Tasya berjalan diUGD, dia mengecek dan memeriksa semua pasien disana dengan baik dan tersenyum, sampai semua telepon membuatnya mengangkatnya.
"Kenapa?"
"Mobil akan segera tiba, pasien tentara, tertembak di medan perang, dia salah satu orang penting,"
"Saya dokter, saya dokter semua orang, bukan dokter orang penting,"
"Karena, cumaan anda yang bisa dokter,"
Tasya mematikan dan menyiapkan peralatannya dan berjalan keluar menuju mobil tentara yang baru tiba didepannya. Tasya mengambil buku riwayat pasien didepannya dan membaca nama pasien.
"CEPAT!?!?"
Tasya berlari ketika tiba disana, ia berlari menuju ruangan operasi, ia tidak melihat ia menuju rumah sakit mana, karena takutnya ia terhadap pasien yang didepannya, betapa terkejutnya dia, melihat ruang operasi yang sepi hanya ada pasien dan darah didepannya.
"FELIX?!!?" Tasya berlari mendekatinya.
"Felix bertahan, aku akan melakukannya, bertahan," Felix membuka matanya dan tersenyum.
"Tas, aku minta maaf,"
"DIEM?!!? AKU BAKALAN OPERASI SEKARANG !?!? DIEM?!?!" Tasya berputar disana dan mencari perlatan yang bisa dipakai.
"Tas, Tasya" suara parau dari mulut Felix terdengar, membuat Tasya terdiam ia berjalan mendekat.
"Tas, maaf, maaf banget," Tasya masih terdiam ia menatap Felix dan mengengam erat tangan Felix, serta menahan perutnya yang keluar darah.
"Tas, maukah kau menjadi dokter galak ku? menjadi satu-satunya nama di surat nikah ku?" ucap Felix membuat Tasya menangis, dia memeluk Felix.
"Felix, aku mau, karena itu kamu harus bertahan, paham?" Tasya mengangkat tangannya dan betapa terkejutnya di tangannya ada cicin dalam gumpalan darah.
"Felix?" Felix mengambil cicinnya dan berlutut didepan Tasya. Ia memasang cincinya dijari cantik milik Tasya.
"Akhirnya dokter galak nikah?!?!" ucap Alena keluar dari ruangan gelap disana.
"Katanya sih dokter hebat, gak bisa bedain bau darah asli sama palsu, ihh," kakaknya Reynata ikutan menjahili adik nya itu.
"Namanya buta cinta kak, gitu deh," Gia ikutan bersuara. Tasya hanya tersenyum kesal sambil tertawa.
"Anak ibu?!?!" Nyonya Lusi melebarkan tangannya dan kelima anaknya berlari memeluk ibu mereka tercinta.
"CALVIN!?!?!" teriak keempat putri Nyonya Lusi itu.
"Dia juga anak ibu, jangan protes jika dia paling banyak dapat pelukkan ibu," ucap sang ibu tersenyum. Malam itu, Anatasya, dokter galak yang sudah beranjak dewasa dilamar depan keluarganya dengan romantis dan menengangkan.
Alena yang diam-diam sudah pacarana dengan Willy pun tersenyum bahagia, sedangkan Calvin masih diem dengan gambarnya, merasakan pelukkan dan kasih sayang dari ibunya tercinta yang belum pernah ia dapatkan.
***
Anatasya dengan baju pernikahan putih dan cantik serta mewah berada didepan kaca dikamar pengatinnya. Kakak-kakaknya dan adik-adiknya masuk.
"Yaampun kakak gue cyantikkk banget, semoga jodoh gue secyantikkkk kakak gue," ucap Calvin dengan alay dan memeluk Tasya.
"Hei, hei, kau bisa merusak gaun ini," Tasya bersuara lagi.
"Dih, sebelum nikah pelit amet," semua tertawa, Nyonya Lusi yang baru mau masuk melihat kelima anaknya sedang saling menjahili, tersenyum.
"Hidupku seperti roller coaster naik dan turun, tetapi bersama mereka seakan-akan aku sedang di wahana bermain yang naik dan turun aku akan terus tertawa dan bercanda-canda. Terima Kasih, Leony, untuk semuanya, semoga kalian bahagia, disurga, bersama-sama. Nenek mencintai kalian semua, Ibu mencintai kalian semua," airmata Nyonya Lusi netes.
"IBU KENAPA NANGIS??!?!" Alena berlari menghampiri Nyonya Lusi didepan pintu.
"Ibu bahagia, ibu sangat bahagia," Reynata memeluk ibunya.
"Makasih ya anak-anak ibu, udah bikin airmata kebahagian ibu untuk pertama kalinya turun," mereka semua berpelukan tanpa peduli baju dan make up mereka.
"Siapakah yang menyerahkan putri ini untuk dinikahan pada hari ini," Semua mata terdiam nyonya lusi tersenyum dan menangis, ini kali kedua ia menikahkan putrinya. Putri perawan yang pertama kali.
"Saya orang tuanya," ucap Nyonya Lusi. Tasya melepas gengaman tangan ibunya dan berjalan mendekat kepada Felix, Nyonya Lusi menangis.
Tasya, kamu putri ibu nak, kamu berhak bahagia, tunangan mu memang tidak berhak, hidup jauh lebih baik mulai sekarang nak, kiranya hidupmu dilindungi Pencipta, dan hidup terus berbagi, Ibu mencintaimu nak, ibu benar-benar mencintaimu. batin Nyonya Lusi yang berjalan turun menuju bangkunya.
Tasya akan selalu mencintai ibu, terima kasih untuk semuanya ibu, terima kasih untuk nafas yang selalu kau berikan disaat aku tidak bernafas, terima kasih karena membuat hariku menjadi jauh lebih bahagia, aku mencintaimu bu, aku sangat mencintaimu Tasya bersuara dalam hati sambal tersenyum melihat ke ibunya yang berjalan pelan turun menuju bangkunya. Felix tersenyum.
"Ibumu pasti bangga punya dokter galak kaya kamu," Tasya tersenyum dan melihat kearahnya.
"Ibuku akan membenciku karena memberikan menantu seperti kak Romi menjadi dua," ucap Tasya kepada Felix dan mereka tertawa bersama.
Pernikahan itu berjalan lancar menutup semua kesedihan, Felix terus tertawa bersama Tasya saling memeluk dan mengengam tangan semua sekan-akan menjadi milik mereka berdua.
"Sayang, terima kasih, sudah mau menjadi dokter galak ku, izinkan aku melanjutkan sisanya untukmu dan membuatmu bahagia." Tasya tersenyum bahagia dan memeluk Felix.
****
Selayaknya pengantin baru pada umumnya, Tasya dan Gia tidak keluar kamar, Tasya sibuk dengan badan yang pegal-pegal, sedangkan Gia sibuk dengan suami yang manja dan anak-anaknya. Nyonya Lusi tersenyum saat melihat Gia naik turun tangga.
"Kamu kenapa nak?"
"Liam bun, minta dimasakkin Gia, tapi gak boleh lebih dari semenit, indomie aja lima menit bikinnya,"
"terus kenapa?"
"Liam gak mau dilepas bu, dia meluk aku terus, genggam tangan aja gak mau dilepas, aduh bu,"
"Jangan-jangan kamu hamil, coba cek dulu,"ucap Ibunya dan membuat Gia menganggukkan kepalanya.
"Iya bu, nanti Gia cek."
***
Tiga keluarga yang lagi harmonis-harmonisnya dimeja makan tertawa bersama membuat Alena si bocah jomblo bete.
"TOLONG LAH MASIH ADA ANAK DIBAWAH UMUR!?!?!?" teriak Alena frustasi membuat para asisten yang sedang menyajikan makanan tertawa dan para kakak-kakaknya malah terus melanjutkannya.
"Bu, Alena frustasi, bu,"
"Sini, ibu peluk sini anak ibu," sontak semua anak perempuan Nyonya Lusi meninggalkan suami dan memeluk ibunya.
"HEIIIIIII KALIAN MENYEBALKAN?!?!?" Alena tersenyum kecut dan melanjutkan makanannya.
"Calvin mana?" Nyonya Lusi bertanya kepada pegawainya.
"Tuan muda belum kembali sejak semalam, Nyonya." Nyonya Lusi langsung berdiri dan mengambil handphonenya.
"Halo bu,"
"dimana kamu? berhenti Calvin, kau sampai kapan akan kaya gini? Kembali kerumah kakak-kakakmu sudah ada dirumah."
"Aku dirumah Nyonya Lusi," ucap Calvin dengan wajah bangun tidurnya. Dan karena itu, semua berubah Nyonya Lusi terus seceramah soal kesehatan ke putra sematawayangnya itu, membuat mau tidak mau seluruh meja mendengarkannya.
"Iya bu, Calvin sudah dengar, makanlah bu, nanti kau keselek,"
"Ibu tuh ceramah bukan karena apa-apa CALVIN...."Nyonya Calvin masih terus melanjutkannya membuat Calvin berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara