"Kau mengetahui darimana kalo saya bisa segala-galanya?" Tasya bertanya, karena kantor masih seperti biasanya tidak membuat orang-orang disana curiga, bahkan orang suruhan Roy ini, tidak menghubungi mereka. Tasya sudah mengirim seseorang, untuk menerbangkan orang-orang itu kembali, tetapi mereka tidak mau.
"Pergilah, kalian dari sini, mendaftar kepada Liam, saya tau kalian tidak berani dengan saya, bahkan saat saya buka pintu, kalian langsung memundur, tinggallah disini," Tasya bersuara.
"Ubah ruangan saya menjadi ruangan mereka, kamar-kamar mereka, saya akan pindah bersama yang lain," Tasya berdiri, diikuti anggukkan kepala, Liam menyerahkan mereka kembali kekantor.
"Katakan pada mereka, bahwa saya melarikan diri menuju negara mereka, dia tidak akan membunuh kalian, jadi jika kalian tidak bisa menuruti Liam, kalian akan menjadi gembel, mati kelaparan, paham? saya hanya menyuruh kalian hidup biasanya saja, paham kan, pesankan tiket pulang, saya mau ziarah makam bunda saya, akhirnya saya tau dimana bunda saya dimakamkan," Tasya bersuara dengan tersenyum. Liam mengumpulkan semua serbuk-serbuk itu dan memasukkannya kedalam tas dan koper yang sudah dipacking.
Anak-anak yang mendengar bahwa penjahat ditangkap turun antusias menggunakan lift. Nenci mengurus semua agar para penghuni bisa mendiami apartemen masing-masing, kembali.
"Hai, nek, mereka pengawalku, mulai sekarang, nenek akan dikawal oleh mereka, tunjuk yang mana yang nenek mau," Tasya bersuara sangat lembut, membuat nenek yang tadinya khawatir tidak jadi.
"kau ini, nenek kira kau kenapa-napa?" Nenek memeluk cucunya yang kemudian empat bocah nakal, baru tiba di apartemen.
"NENEK?!!?!?" Mereka berlari memeluk nenek, melihat tingkah mahasiswi seperti bocah membuat Reynata kesal.
"Kalian sudah dewasa, bertingkah dewasa, paham?" Nenek menjitak kepala ibu dua anak itu.
"Kau tetap cucuku, kau paham?" Reynata tersenyum manis, memang diam-diam Reynata selalu manja pada Nenek.
"sudahlah, aku mau berperang, mereka akan diasuh oleh bawahan Liam, mereka akan menjaga kalian, menjaga syaiton itu pada datang," Tasya memeluk nenek.
"Nek, tenanglah, ditubuhnya terpasang besi, dia dokter MI. jadi tidak bisa dibunuh dengan mudah," Gia yang sedang hamil, membutuhkan pelukan seorang wanita dewasa seperti neneknya itu memeluk nenek Leony.
"Hei, Leony, nenekmu buatku," Gia dalam pelukan neneknya mendapatkan pukulan dari Tasya. Lima belas, mantan bawahan bundanya itu yang menjadi bawahan Roy bersujud.
"Nona maafkan kami," Liam langsung menyuruh mereka berdiri dan menyuruh bawahannya membawa mereka untuk mengurus semua berkas serta melatih mereka. Liam, Alya, dan Gia menatap kearah Tasya yang sibuk dengan ponselnya. Tangannya menari-nari diatas ponsel canggihnya itu.
"Alya, cari informasi Leo, Rifan, dan Cantika, diseluruh pelosok, paham, aku sudah membuat janji dengan mereka dan mereka yang menentukan tempatnya, aku pergi dulu, nek, aku pergi ya, aku akan kembali, dengan beban yang sudah terlepas," Tasya tersenyum kepada nenek barunya itu didepannya itu.
"apa kau akan kembali?" Nenek yang matanya sudah berkaca-kaca itu menatap Tasya, tetapi Tasya hanya membalas dengan senyum. Nanda yang melihat nenek yang menjadi kesayangan yang selalu ia ajak ngobrol tentang konsep pernikan bersama Richard hendak menangis juga.
"Nek, apa kau tidak mencintai kami? Lihat Leony cucu kandungmu, Tasya bukan cucu kandungmu, dia punya banyak nyawa, dia tidak akan mati," Nanda mencairkan suasana .
Romi yang baru tiba dengan bayinya serta Felix kaget saat melihat Tasya membawa koper.
"Tenanglah, nek, aku tak akan mati, aku akan membuatmu bahagia, merasakan semuanya di masa tuamu, baru aku pergi, lagipula lihatlah empat bocah nakal itu, serta Gaby, bahkan keponakanku, mereka semakin banyak, walaupun aku belum melahirkan," Nenek tertawa mendengar Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara