"seorang ibu bukannya hanya melahirkannya, tetapi mendidiknya, Alena dilahirkan dari perut ibunya, tetapi dibesarkan olehku, jika dia menjadimu, siapa yang akan ia turuti?" Lia terdiam ia menundukkan kepalanya.
"Ibunya yang melahirkannya atau seorang perempuan muda yang sudah membuatnya sukses?"
Lia terdiam.
"Jika kau melakukan ini untuk membalas budi, lepaskan kau membunuh dirimu, ibumu, dan anakmu," Tasya bersuara membuat Lia menangis. Loila sujud didepan kaki anak kakaknya itu, ia menangis semua menangis tak ada yang bersuara. Hanya Tisakkan.
"ma," Tasya membuka suara sampai membuat semua orang disana terdiam, Ia berdiri menujukkan video.
Lesty berdiri didepan kamera, "Sayang bunda, putri bunda yang hebat, kau memang terlalu banyak mendapatkan tekanan, jika tantemu sudah menjadi mamamu, dan jika kau tau rahasia besar yang sudah terjadi, bilang pada ayahmu dan kakakmu, JANGAN HUKUM TANTE, jika bunda bilang bahwa kita harus memberikan hukum yang berlaku untuk orang yang kita sayangi untuk menangung perbuatannya, itu benar, tetapi bunda mohon kepadamu, untuk memberikan kesempatan kedua ketika semua orang sudah mengetahui kebenarannya, bunda mohon ya putri bunda, kau putri terhebat bunda, bunda pergi dulu, jaga ayah, tetap tersenyum, kasih video ini untuk tantemu, dek, jaga mas ya, cintai dia, kau sudah mengambilnya dariku, maka kau harus mencintai dia tulus, biarkan dirimu bahagia, jika kau hanya mencintai suamimu, Dana, biarkan kau cintai dia, pilihlah kepada siapa kau cintai, karena tidak bisa seseorang mendayung di dua pulau, putriku hanya memberikan kesempatan kedua, tidak ada kesempatan ketiga, karena kau tidak akan mengizinkannya," Video selesai.
Semua orang didalm ruangan itu terdiam, tidak ada yang bersuara, hanya Tasya yang bergerak mengambil sebuah flashdisk dan memberikannya kepada kakaknya, " ini video buat kakak, buat anak kakak, dan istri kakak," Loila menangis, menatap Tasya yang berdiri sedikit jauh darinya.
"Tas, jangan berikan tante kesempatan kedua," Loila bersuara membuat Tasya tersenyum, "divideo sebelum ini, bunda menjelaskan walaupun dia tidak memberikan alasan kenapa dia pergi, tetapi aku tau bahwa bunda sejak awal sudah mengikhlaskan kepergiannya, kau hanya perlu memberi tahu dimana bunda dibuang, sekalipun itu disamudera, aku akan mencarinya sampai jenazahnya ketemu."
....
seminggu telah berlalu,
Semua sedang asyik dimeja makan Lia yang menyuapi anak-anaknya, Alex yang sibuk saling menjahili ibunya itu, Loila dan Dana yang berbagi kasih, ayahnya yang sibuk bercerita dengan Steven. Pemandangan indah yang tak terbayangkan, Tasya yang semalam lupa bahwa ia mengatifkan handphonenya tiba-tiba berdering, semua menatap kearah Tasya.
Gaby menelepon,
"Hei mama, kapan kau pulang?" Gaby berteriak dengan wajah cemberut semua terdiam menunggu jawaban Tasya.
"hei kak, kau tau aku membuat ulah, aku akan terus membuat ulah, sampai kau kembali dan menghukumku, ayolah pengaruhmu terlalu besar, semua takut kepadamu, aku merindukan hukuman," Alena berteriak dan menampilkan wajahnya.
"diamlah Alena, wajahmu membuat sarapanku tidak enak, kenapa matamu bengkak?" Alena meninggalkan layar.
"alena, woi, matamu kenapa?"
"Kak alena menangis setiap malam, dia selalu berkata bahwa setiap malam kau akan memeluknya, besok adalah ulang tahun ibunya kak Alena, apakah kau akan pulang? Lusa adalah ulang tahun ibuku," Gaby berbicara ditelepon.
"Pergilah ziarah bersama-sama, nanti hubungiku, aku harus ke MI, kemarin aku menggunakan tenaga nya untuk mengirim pengawal," Alena kembali muncul dilayar merebut ponsel Gaby yang baru dibeliin Reynata itu.
"KAU KE LADANG MISI?!?!? Hanya untuk menyelesaikan masalah keluargamu? kau gila? hei, kau tidak sayang lagi denganku, kau tidak ingin bertemu ibuku di makamnya? kau tidak mencintaiku, aku sudah membuat kampus dalam seminggu ini seperti neraka, kau tidak ingin memarahiku, ayolah," Tasya menggelengkan kepalanya dan mematikan ponselnya itu.
Semua menatap kearah Tasya, Tuan Denny ayah Tasya menatap kearah putrinya, "kemana misimu? berapa lama? Lihatlah umurmu?"
"Jangan menyuruhku menikah ayah, aku sudah pusing dengan kalimat itu dari Nando selama seminggu ini, memang punya kakak tak menyenangkan, Cantika dan Kimmy dengarkanlah aku baik-baik kabur kerumahku jika kakak kalian menindaskan kalian, kalian paham?!" Amel menjitak kepala sahabatnya itu.
"Kemana kau akan pergi?" adel bersuara menatap sahabatnya itu dimeja makan.
"Entahlah, seperti pulau kecil, hanya untuk membantu warga sana mencegah sebuah penyakit," Tasya menyalakan ponselnya lagi, karena ia harus menghubungi atasannya di MI. Ternyata hari kesialannya lagi berpihak kepadanya. Lelaki yang sudah menikah yang umurnya tak jauh beda dari Tasya meneleponnya.
"Oh dewi keberuntunganku, dimanakah kau saat ini? Pagi-pagi sudah ditanyakan kapan nikah? anak-anak menanyakan kapan pulang? dan sekarang tuan tiram memanggilku," Tasya mengeluh sebelum menangkat teleponnya.
"PULAU ORDO, SEKARANG KE PELABUHAN NIRWA," teriak yang membuat satu dunia bisa mendengar misi Tasya membuat perempuan itu menatap kearah yang lain.
"Hei, ayah, sepertinya hari ini dewi keberuntungan berpihak kepadaku, setidaknya aku tidak akan ditanya kapan nikah lagi," Tasya berdiri membungkuk badannya sebelum pergi dari meja makan dan berlari kekamarnya menarik kopernya. Ia turun dengan satu koper menatap seisi ruang makan. Ia berjalan mendekat.
"ayah, aku pergi dulu, Alex jangan meneleponku dan berakting tidak mau makan kepada mamamu, Steven, jangan buat Kimmy nangis, itu akan membuat mamamu tidak bisa tidur, dan Rifan Cantika, lihatlah mama Lia kalian semakin cantik bukan, jadi berlaku manislah, Jaga nenek, dan dua kakek kalian, dengar perintah bibi dokter bukan?" Tasya menatap kelima keponakannya itu.
"Bibi dokter, apakah kau akan berperang lagi?" Alex bersuara membuat Tasya menatap putra Amel itu.
"Tidak, aku menyelamatkan orang, aku beperang dengan nyawa orang lain bukan senjata," semua mengangguk setuju.
"Kalo begitu bolehkah kita memengang jantung," Tasya menatap Rifan binggung.
"Hei, bocah nakal, kau tidak tau bahwa jantung itu paling penting untuk apa kau bertanya seperti itu,"
"Tidak ada, hanya penasaran,"
"Aku punya, tapi tidak berdetak lagi, sudah sangat lama tidak berdetak, kalian ingin lihat, hanya lihat bukan? tetapi ingatlah, selama jantung kalian berdetak, kalian harus mencintai orang yang ada di sekitar kalian, tidak boleh menyakiti paham?" semua mengangguk.
Liam masuk kedalam membawa sebuah koper, karena ia adalah pengawal pribadi, walaupun Tasya menjadi dokter MI, tetapi Liam tetap harus ada disampingnya kecuali Tasya tidak memberi izin. Tasya membuka koper besi itu, dan membuka sebuah wadah besi yang dingin.
"Ini adalah jantung manusia, hal yang paling berharga, jika kalian sehat, jantung kalian masih bagus, tetapi saraf dan otak kalian tidak baik, lebih baik serahkan, jantung kalian kepada orang lain, karena itu bisa membuat kalian dan orang lain hidup kembali, satu jantung memang bisa membunuh orang lain, tetapi jika dalam keadaan parah, satu jantung bisa menyelamatkan semua nyawa, bibi sudah terlambat bibi pergi dulu," Tasya melambaikan tangan keluar dari sana, menatap semua mata yang memandangnya.
........
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara