Felix berdiri mematung didepan mobilnya, menatap kepergian Tasya kedalam rumah sakit.
"Aku tidak tau apa yang terjadi, tetapi izinkan aku masuk kedalam hatimu, bukan masuk, setidaknya mengetuk pintumu, hanya mengetuknya Tasya," Felix menatap dengan wajah sendu.
Setelah Tasya masuk kedalam rumah sakit, Felix pergi meninggalkan rumah sakit itu. Tasya sibuk dengan profesinya menjadi dokter dirumah sakit itu. Sampai Tasya tertidur disalah satu tempat tidur di IGD, karena memang sedang sepi.
Baru beberapa menit mata Tasya terpenjam, mimpi buruk kembali datang.
"SIAPA KAMU?" teriak Tasya dalam mimpi itu.
"Tolong, tolong jangan bunuh keluarga saya, siapa kamu?" Tasya benar-benar meneteskan airmatanya.
Ia terbangun, ia melihat jam di tangannya, "Sialan," Ia berlari ke meja perawat dan mengambil kunci mobil, lalu berlari ke mobilnya membawanya menuju perusahaan yang ia dirikan itu.
"Alya tidak datang?" Tasya yang baru tiba di lantainya langsung disambut dengan berdiri mereka dengan serempak.
"SELAMAT DATANG NONA TASYA,"
"Hem, Alya tidak datang?"
"Tidak Nona, sudah 13 hari ini, ini hari ke 14 kalo ia tidak datang," salah satu sekertaris menjawab.
"Nona, ini ada paket untuk Nona, sudah lama saya simpan," ucap Nenci.
"Oh okay," Tasya menerimanya dan masuk kedalam untuk membukanya.
Sebuah foto-foto dan bukti bukti terlihat ketika ia membuka kotak tersebut.
"Ini kecelakaan kak Nanda, astaga ini sengaja, bukan kecelakaan biasa, astaga," Tasya membuka kertas-kertas itu terus menerus.
Sebuah isi kotak itu adalah bukti bahwa kecelakaan yang dialami Nanda dan Richard ada unsur kesengajaan, yang disembunyikan rapat-rapat, begitupun dengan kecelakaan pesawat yang dialami Leony, sedangkan Natasya ditusuk karena ayahnya mendapatkan perintah, bahwa jika putrinya mati, maka ia akan mendapatkan uang seumur hidupnya untuk berjudi. Sedangkan, Gaby dan Jesika, sudah diketahui penyakitnya dari awal, tetapi ditutupi dan tidak dirawat dengan benar.
"Ini hanya bisa dilakukan orang terdekat, bukannya, astaga Alya," Tasya terjatuh kelantai.
Selama ini yang mengurus semua keperluan keluarga Talany adalah Alya.
Prankkk....
Botol Bir yang hendak diraih oleh Tasya terjatuh, tepat sesat sebelum ia kehilangan kesadarannya.
****
Keluarga Talany termasuk Felix berada didepan ruangan milik Tasya, karena Tasya adalah dokter MI, jadi dokter-dokter tingkat tertinggi yang menjaga dan pengawasan ketat dilaksanakan, walaupun Tasya hanya pingsan karena syok.
"Nyonya, dokter Tasya hanya pingsan karena syok," salah satu dokter MI memberi penjelasan.
Tidak ada yang menjawab, sampai Nenci dan Chika datang bersama polisi.
Beberapa detik setelah suara pecahan itu, semua sekertaris menghampiri ruangan Tasya dan melihat Tasya pingsan, sedangkan Nenci mengamankan dokumen yang terjatuh dan yang masih terbuka. Setelah semua selesai, ia membaca satu persatu dokumen dan menyerahkannya ke polisi lalu cerita kepada Chika.
Chika yang masih emosi dengan meninggalnya Gaby, menjadi semakin emosi saat tau, Nona nya tidak mendapatkan perawatan yang terbaik.
pLAKK...
Tamparan keras mendarat di pipi Alya yang ada disana.
"Chika, dia sekarang keluarga Talany," Gia berteriak sangat kencang disana.
"Maaf Nona Gia, dia tidak pantas disebut keluarga Talany, siapa lagi yang hendak kau bunuh Alya?" Alya terdiam, semua orang kaget dengan ucapan Chika, sedangkan Nenci memberikan tabletnya untuk dilihat.
"Astaga Alya," Reynata menatap kearah Alya, sedangkan Nyonya Lusi memengang dadanya.
"ALYA. Apa salah kami pada mu? APA SALAH KAMI?!?!?" Nyonya Lusi menangis meraung-raung disana. Alya masih diam membisu membuat Alena kesal dan menamparnya dengan keras.
"BIADAB" cacian makian keluar dari mulut Alena memukul dan menjambak perempuan yang sudah dianggap kakaknya itu. Alya masih terdiam, sampai akhirnya Alena menghentikan semuanya dan berlalu dari sana.
Tasya yang mendengar itu semua langsung bergegas keluar, ia ingin marah, menanyakan semuanya pertanyaan yang ada dikepalanya kepada sekertarisnya itu.
"Dokter Tasya, jangan bergerak dokter, tunggu, dokter," teriak-teriak itu menggema di ruangan yang dilalui Tasya untuk keluar.
"Alya," ucapan sendu diucapkan Tasya tepat saat ia melihat rambut dan baju acak-acakan, serta muka dan tangan yang merah dan ada sedikit darah akibat cakaran.
"kenapa? kenapa kamu datang ke perusahaan saya?" Alya mengangkat kepalanya menatap majikan yang begitu baik kepadanya.
"Saya anak kandung dari Lesty dan Denny," Tasya terdiam beberapa saat ia menetes air matanya.
"Saya tidak membunuhnya, saya tidak menghukumnya, kenapa?"
"Saya awalnya tidak tau, saya baru tau saat melihat data, beberapa jam sebelum pesawat Nona Leony terbang sudah terbang diawan,maafkan saya," Tasya benar-benar terdiam. Alya yang melihat majikannya terdiam, berlutut didepannya.
"Saya minta maaf Nona, saya tidak tau semuanya, saya hanya tau dia ayah dan ibu kandung saya, saat mereka datang ke kantor Nona dan diperlakukan seakan-akan bukan keluarga Nona, padahal mereka membesarkan Nona, saya tidak tau apa yang terjadi sebenarnya, saya hanya tau sekilas, saya minta maaf," Tasya menatap Alya yang sudah bersujud dengan wajah memandang lantai.
"Maaf? Kau tau Alya yang membuatku sakit adalah bukan jenazah keluarga ku saja? Kau membuat seseorang kehilangan kakinya karena kecelakaan kakakku, kau membuat rumah sakit itu aku tutup, kau membuat satpam itu kehilangan kerjaan, sedangkan kau membunuh banyak nyawa di pesawat itu," Alya hanya terdiam dengan posisinya.
"KELUAR?!?! Aku membencimu," Willy, Calvin, dan Alvin yang baru tiba kaget melihat kejadian dimana Alya bersujud minta maaf. Calvin adiknya langsung berlari.
"Kak ada apa?"
"Dia yang membunuh semua keluarga ku," Calvin mundur beberapa langkah takut kepada Alya, sedangkan semua orang disana kaget, tak terkecuali Alya.
"Calvin," Alya memandang kearah adiknya itu.
"Benar kan," tidak ada jawaban dari Alya.
"Ini alasan kau membunuh Natasya? Karena Natasya mendengar pembicaraan mu dengan ayahnya? Ini alasan Natasya menyuruhku belajar dengan giat dan lepas darimu? Aku bukan adikmu lagi, kau membunuh orang yang ku cintai, kau tidak pantas disebut KAKAK," Calvin berlari pergi dari sana.
"AKU MALU DENGANMU ALYA," itu kalimat terakhir yang didengar mereka semua dari Calvin saat itu.
Semua orang disana terdiam, tidak percaya bahwa Alya yang membunuh semua keluarga, Alya yang menjadi dalang dibalik duka mereka selama ini.
Alya yang melihat semua orang disana, ia memang sudah mau berhenti, tetapi ketahuan oleh Natasya, sehingga ia melanjutkannya, hingga Leony. Ia menyesal, telah membuat keluarga itu berduka, ia benar-benar menyesal sekarang.
"Kau benar-benar mengandung darah keluarga Denny dan Lesty, kau kejam, kau tau siapa yang membunuh mereka, ibumu, kakak ipar ibumu, bukan aku, AKU TIDAK MENYENTUH MEREKA ALYA, AKU TIDAK MENGHUKUM MEREKA" Tasya terus berusaha menjelaskan agar Alya mendengar.
"Sekarang kau sudah tau semuanya, kembalikan, KEMBALIKAN KELUARGAKU, karena kau tidak punya dendam untuk keluarga ku," Alya terdiam dengan ucapan dari Tasya, ia benar-benar kaget dengan ucapan Tasya.
"KEMBALIKAN KELUARGAKU?!?!" Tasya pingsan tak sadarkan diri.
Aku kehilangan malaikat-malaikatku, bukan karena salah orang lain, tetapi salahku, salahku, seharusnya aku tidak dilahirkan, seharusnya aku tidak bertemu dengan mereka, sehingga mereka masih hidup mewujudkan mimpinya. Tasya bersuara dalam hatinya membicarkan semuanya sendiri di bawah alam sadarnya, tetapi fisiknya sudah tidak sadar diri, ia tidak mendengar semua nama memanggilnya untuk sadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara