"LEONY, NATASYA," panggilan seram dari mulut Alena sukses membuat ketiga sekawan itu berlari kebawah.
Mendengar nama mereka ikut dipanggil ketiga sekawan itu turun kebawah, diantara mereka Tasya lebih tua setahun dengan mereka, dan juga karena kepintaran dan kegigihan dari Tasya, dia sudah berada satu tingkat diatas teman-teman seasramanya itu.
"Tas, ayolah dia mengangguku," Jesika yang sudah berada didepan tangga yang tidak jauh dari Tasya dan lelaki yang tak lain bernama Rivaldo itu melihat kearahnya.
Bagi keluarga angkat, terutama Tasya, mereka tidak mempermasalahkan latar belakang lelaki yang mereka cintai, hanya saja mencengah untuk terjadinya perebutkan kekuasahaan ada sedikit tes tak terlihat yang tentunya saja dilakukan Alena.
"Kau menyiramku? bukannya sesama keluarga tidak boleh saling menyakiti?" Alena bersuara dari kejauhan, Tasya yang hari itu baru saja pulang dari dinasnya dirumah sakit yang ingin melihat adik-adik nya seketika kaget melihat lelaki basah kuyup dengan tulisan I LOVE YOU, ia melihat Jesika yang lagi berdebat dengan Alena dan juga dua adik angkat nya itu.
wah, wah, memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya, sepertinya gue harus menentukan nama keluarga yang bagus untuk kita semua, batin Tasya tersenyum dengan penuh jahilannya.
"yooo, adik-adik nakals ku," suara alay dikeluarkan Tasya membuat mahasiswa dan dosen semakin berkumpul. Rivaldo yang sudah menentapkan hatinya untuk Jesika tetap berdiam disana.
Hei..heiii... lelaki aneh pergilah, Tasya akan membunuhku dengan kejahilannya, pergi, Jesika berucap dalam hatinya.
Tasya berjalan mendekat kearah Rivaldo, "kau sepertinya sangat mencintainya, tetapi didalam istilah keluargaku, dari kakakku sampai mereka, jika ada yang membuat kesalahan dengan menyakiti ?" Tasya mengantungkan ucapan yang dijawab serempak oleh keempat bocah nakal itu.
"Menyakiti orang lain baik secara perasaan maupun fisik,"
"Betul sekali, itu ada hukumannya, ya karena keluargaku tidak bisa menggoyangkan apapun, jadi mau tidak mau aku harus memutuskan hukumannya, Jesika, nona muda keenam," panggilan penuh sindiran dari Tasya membuat kaki Jesika berjalan mendekat kearah perempuan yang membiayainya itu.
Jesika tanpa basa-basi melihat kearah dua sahabatnya itu yang baru datang dengan satu ember dengan air, mereka bersiap-siap menyiram dengan singap di halangi oleh Rivaldo.
lelaki yang baik, semakin baik semakin senang aku melepaskan adik-adikku, batin Tasya bersuara dalam hatinya.
hei bocah nakal, kau tidak mengetahui siapa Tasya sebenarnya menyikirlah aku yang akan dibunuh olehnya, Jesika menutup matanya kesal.
"Rivaldo kau baik sekali, bahkan jika kakakku menghukumku tidak ada yang berani mencegahnya," Tasya tersenyum manis kearah Rivaldo, sedangkan yang ditatap tidak membalasnya hanya wajah menunjukkan rasa tidak suka terhadap kebijakan Tasya.
"Sudahlah, berkemaslah sekarang, tadinya aku ingin hidup tenang dirumah sakit tetapi, adik-adikku membuat ulah, apa menemani kalian makan itu membuat kalian malu," Tasya memain aktingnya yang membuat Leony yang menjadi adik bungsu keduanya setelah Gaby itu mendekat dan tersenyum ramah.
"Kak, bukannya kau tinggal dirumah sakit agar nenek tidak membahas pernikahan dan perjodohanmu, lagipula untuk apa kita berkemas?" Leony menatap Tasya.
"Pulang, kau tidak merindukan ku dan nenekmu?" Mereka berempat berlari keatas dengan cepat.
"Rivaldo, aku akan mempercayai Jesika kepadamu, berjuanglah, urusan cinta dan pemilihan suami keluarga ku tidak mempermasalahkan dengan siapa, asal mereka saling mencintai," Tasya menepuk bahu lelaki itu.
"oh iya, perkenalkan namaku Tasya, aku seorang dokter dan pembisnis, aku anak ke empat aku punya 3 kakak dan 5 adik," ucap Tasya tersenyum membuat Rivaldo ikut tersenyum
Apa ini yang dinamakan galak? batin Rivaldo.
setidaknya urusan cinta, aku mundur. batin Tasya.
....
Keempat sekawan itu keluar dengan koper masing-masing ditangan mereka, karena beberapa minggu lagi mereka akan libur dan juga karena villa dekat dengan kampus membuat mereka sepakat untuk pulang pergi kekampus.
"Kak,"panggil keempat bocah yang sudah menjadi adik-adik Tasya itu.
"Minta nomormu, aku akan membantumu menaklukkan hati dingin manusia purba itu," ucap Tasya dengan tersenyum.
Setelah mendapatkan nomor Rivaldo, ia membawa mobil yang ia kendari sendiri itu dengan manusia cantik lainnya didalam sana dalam diam.
...
"Aiyoo, cucu nenek, sudah datang," Nenek Lusi bersuara dengan lantang dibelakangnya berdiri Nesy yang mendorong kursi roda Nenek Lusi, semenjak kejadian itu Nenek Lusi harus menggunakan kursi roda, sehingga membuat seluruh keluarga akan meningalkan kerjaannya demi Nenek Lusi.
...
Dimeja makan, semua keluarga berkumpul, tentunya kecuali anak Reynata dan anak Gia yang sudah tidur dikamar.
"Nek, tentukanlah nama keluarga kita?" Tasya yang tiba-tiba terlintas dikepalanya dengan nama itu membuat keluarga itu merinding seketika dimeja makan.
Tidak ada yang bersuara selama beberapa saat sampai, Romi suami Reynata bersuara ragu-ragu.
"Aku ingin mundur dari perusahaan itu," ucap Romi yang seketika membuat sumpit Tasya terletak kembali di tempat semula.
"Kenapa?" Nenek Lusi yang menjadi kepala keluarga saat itu membuka suara.
"Aku ingin menafkahi hasil kerja kerasku sendiri, nek, lagipula aku tidak berkuasa dibidang kosmetik dan bahan kimia," Romi kembali bersuara.
"Kau ingin membuka bidang apa?"
"Teknologi komunikasi," ucap Romi singkat setelah ia mengunyah nasinya.
"baik, nenek setuju, nenek akan mendanai awalnya, setelah itu kau harus membalikkan modalnya, aku menjadi pemegang saham tertinggi, bagaimana?" Nenek Lusi tersenyum, ia memang tidak tau dunia bisnis, tetapi semenjak ia bergaul dengan Nesy, sekarang ia menjadi tau sifat dan keinginan dari semua keluarga yang duduk dimeja makan ini.
Jangan tanyakan Tasya, satu manusia yang tidak bisa ia tolak didunia ini adah Nenek Lusi, sejak ia mengenalnya. Sejak Nenek Lusi, memeluknya dan bercerita penuh canda ditempat tidur. Ia mencintai Nenek Lusi lebih dari apapun yang ia punya.
"Hitung-hitung tambah warisan nenek untuk cucu-cucu nenek," ucap Nenek Lusi dengan tersenyum. Tasya kehilangan pikirannya. Ia benar-benar binggung.
"Tasya, dengarkan nenek, kita harus mengurus semua bagian catatan sipil," Tasya tidak bersuara mulutnya seakan-akan beku, sedangkan Nenek Lusi mengharapkan bahwa Tasya tidak ikut bersuara kali ini, karena dari antara mereka semua emosi yang stabil adalah Tasya.
Bagaimana jika orang lain binggung dengan sisilah keluarga kita, Tasya bersuara dalam hati sedangkan memikirkan penyelesaian jalan keluar.
Ia menatap nenek disampingnya, Reynata dan Romi sedangkan didepan mereka, Gia dan Rudy, lalu didepan Tasya, Nanda dan juga Richard, sebelah Nanda ada adik-adik kuliahnya.
Baiklah, baiklah, aku sudah punya keputusan, batin Tasya senang diikuti ia melanjutkan makannya. Semua orang nampak binggung, tidak ada yang berani melanjutkan makanan mereka.
"Oh ayolah makan dulu," suara senang Tasya membuat seluruh meja makan kembali mengeluarkan suara sumpit dan sendok dan juga tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara