi tersebut terdiam lagi.
Saat Tasya sedang asyik duduk memainkan pulpen, semua orangtua yang terlibat disana yang ada 20 orang tua siswa, tidak termasuk guru dan komite kekerasan, mendapat telepon bahwa mereka dipecat tanpa gaji.
"Tuan Hendri, bagaimana? bukannya tadi mengatakan bahwa kau adalah pegawai PK Company," Hendri hendak memukul putrinya yang ditahan oleh pengawal Tasya.
"Bukan cumaan putrimu yang salah, tetapi kau juga, itulah alasan saya memencat kau, jangan lupa bayar denda, karena kau tercatat mengundurkan diri," Tasya tersenyum. Hendri maju hendak sujud didepan Tasya tapi ditarik paksa oleh Liam yang ada disamping Tasya.
"Hendri, saya tidak butuh manusia cari perhatian," Hendri terdiam.
"Berlaga kaya, tetapi tidak memiliki apa-apa, kebetulan sekali bukan, yang berkerja disini, rata-rata orang pabrik saya, dan komite kekerasannya hanya ibu-ibu gosip," Tasya kembali bersuara.
"Lakukan apa yang mereka lakukan terhadap adik saya," Tasya berteriak dengan cukup keras membuat semua orang disana ketakutan. Anak-anak yang membully dan memposting di media sosial ditarik di tempat yang sama membuat hal yang sama.
Seorang Ibu berlari kearah Tasya saat anaknya yang membuat Gaby setengah telanjang itu hendak dilakukan hal yang sama.
"Nona Tasya, saya mohon, ampuni anak saya," Tasya tersenyum.
"Jika Gaby melakukan hal yang sama, saya tetap akan memarahinya membiarkan hukum yang berlaku, membiarkan korban melakukan hal yang sama dengan Gaby lakukan, walaupun dia tidak mau, saya akan menyuruh orang lain melakukan hal yang sama, adik saya ada empat lagi, selain Gaby, jika mereka salah, saya tidak akan melindungi mereka," Tasya bersuara tepat ditelinga ibu untuk kencang dan tegas membuat semua orang disana terdiam.
Alya menujukkan sebuah video yang ia baru dapatkan, Video dimana Gaby meleparkan telur busuk karena menemukannya di mejanya, Gaby yang emosi saat itu melakukan hal itu.
"PANGGIL GABY?!!??!" teriakkan Tasya membuat semua orang disana terdiam. Gaby datang dengan wajah ketakutan.
"Gaby pernah melemparkan telur busuk ke orang lain?" Tasya bertanya didepan Gaby, sedangkan Gaby melihat orang sekitarnya yang mukanya merah-merah.
"nona, itu make up, nona Tasya tidak menggunakan kekerasan, tetapi nona sudah membalas seseorang, seharusnya nona tidak melemparnya, seharusnya nona meletakkannya dimejanya kembali," Alya berbisik kepada Gaby yang membuat Gaby menundukkan kepala.
"tapi, dia menaruh dimejaku, membuat mejaku bau,"
"kau bisa melempar kemejanya, bukan keorangnya?" Tasya bersuara menatap Gaby, membuat Gaby menunduk kepalanya.
"Angkat kepalamu, kau salah, minta maaf, dan biarkan dia melempar telur busuk kepadamu, lainkali, gunakan otak bukan emosi, kau paham?" Gaby mengangguk, Gaby menghampiri anak kepala sekolah disekolah, membuat kepala sekolah itu ketakutan.
"Nona Gaby, tidak perlu, tidak perlu," Kepala sekolah bersuara takut membuat Gaby melihat kearah Tasya yang matanya hampir copot itu. Chika memberikan telur busuk yang kondisinya sama itu kepada Gaby.
"aku salah, dia tidak akan melindungiku, dia sudah mendengar penjelasanku, ibuku juga mengajarkan hal yang sama," Gaby hendak menundukkan kepalanya, tetapi istri kepala sekolah itu memengang bahu Gaby.
"tidak, tidak perlu," Nyonya itu yang ketakutan akan makanan dihari esok itu, terdiam, sebenarnya Tasya hanya memindahkan anak-anak tak bersalah kesekolah lain selama dua bulan, membiarkan anak yang bersalah dan keluarga yang bersalah memeriksa diri mereka sendiri.
Gaby melepas tangan istri kepala sekolahnya itu, "AKU SALAH," teriak Gaby yang kemudian membungkuk sebanyak tiga kali dan berkata, "maaf, maafkan aku telah melemparmu dengan telur busuk."
Tasya tersenyum, dia teringat waktu itu Alena juga berbuat salah disekolahnya mencoret-coret tembok sekolah dengan piloks, sekolah memang tidak memberitahu, tapi Gia memberitahu, sehingga Alena kena hukuman mengecat warna yang sama dengan awal tembok itu, bahkan membeli cat itu sendiri.
Gaby menyerahkan telur busuk itu kepada kakak kelas, sekaligus, anak kepala sekolahnya itu, Tasya yang tidak tega melihat adegan itu beranjak dari kursinya, menuju pintu keluar terdekat. Melihat Tasya yang keluar, kepala sekolah menyuruh Gaby untuk tidak melanjutkannya lagi.
Alya menatap Gaby, membuat Gaby mengerti. Alya mengetahui dari Gia, saat Alena menjalankan hukumannya Gia yang menemani hingga bersih. Tasya bersembunyi di mobil, sedangkan Tasya saat ini bersembunyi di belakang pintu.
Sialan, memang orang tidak akan pernah tega melihat keluarganya disakiti, tapi Gaby harus belajar menggunakan otak dibanding emosi serta kekuatan, Tasya bersuara dalam hatinya dengan mengempal tangannya di belakang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
عاطفيةAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara