Setelah dua jam, ia berhasil menyelesaikan masalah yang ada selama dua bulan ini. Tasya berjalan menuju meja kerjanya mengambil laptopnya.
"Tas,"
Tanpa menoleh Tasya hanya mengeluarkan suara kecil menjawab,
"selama dua bulan ini, lu kemana saja? apa tugas lu berat?" Reynata bersuara, sedangkan Tasya yang sudah selesai mengumpulkan barang yang ia perlukan berjalan kembali ke sofa.
"Tidak, gue ketemu bunda kandung gue, dia ternyata dokter satu-satunya di Pulau Ordo, yaudah gue kerja disana," Tasya bersuara dengan tangan yang mulai menari-nari di atas laptopnya.
"Kalian tidak makan siang?" Tasya bertanya tanpa melihat kearah kakaknya yang sudah membesarkan nya ini selama beberapa tahun, sejak ia terdampar di negara ini.
"gak, tunggu supir antar anak gue," Reynata bersuara sambil memainkan ponselnya.
"gue tunggu jam check up, nanggung," Gia menyahut.
"Gue tunggu desainer, karena tadi sudah janjian disini," Nanda yang bersandar juga ikut bersuara, Tasya hanya fokus kedalam laptopnya, dan diruangan itu hanya terdengar suara ketikan.
Sudah lima berjam berlalu, sejak Tasya mengambil laptopnya, Tasya berpindah kembali ke meja kerjanya memulai sebuah rapat online secara khusus dengan para penangung jawab yang membutuhkan kejelasan dan tanda-tangan kontrak. Sedangkan, Tasya membutuhkan suatu penjelasan.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, Lily dan baby sisternya baru saya tiba, sedangkan Nanda dan Richard sedang mencoba berbagai model baju, ditemanin Gia. Tasya sibuk menjelaskan, mendengarkan, dan suara print yang membunyi, karena hari ini ada beberapa proyek yang gagal, membuatnya mengambil tindakan cepat untuk menanda tangan kontrak dan menolak beberapa proposal tidak jelas.
...
Pukul 6 sore, Tasya merapikan meja kerjanya, ia menelepon Liam untuk naik keatas.
"Lah? Kalian masih disini," Tasya kaget saat melihat keluarga sahabatnya masih ada disana.
"Memang ya, gue sekertaris lu sekaligus asisten lu, bekerja selama beberapa tahun tidak bisa sebanding dengan lu, lihatlah masalah dua bulan, selesai dalam beberapa jam," Nanda menepuk tangannya. Tasya hanya menggelengkan kepala, ia berjalan mendekati Lily, sampai Liam mengetuk pintu.
"Nona, nenek dirawat dirumah sakit, karena Alena membuat ulah di kampus," Tasya berdiri mengambil tasnya diikuti sahabatnya dan juga ia menyerahkan laptop serta dokumennya kepada Liam.
....
Dirumah sakit, Nenci dan Chika serta kelima adik angkat Tasya berada disana, Tasya yang berjalan sangat cepat membuat Alena berlari kencang dan memeluk kakaknya, seperti biasanya Tasya tidak mengiraukan, dia terus berjalan, walaupun sedikit berat karena Alena memeluknya.
Dokter-dokter yang merawat keluar semakin terkejut saat pemilik rumah sakit ini tiba dirumah sakit, "Nenek saya bagaimana?"
"Aman, hanya syok saja," Tasya melepaskan pelukan adiknya dan berjalan masuk. Semua orang berdiri didepan kaca.
"Nek, ini Tasya, maaf ya, Tasya sudah tiba dari siang, tapi baru kesini padahal sudah hampir malam, Tasya harus menyelesaikan sedikit masalah dikantor, tapi sudah selesai, nek, Alena memang sering membuat masalah, dia hanya rindu padaku, seharusnya nenek tidak perlu seperti ini," Nenek lusi membuka matanya ia menatap Tasya.
"Nenek baik-baik saja, hanya saja nenek kaget, melihat keempat cucu nenek yang sudah menjadi mahasiswa masih merepotkan kamu, bahkan cucu kandung nenek," Nenek Lusi bersuara membuat Tasya tersenyum.
"Mereka hanya rindu di hukum, beristirahatlah, nek, anak-anak nenek akan menjaga nenek," Reynata dan Gia melambaikan tangannya dengan penuh semangat.
"Terima kasih sayang," Malam itu Tasya memutuskan untuk istirahat di rumah sakit, sedangkan kelima adik nakal kesayangannya tentu saja pulang, karena besok pagi, mereka akan bergantian.
....
Nanda sudah tiba dengan Richard, karena Richard tidak ada penelitian, jadi ia bisa menemani Nanda, sedangkan Tasya berjalan keruangan pribadinya membawa mereka semua kembali ke bangku pendidikan mereka.
Saat Liam mengetuk pintu, Tasya dan semua adik-adiknya sudah siap, mereka dalam keadaan hening, karena mereka mengetahui bahwa Tasya dalam mode marah.
"Antar bocah nakal ini dulu ke sekolah," Chika dan Nenci sudah berada disana juga. Saat Tasya turun, adik nakalnya, Gaby, juga turun, serta Chika, asisten pribadi sekaligus sekertaris bocah nakal ini.
"Chika, kau harus melaporkan setiap permasalahan, cek cctv, dan pastikan dia mengikuti les yang sudah ia pilih sendiri," Chika menyerahkan tablet yang berisikan informasi orang-orang yang menjadi korban kemarahan Gaby.
"hukum dia, jika tidak bisa dihukum, maka saya akan membuat sekolah ini tidak bisa menghukum satu muridpun, karena akan hilang sekolah ini," Guru-guru tak bersuara, karena takut akan Tasya. Sedangkan, Tasya membawa Gaby kekelasnya dan membawanya kedepan teman sekelasnya yang ia siram itu.
"MAAF!?!?" Gaby menunduk tanpa rasa hormat, membuat Tasya kesal.
"gab, jika kau terus melakukan ini, jangan pulang kerumah, kau salah, jika kau salah, akui kesalahanmu, jika kau benar, sekalipun semua orang bilang kau salah, aku tetap membelahmu," Gaby mengangguk.
"Maaf," Gaby bersuara sedikit lembut, membuat Tasya mendengus kesal.
"Biarkan Gaby menjadi asistenmu, kau tidak boleh menindasnya begitupun sebaliknya, dia akan menemanimu kemana saja kau pergi dan mengantarmu pulang itu berlangsung selama sebulan, siramlah dia," anak itu tidak berani, sehingga membuat Gaby mengambil air minumnya dan menyiram dirinya sendiri. Tasya berlalu dari sana.
"Masalahku masih banyak, jika kau terus membuat masalah, aku akan mengirimmu belajar diluar negeri," Gaby terdiam dia memeluk Tasya.
"Aku merindukanmu, makanya aku membuat masalah," Tasya berbalik badan dan memeluk adik angkatnya itu.
"baik, aku paham, berlaku baik lah," Gaby menganggukkan kepalanya, sedangkan Chika masuk memberikan seragam sekolah yang lainnya.
Tasya meninggalkan sekolah dan ke kampus Alena.
....
Tasya membuka pintu kamar asrama adik angkatnya itu membuat mata Tasya membelak kaget, suara yang ia tahan untuk tidak meninggi, sejak di sekolah Gaby dan dirumah sakit serta di perusahaan seakan-akan membuat dia tidak bisa menahannya lagi.
"ALENA?!?!? JESIKA!?!?!? LEONY?!?!?! NATASYA?!!?!?" mereka semua menutup telinganya sedangkan Nenci memasang headset diikuti Liam.
"HITUNGAN KETIGA, BERESIN INI SEMUA, JIKA KALIAN TIDAK MEMBERESKANNYA AKU AKAN BUAT KALIAN TERPISAH-PISAH DI NEGARA ANTAH BERANTAH?!?!?" Tasya meninggalkan kamar itu.
"JANGAN ADA YANG BANTU MEREKA, JIKA KU LIHAT KALIAN DIBANTU, AKU AKAN MENYURUH MEMBERSIHKAN SEMUA KAMAR ASRAMA, DAN LAPANGAN," Tasya masuk kedalam mobil yang membawanya menuju ruangan dimana dosen pembimbing mahasiswa berada.
Setelah masalah kuliah, sekolah, rumah sakit, perusahan, dan keluarga selesai. Tasya menutup mata nya ia menyenderkan kepalanya di dalam mobil.
"Aku harus mendidik mereka, dengan bebas, mungkin setelah itu mereka akan menjadi dewasa," Tasya bersuara didalam mobilnya membuat airmatanya turun, ia tidak sadar, bahwa adik angkatnya sudah ada didepan pintu mobil. Iya mereka melihat.
airmata Tasya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomansaAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara