Bab 5

3.3K 116 0
                                    

Tasya menarik nafasnya, ia menetralkan pikirannya,

Tenang tas, tenang urusan marah-marah urusan belakang, tenang, tenang, tenang, ia menenangkan pikirannya.

Tasya masuk kedalam ruangan isolasi,saat pikirannya sudah tenang, ia tersenyum kepada pasien-pasien yang merupakan seniornya itu.

"Yaampun, dokter Tasya, dokter hebat yang merawat saya," ucap salah satu senior.

"Hebat sekali dok, terima kasih,"

Tasya sedang sangat malas untuk berbasa-basi, ia melakukan tugasnya dengan tenang dan berkepala dingin, "Nanti beberapa perawat akan mengecek lagi, Terima Kasih atas kerja samanya senior" ucap Anatasya tersenyum ramah kepada seniornya yang terkena ulah tak bertanggung jawab itu.

"Saya permisi dulu, dok, maaf, ada beberapa tugas lain yang harus saya kerjakan," Senior-seniornya hanya mengangguk karena obat itu membuat tubuh mereka harus beristirahat, senyum masih mengembang, dan hilang tepat didepan pintu ruangan isolasi. Ia mengambil handphonenya lagi.

"Halo, jangan teriak, kalo lu teriak gue matiin," ucap Alena yang spontan membuat mata Tasya membelak kaget.

"Lu kalo ada diposisi gue juga akan ngelakuin hal yang sama, kalo gue gak donor paksa, Reynata bisa meninggal, lagipula tangan gue masih bisa operasi orang lain, paling cumaan dapat displin," jelas Alena pelan ditelepon.

"Apa yang akan terjadi?" Tasya berkata lembut yang spontan membuat semua orang kaget.

"Tidak ada, cepatlah lu jadi pimpinan, maka gue akan bebas dari disiplin ketika gue ngelakuin hal gila apapun," ucap Alena yang memancing emosi Tasya 100 kali lipat dari yang sebelumnya.

"KAU INGIN AKU TAK BERTERIAK, BA****AN, KAU PIKIR KAU SIAPA?!?! APA KAU TAK BUTUH UANGKU?!?!"

"tentu saja aku butuh uangmu kak Tasya, aku butuh rumah sakitmu, aku butuh lab. pribadimu, aku butuh apartemenmu, aku butuh mobilmu, aku butuh kartu kreditmu, aku butuh dirimu," ucap Alena disebrang sana dengan sedikit memuji-muji.

"JIKA KAU MASIH BUTUH UANG KU BERTINDAK DAN BERPERILAKU BAIK???!?!!? APA SUSAH NONA MUDA ALENA !!!" syok, stress, binggung, dan pusing mungkin itu yang dirasakan orang-orang disana.

"Bisakah kau tidak berteriak?"

"baik-baik aku tak berteriak, apa maumu sekarang?"

"Kau melindungi, kau kakakku bukan tasya?"

"KAU GILA?!?!?"

tut..tut..tut..

Kali ini Tasya yang mengakhiri teleponnya secara sepihak, karena emosi yang meningkat. Tasya berjalan menuju ruangannya yang terdapat beberapa keponakannya itu.

"bibi dokter" teriak Alex saat Tasya baru saja membuka pintu ruangan pribadinya.

Ruanganku, tidak, apakah tadi ada gempa? apakah ini ruanganku? apakah mereka keponakanku? Tasya berbicara pada dirinya saat melihat ruangannya seperti habis gempa semua berantakan. Ia menarik nafas mengelap wajahnya dengan tangannya secara kasar.

"halo, Alex, Steven, Kimberly, Cantika, dan Rifan," ucap Tasya tersenyum.

(flashback : beberapa tahun yang lalu)

Anatasya terpaksa harus kembali ke negara dimana ia dibesarkan, karena beberapa teman dan juga orangtuanya memaksanya untuk pulang segera. Ia sudah terlalu lama, tidak kembali, sejak saat ia sudah sukses menjadi dokter di MI, karena ia sedang dalam banyak misi dan mengejar target.

"Iya ma, lagipula kenapa sih?" Alena bersuara kesal saat ia sudah masuk mobil yang dijemput oleh supir pribadi kakaknya, Nando.

Tepat saat ia menginjakkan kaki dirumah itu, tanpa koper tentunya, karena ia sudah berbicara bahwa ia tidak bisa berada disana terlalu lama, karena ia sedang mempercepat menyelesaikan misinya, agar ia bisa mendapatkan libur untuk mengurus pernikahannya yang dalam beberapa bulan lagi akan terlaksana itu.

"Tass, gue minta maaf, gue minta maaf," ucap Lia saat ia tiba didepan pintu, melihat sahabatnya memeluk kakinya membuat Tasya segera duduk dilantai.

"Apa yang lu lakuin yang gak bisa gue maafkan?" Tasya memeluk sahabatnya itu dengan perhatian, ia tersenyum ramah, sedangkan mama dan papanya, bahkan Nando tidak.

"Hentikan semua donasi untuk keluarga Leo dan juga Lia," uacapan singkat dari ayah Tasya membuat mata Tasya menatap ayahnya marah.

"Jelaskan Lia, Leo," ucap mamanya marah bahkan lebih marah.

"Aku selingkuh," ucap Leo yang spontan membuat mata milik Tasya melebar sangat lebar.

"Aku hamil, tas, aku hamil, maafkan aku," ucap Lia yang membuat Tasya menjatuhkan tangan dari wajah sahabatnya yang sendari tadi menghapus airmata sahabatnya itu.

"Bagus, kau hamil, selamat, lagipula jika kau tidak hamil, aku pernah berkata apapun akan kuberikan kepadamu Lia, kita sahabat, ambil lah, lagipula salahku tidak melayani dia sebelum pernikahan, walaupun sudah tunangan," Tasya tersenyum paksa. Ia memeluk sahabatnya itu.

"SELAMAT!!" kalimat singkat dan padat yang memiliki arti lain bagi Tasya dan juga Lia.

"Biarkan dia menikahi Leo, mama mohon," ucap ibu Tasya. Ia berpikir bahwa semua orang dirumah ini mungkin akan membelanya dan menyuruh perempuan didepannya ini untuk mengugurkan bayinya itu setelah ia mengucapkan selamat, tetapi tidak. Tasya kecewa, ia tidak sekuat itu. Aktingnya yang berharap bahwa ibunya memarahi dan menyuruh Leo dan Lia mengugurkan bayi itu.

"Ma, jika hanya untuk ini, jangan meneleponku kembali,"

"Maksud mama, pesta pernikahan yang sudah kalian berdua siapkan, undangannya sudah mama minta cetak ulang, untuk mengubah namamu menjadi nama Lia,"

Jederr...

Sepertinya gempa didalam dunia tentram yang dipunya Tasya membuat hidupnya seketika berantakan.

"Tasya tidak setuju, itu konsep yang Tasya rancang sendiri, batalkan dan buat pesta sendiri," Tasya bersuara meninggalkan rumah itu.

"Tasya, mama mohon, biarkan dia menikah dengan itu, mama akan mengenalkan Lia menjadi bagian keluarga kita, hanya untuk menutupi aibmu,"

"INI BUKAN AIBKU," teriak Tasya marah, ia menelepon sekertaris pribadinya.

"Batalkan pesta pernikahan yang sudah saya buat, jangan biarkan konsepnya bocor kepada pihak siapapun, dan buat pesta pernikahan yang sedang tren ditanggal yang sama," ucap Tasya datar sambil menatap sang Ibu.

"Tasya, untuk apa kita membuang duit kita sia-sia? membatalkan kontrak dan membuat pesta ulang?" sang ayah berbicara.

"ITU KONSEP PERNIKAHAN IMPIANKU, JIKA IA MENGGUNAKAN ITU JANGAN HARAP AKU AKAN MENERIMANYA!!!" teriakkan itu membuat Ibunya yang tak jauh dari Tasya menamparnya.

"Apa kau anak kecil ? kau bisa membuat konsep pernikahan lainnya,"

"Takkan pernah, mulai detik ini jangan pernah harap kalian akan melihatku, memintaku pulang," ucap Tasya hendak pergi.

"Putuskan semua dana untuk Lia dan Leo, tarik dana yang tersisa, pakai itu untuk membatalkan kontrak, lalu utus dan umumkan bahwa Leo selingkuh dan menghamili sahabatnya, mereka menikah dengan baik-baik atau tidak, bukan urusan keluarga kita, itu keputusan Nando, uang yang kalian pakai dari Tasya, untuk apa kalian mengkhawtirkan uang? apa kalian orangtua? kenapa kau memihak kepada Lia? mencegah rumor yang akan beredar bahwa Lia hamil diluar nikah? atau merebut suami sahabatnya? Jika kau tidak mengganti konsep pernikahan yang kau umbar-umbar itu, maka aku akan membuat perjanjian yang tadi," Leo berdiri meninggalkan ibunya.

Tasya pergi menaiki mobil yang sama, ia menghubungi pihak maskapai untuk mencari pesawat di jam terdekat yang membawanya pulang saat ini juga.

....

DOKTER GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang