Nyonya Lusi, wanita berumur 55 tahun itu masih duduk di kursi roda dengan cairan infus didalam kamarnya, ia berada di balkon kamarnya yang mengarah ke sisi lain taman yang ia buat bersama cucu-cucunya itu.
"Umurku terlalu sedikit untuk melewati ini semua, anak perempuanku melahirkan umur 19 tahun dan meninggal di usia 21 tahun saat melahirkan Leony, sedangkan aku jauh lebih parah, cucuku meninggal diusia 18 tahun, ehm," Nyonya Lusi tersenyum kecut, ia membayangkan apa yang akan terjadi terhadap anggota keluarga lainnya.
"Permisi Nyonya, sudah waktunya sarapan," Nesy asisten yang menjadi temannya belajar dan curhat itu masuk kedalam.
"Apa Tasya ikut makan? Apa Alena ikut makan? Apa Gia dan suaminya ada dirumah? Apa Reynata dan suaminya ada dirumah?" Nyonya Lusi tidak melihat kearah Nesy, tetapi asisten yang sudah diperkerjakan oleh Tasya itu tersenyum.
"Nyonya, Nona Tasya sudah berada di meja makan, Nona-nona muda keluarga Talany semuanya sudah ada dimeja makan," Nyonya Lusi tersenyum.
"Bawa aku turun, bawa aku," Nesy maju dan membawa Nyonya Lusi untuk turun.
Tasya yang duduk di meja makan memainkan ponselnya, sedangkan Alena memainkan tabletnya sedang melihat desain-desain, sedangkan kedua kakaknya yang sudah menikah itu sedang mengurus anak-anak mereka yang baru mau makan.
"Halo bu," sapa Reynata dengan tersenyum saat Nyonya Lusi baru keluar dari lift. Alena yang keisengan muncul langsung berjalan mendekat.
"Aiyooo, cantik banget, mau kemana bu? kencan?" Nyonya Lusi langsung menjitak Alena yang membuat Alena mengadu kesakitan.
"Diamlah Kau, pagi-pagi sudah iseng saja," Alena menggantikan Nesy mendorong kursi roda Nyonya Lusi.
"Mama, mau kencan, aku dukung 100% kok," Gia ikut nyerocos sambil menyuapi anaknya itu.
"kalian kenapa sih pagi-pagi selalu bikin mama kesal, yang seharusnya kencan itu Anatasya," Tasya yang baru mau mengambil sumpitnya, meletakkan kembali.
"Oh ayolah, mamaku cantik, bagaimana kalo mama yang kencan terlebih dahulu, baru bagikan rasanya, kalo enak, nanti Tasya cicip," Tasya memamerkan gigi putihnya itu.
"Oh Tuhan, kenapa anak-anak ini tidak tahu diri," semua tertawa bahagia. Alya, Liam, Nesy, Necia, Nenci, dan Chika yang berada disana tersenyum bahagia.
Terima Kasih kepada siapapun yang telah mengembalikan kebahagiaan keluarga ini, terima Kasih. batin Chicka tersenyum.
Mereka semua makan dengan senyum. Dan pastinya Alena yang tangannya masih bergerak di tabletnya.
"Alena?!!?" Nyonya Lusi berteriak membuat Alena mematikan tabletnya.
"Iya, makan-makan kok," Tasya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah adiknya yang sudah beranjak dewasa.
"kak, ma, al, ehm, Tasya bakalan balik ke MI, boleh tidak?" Nyonya Lusi melihat kearah anak angkatnya itu, ia tau bahwa anak itu belum bisa melupakan semuanya, tetapi mungkin jika ia berada disana, semua akan baik-baik saja.
Mungkin, dengan sibuknya Tasya membuat dirinya membuka pikirannya dan memulai melangkah lagi. Nyonya Lusi mengukirkan senyum yang sangat-sangat cantik.
"Kalo mama sih boleh -boleh saja, tapi kamu harus tanya kakak-kakak kamu dan bocah nakal kita yang manja itu, takut bikin ulah," Alena memasang muka bete.
"Mamaku yang tercantik di dunia, Lihatlah aku sudah dewasa aku sudah tingkat 3, kenapa aku harus sedih ditinggal dia, malahan aku bahagia, asal uang jajan lancar," Alena menunjukkan deret gigi putihnya. Nyonya Lusi menatap tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara