Tasya berada di Pelabuhan, ia menatap Liam sang pengawal, "kembalilah ke rumah, jaga putri-putriku," Liam memandang wajah Tasya dengan binggung.
"Maksud saya Gaby, Natasya, Leony, Jesika dan Alena," Liam menganggukkan kepalanya dan membungkukkan badannya dengan hormat.
"Baik nona," Tasya berjalan ke perahu dan menaikinya, karena kedua kopernya sudah dimasukkan oleh Liam.
Gue naik pesawat terbang ke negara lain, cumaan buat anterin seorang nona naik perahu biasa, huh, macam orang kaya saja gue, semoga nona mendapatkan bahagia, keselamatan, dan cinta, Liam bersuara dalam hati sambil menyaksikan perahu tanpa atap itu dengan mesin yang sangat berisik berlayar menjauh.
Liam menghubungi beberapa orang untuk mencari bunda dari Tasya, sejak mama Loila memberi tahu terakhir dia melihat perempuan itu, Liam mencari sekitar lokasi itu.
....
(Dinegara lain)
Alena berjalan membawa kopernya, semua orang yang sedang penutupan masa wajib itu melihat kearahnya, tetapi ia tidak mempedulikannya, ia benar-benar merindukan kakaknya.
"Sialan, kenapa gue harus hidup sama Tasya sih, bukannya gue yang mutusin kuliah, lagipula Tasya sedang mengurus masalahnya, biasanya juga dia ninggalin gue sendiri dirumah," Alena bergumam kecil. Alena berjalan sampai ia tiba didepan kamar asramanya, meletakkan kopernya menduduki dan memendamkan wajahnya di meja.
Teman-teman asramanya yang baru tiba melihat Alena sangat senang, mereka tidak mengetahui bahwa Alena sangat amat mencintai kakaknya itu.
"Al, lu kenapa?" Jesika bertanya dengan pelan, karena melihat kopernya Tasya yang diletakkan sebarang dalam keadan berdiri.
"gue bolos lagi, ya," Alena tanpa melepas sandalnya menaiki tempat tidurnya, bahkan jaketnya pun tidak dilepas.
"Alena kaya rindu sama kak Tasya," Natasya bersuara dengan lembut membuat semua teman-temannya mengangguk setuju.
....
Perahu yang digunakan oleh Tasya telah tiba di pulau Ordo, semua warga terinfeksi virus ada dipulau itu, karena pulau ini digunakan untuk mengungsikan warga-warga itu. Tasya terkejut saat melhat dari kejauhan ada seorang perempuan menggunakan jas lab putih.
"Bukankah, saya dokter satu-satunya disini?" Tasya bertanya, tetapi ombaklah yang menjawab dengan suaranya.
Tasya turun dengan kopernya sedangkan orang yang mengendarai perahu mengikat perahunya.
"Selamat siang, dok, saya adalah dokter Lesty, selamat datang, mohon bantuannya," Tasya yang lagi asyik melihat pengemudi kapal mengikat kapalnya, tiba-tiba seorang perempuan bersuara membuat Tasya membalikkan badannya.
"Bunda??!?!" Tasya tidak percaya, bahwa perempuan yang melahirkannya masih bernafas, sedangkan perempuan yang sudah melupakan anak-anak serta suaminya, karena berharap kebahagian adiknya itu terdiam.
"Maaf, nona siapa?" Lesty kembali bertanya. Tasya terdiam. Ia menunjukkan sebuah flashdisk, ia membuka laptopnya dan menanyangkan video tak berwarna itu kepada perempuan yang disebelah Tasya.
"Kau anakku ? Kau putriku?" Lesty meneteskan airmatanya memeluk putrinya. Tasya menceritakan semua kisah yang telah dilewatkan wanita yang telah melahirkannya itu.
Setiap malam, Tasya tidur bersama Lesty, berbagi cerita sampai terlelap, setiap pagi, mereka sama-sama melakukan uji coba vaksinnya, setiap siang mereka merawat pasien, sampai satu-satu pasien dipulangkan kembali ke kota.
Hari, berganti hari, bulan berganti bulan, sudah dua bulan Tasya ada dipulau Ordo bersama bunda tercintanya itu, tanpa memberi kabar ke keluarganya dan juga Alena pastinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DOKTER GALAK
RomanceAnatasya (Tasya) berjalan dengan santai di bandara menarik sebuah koper. Ya, hari ini ia kembali ke negara Bundanya, untuk melaksanakan pernikahan sahabatnya itu. Kembali untuk sementara