Bab 13

1.3K 49 0
                                    

Tasya sudah berada dimobil dengan seorang supir pribadi sejak dulu, seorang pengawal baru nya yang merupakan kenalan dari sepupu Gia dan juga sekertaris barunya yang duduk disampingnya, Alya. Tasya menafas dengan sedikit kasar membuat semua orang yang ada dimobilnya binggung.

"Al, kira-kira aman gak di asrama itu?" Tasya bersuara kepada sekertarisnya, Alya yang mendapatkan pesan dari Gia, bahwa Tasya akan menggila jika berurusan dengan adiknya itu, membuat Alya tersenyum.

"Nona, apa perlu saya memesen apartemen terdekat asrama?" Tasya mendengus nafasnya kasar lagi.

"anak itu akan memarahiku," Tasya memasang muka bete.

Apa ini rasanya melepaskan sesuatu karena kebenaran? memang sedikit lega saat melihat wajah tertawa Alena, tetapi bodoh amatlah tenang, tenang, Tasya mengelus dadanya dengan tangannya, ia menatap kearah depan, Liam.

"Liam, kirim dua pengawal bayangan, jangain dia," Tasya membuka suara diikuti anggukan kepala Liam, "hei tunggu, kita bawa apa untuk nenek Leonny?" Tasya kembali bertanya membuat Alya tersenyum.

Mati gue, lupa batin Alya bersuara, yang mungkin terdengar oleh Tasya dan membuat Tasya menaikkan nadanya setengah oktaf itu.

"JANGAN BILANG LUPA?!?!? CARI TOKOH BUAH?!?!?" Tasya memaki-maki di mobil, membuat Alya memberikan pesan singkat di group tempat ia kerja, sekaligus perusahaan Tasya.

Bagus, ada yang rumahnya dekat rumah nenek Leonny, batin Alya tersenyum.

"Nona Tasya, parsel buah akan diantar saat kita tiba didepan rumahnya, ada karyawan yang membelikannya dan rumahnya kebetulan dekat sini." Alya bersuara membuat Tasya tersenyum.

"Jadwal saya besok apaan?" Tasya yang setengah bete itu bersuara. Jika Gia tidak bisa mengaturnya, Alya sukses mengaturnya dengan dua hari masa bekerjanya.

"Nona Alena, besok adalah pembatalan janji terhadap dua perusahaan yang mengirim proposal, dan juga mengunjungi laboratorium penelitian, dan kita akan menginap di hotel terdekat, karena rumah Jesika sudah berada didekat sini, Jesika juga sudah bertemu ahli gizi, tadi konseling, besok memulai pengobatannya, besok juga awal masa penuh Alena, saya akan memastikan Nona Alena makan teratur dan bahagia," Alya tersenyum dengan manis membuat Tasya hanya menangguk.

Oh, iya gue harus cari pacar, tapi masa gue yang cari, ah gue kan cewek, tapi coba saja, Tasya mendengus kasar, membuat Alya lagi-lagi menahan nafasnya.

"Nona, rumah nenek akan tiba dalam 30 menit lagi, ada yang bisa saya bantu?"

"Setelah perusahaan aman, lab lolos uji pemerintah, dan Alena hidup tenang di asrama, semua masalah keluarga anak asrama Alena aman, saya mundur diri sebentar, saya akan ada dimisi," Alya mengangguk setuju.

Tuhan, jangan biarkan, jangan biarkan, jangan buat ia mendapatkan misi, aku belum sanggup memerintah semuanya sendirian, aku tak sanggup, Alya berusaha tersenyum walaupun hatinya tidak tersenyum.

"Alya, apakah kau punya pacar?" Tasya bertanya lagi sedangkan Alya menggelengkan kepala.

"Berusahalah untuk mencari pacar, disela-sela kerja," Alya lagi-lagi menganggukkan kepalanya.

Kak Gia, baru pacaran setelah melayani nona Tasya selama lima tahun, bagaimana denganku, masalahmu sedang banyak nona, yang ada kau akan berteriak-teriak di telingaku, batin Alya.

Mobil yang ditumpangi oleh Tasya telah tiba didepan rumah studio (apartemen kecil), ia menatap Alya.

Tatapan apa lagi ini, Tuhan.

"Baik Nona," Alya menatap Liam, sedangkan Liam menganggukkan kepalanya, Liam menelepon seseorang untuk membawa kurir perpindahan barang.

"Siapkan kamar di apartemenku, pastikan ada pembantu disana, teman cerita nenek," Tasya melangkah kakinya menaiki tangga yang sempit menuju tempat tinggal seorang Nenek dan juga Leonny, jika seorang kaya takut masuk ketempat kumuh, Tasya tidak, jika seorang takut kehabisan harta, Tasya tidak.

Tasya membuka pintu dengan pelan saat sudah ia ketuk dan Nenek Leonny sudah menjawabnya, Tasya masuk kedalam, sedangkan Alya dan supirnya tidak naik keatas, sedangkan Liam berdiri didepan pintu menjaga keamanan Tasya, walaupun tidak ada yang memiliki dendam, tetapi mencegah lebih baik daripada mengobati.

"Halo, nenek," Tasya menundukkan kepalanya memberi hormat, sedangkan sang nenek tersenyum.

"Kau cantik sekali, nona Tasya," mendengar Nenek Leony memanggilnya dengan sebutan nona membuat Tasya sedikit sedih.

"Nek, Leony memanggilku kakak, Nenek dan Leony bukan bawahanku, jadi nenek tidak perlu memanggilku dengan sebutan nona," Nenek yang masih tergolong cukup muda yang membesarkan Leony tersenyum.

"Kau pasti tidak memiliki nenek," Nenek itu memeluk Tasya yang dalam pelukan itu Tasya menganggukkan kepalanya.

"Mulai sekarang, kau dan adikmu adalah cucuku, termasuk Leony, jangan bersedih lagi,"

Jika diperusahaan, Tasya seperti seorang dewi yang tak pernah bisa terjamah, Tasya didepan keluarganya adalah penurut dan penuh kasihan, membuat siapapun yang lebih tua darinya bisa langsung menganggap Tasya sebagai anak, cucu, ataupun adik.

Tasya duduk di kursi memakan masakan nenek barunya itu. Leony dan Neneknya tinggal di rumah studio lantai atap, membuat Tasya hendak menangis, sedangkan Liam yang tadinya menunggu didepan pintu, saat pintu dibuka karena Tasya makan diluar membuat Liam berdiri diarah tangga.

"Makanlah," Nenek Leony yang melihat Tasya seperti cucunya itu mengelus rambutnya, sedangkan Tasya menangis.

Bagaimana bisa, hidupku dan Alena sangat enak, bisa makan apapun yang aku inginkan, sedangkan nenek ini dan Leony, mereka menderita, aku bisa memesan apapun, kapanpun, dan dimanapun semauku, memesan sesuatu yang tidak ada dimenupun aku bisa, sedangkan nenek ini, makan direstoran mungkin tidak pernah, atau bahkan hitungan satu telapak tangan. Tasya memakan mie dan sate yang biasa dijual oleh nenek itu, ia menundukkan kepalanya karena airmatanya tak pernah bisa berhenti.

Keluarga yang sedarah denganku saja, tidak pernah memperlakukanku seperti ini, bahkan mereka membuatku seakan-akan selalu menjadi beban mereka, kenapa, kenapa aku tidak terlahir dari keluarga sederhana seperti mereka, yang tidak memiliki ambisi untuk menjadi terhormat, yang bahagia dengan hidup mereka yang sederhana bahkan susah. Tasya bersuara dalam tangisannya didalam hati.

Nenek Leony terus bercerita, menceritakan tentang cucunya, kakaknya Leony yang umurnya sama dengan Tasya yang meninggal bersama orangtua Leony karena kecelakaan. Itulah sebabnya nenek Leonny merasa nyaman dan akrab dengan Tasya begitupun Leonny. Sifat Tasya yang sangat amat mirip dengan Kakak Leonny yang sudah meninggal dunia itu.

"Apakah kau akan bermalam disini?" Nenek bertanya dengan senyum.

Mungkin nenek merindukan cucunya, batin Tasya yang diikuti anggukan kepalanya. Tasya merapikan makanannya dan menyuruh nenek masuk terlebih dahulu, ia hendak menghubungi asistennya memberi kabar.

"Liam, kembali ke hotel, aku akan bermalam disini," Liam kaget.

"Tapi nona, saya akan menyuruh orang dipintu itu untuk pindah sementara, kami akan bermalam disana," Liam bersuara menujuk pintu terdekat dengan mata mereka yang hanya dibales tatapan tajam dari Tasya.

Liam segera turun kebawah. Tasya masuk kedalam rumah nenek yang tidak memiliki ruang tamu ataupun ruang tidur, hanya tempat panjang dan sebuah wastafel diujung serta kamar mandi kecil.

Liam yang tiba dibawah memberitahu kepada Alya perintah Tasya, Alya yang masih merupakan karyawan baru memilih menelepon Gia. Setelah mendapat amanat dari Gia, Alya mencari hotel terdekat yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Ia memesan hotel disana, untuk dirinya dan juga Liam.

....

DOKTER GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang