Bab 11

1.5K 59 0
                                    

Alena dan Tasya masuk kedalam, sedangkan Liam menunggu didepan pintu, tadinya Liam menjadi sekertaris Tasya, tetapi Tasya mengubahnya menjadi pengawal pribadi, karena Liam sangat mahir bela diri dan otaknya yang pintar, serta Liam lebih memilih menggunakan otak daripada ototnya itu membuat Tasya menjadinya pengawal pribadi.

"Liam?!?! apakah kau pernah tinggal diasrama?" Tasya memanggil Liam membuat manusia yang berdiri membelakangi kamar itu memutar badannya.

"Iya nona, saya pernah tinggal diasrama"

"Apakah tempat tidur ini aman?" Liam tersenyum.

"Nona tempat tidur ini aman, sangat aman, saya akan memeriksa," Liam yang melihat banyak para gadis mahasiswi yang seumur Alena itu memberhentikan langkah kakinya.

"Maaf nona-nona, bisakah saya masuk?" Liam bertanya dengan hormat, membuat semua orang mengaggukkan kepalanya. Liam masuk kedalam memeriksa setiap baut yang menjaga kasur itu dengan teliti.

"Aman nyonya, setiap sebulan sekali, saya akan memeriksanya," Liam menatap Tasya dengan menundukkan kepala, setelah puas mendengar ucapan Liam, Tasya menanggukkan kepalanya. Liam kembali keluar menunggu didepan pintu yang tertutup setengah itu.

"Halo, kalian siapa?"

"Aku Natasya kak, jurusan desain pakaian," ucap perempuan yang berbaju putih dan berkacamata.

"Aku Leonny, jurusan IT, dia Jesika, jurusan IT," Cewek tomboi yang cantik itu memperkenalkan diri sekaligus cewek gendut disampingnya.

"Oh, jurusan IT, hebat, semoga kalian tidak terlular kebodohan adik saya," Tasya tersenyum membuat Alena memukul kepala kakaknya pelan.

"Halo, aku Alena, anak desain pakaian," Natasya tersenyum, "dia kakakku, maaf dia lebay, kaya gini, soalnya aku adik satu-satunya, namanya Tasya, yang tadi namanya Liam, dia bakalan sering datang dan jadi mata-mataku," Alena tersenyum yang membuat semua temannya tertawa.

"Sialan, apa gadis seperti kalian akan selalu menjelekkan orang dewasa?" Tasya mulai bete. Teman-teman sekamar Alena tertawa kembali, setelah puas tertawa, mereka melanjutkan membersihkan tempat tidur dan mejanya masing-masing.

Alena mengelap debu di tempat tidurnya setelah melap debu di meja belajarnya, Tasya merapikan bajunya yang digantung rapi serta diplastikkin rapi itu. Tasya juga merapikan semua buku-buku desain yang dibeli adiknya, serta brankas didalam lemari adiknya yang isinya adalah sketsa-sketsa Alena yang sangat berharga.

Setelah semuanya rapi, Tasya mengirim pesan kepada Alya sekertarisnya itu untuk membelikan makanan. Tasya yang melihat Alena dan teman-temannya sedang merapikan kasur dan saling membantu memasang kelambu sambil tertawa itu hanya duduk dikursi putar milik Alena.

Jadi ini, namanya asrama, indahnya memiliki teman seumuran, berbagi kebodohan, sama sepertiku dengan sahabat sekaligus kakakku itu, Alena terlihat bahagia, walaupun aku akan tinggal di apartemen sendiri, mungkin sudah saatnya aku mencari pacar, Tasya berbicara dalam hatinya melihat Alena yang masih tertawa, karena Jesika temannya yang gendut tersangkut Kelambu membuat Tasya yang tidak pernah tertawa, akhirnya tertawa.

Alena yang melihat kakaknya ketawa bahagia itu, tersenyum.

Walaupun kau akan sendiri diapartemen sana, setidaknya kau akan bahagia saat mengunjungiku, mereka berteman dengan ku dengan tulus, kak,

Tasya memandang meja-meja sekeliling melihat setiap meja, ia melihat komputer milik Leonny yang seorang IT, jauh dari kata cukup untuk seorang mahasiswi IT, Tasya binggung antara membelinya atau tidak.

Lebih baik dicoba, lagipula ia telah membuatku tertawa. Tasya berdiri menuju pintu luar yang membuat Liam berdiri menyambutnya.

"Belikan laptop yang programnya mendukung anak IT, dua, terus beli laptop yang sama dengan milik Alena satu biji, apa meja untuk mengambar sketsa sudah tiba? belilah satu lagi, kau paham?" Liam menganggukkan kepala, ia berjalan menghubungi bawahan yang sudah dipekerjaan Liam atas persetujuan Tasya, karena ia tidak boleh meninggalkan Tasya.

Tasya kembali masuk yang didapati, keempat mahasiswi yang sudah lelah itu, duduk dimeja tengah.

"Kak, apa yang kau lakukan, kau tidak melakukan sesuatu yang buruk kan?" Alena bertanya kepada kakaknya.

"Begini, Leonny, Jesika, kakak sudah lama tidak tertawa, kakak juga sudah lama tidak melihat Alena bahagia, bolehkah saya memberikan sedikit hadiah?" Alena menatap kakaknya.

"Kak, apa yang kakak lakuin?" Alena marah, teman sekamarnya binggung.

"baik, kakak tidak tau apakah tindakkan kakak benar atau tidak, tapi kakak melihat komputer kalian, kalian mahasiswi, seharusnya memakai laptop yang memandai untuk melakukan tugas," teman-temannya binggung.

"Nona Tasya," Leonny bersuara dengan gemetar membuat Alena menatap kakaknya.

"haih, berbicaralah Alena, kakak tidak bisa berinteraksi," Tasya memilih keluar, Alena menundukkan kepalanya.

"Maaffin kakakku, jika karena dia kalian minder, kakakku tidak pernah memandang harta, aku bukan adik kandungnya, aku hanya anak yatim piatu yang kebetulan bertemu dia," Alena bersuara tanpa menatap teman-temannya.

Setelah itu, mereka semua membahas masing-masing keluarganya.

Leonny tinggal bersama neneknya yang seorang Pedagang makanan ringan dipinggir jalan yang penuh turis, orangtuanya sudah meninggal dan ia anak tunggal, ia bisa kuliah karena tabungan dari memenangkan beberapa perlombaan games dan komputer, bahkan laptop yang ia gunakan termasuk juga.

Jesika tinggal bersama ibu dan adiknya yang masih SD, ibunya seorang pekerja paruh waktu, Jesika juga bekerja paruh waktu, walaupun badannya yang gemuk itu, tapi itu karena ia tidak sehat, karena salah obat, membuatnya beberapa bulan yang lalu menjadi seperti ini.

Natasya tinggal berdua bersama ayahnya, tapi ayahnya suka berjudi, walaupun terkadang menang, tetapi tidak sedikit juga mereka memiliki hutang. Alena yang mendengar semua cerita jujur milik temannya itu, binggung.

"Jika aku menjelaskan siapa kakak ku, apa kalian masih ingin berteman denganku?" Alena menggaruk lehernya yang tidak gatal, teman-temannya hanya binggung dengan pertanyaan Alena, tetapi kemudian dibales dengan anggukan kepala.

"Dia pimpinan PK, dia memang suka membantu orang lain, tetapi ia tidak bisa berkomunikasi dengan benar, yang terkadang membuat orang lain jadi merasa tidak pantas berteman dengan dia atau aku adiknya, dia memang tidak pernah menujukkan sikap bos terhadap bawahnya, terhadap Liam ataupun Alya, tetapi kakakku itu selalu lebay jika menyangkut diriku, ia tidak pernah menyakiti siapapun, dia malahan selalu tersakiti," ucap Alena yang membuat mata para teman-temannya melotot.

"Bolehkah kakakku mengetahui cerita kalian? Setidaknya demi adikmu, jes, dan nenekmu leonny, tetapi, jangan membuat kalian sungkan terhadapku, aku tidak ingin memiliki bawahan seperti kakakku , karena aku belum menghasilkan uang," Alena kembali bersuara yang dibales pelukkan hangat dari Leonny, Jesika dan Natasya.

"Kau boleh menceritakan apapun, malahan kami berterima kasih, kami akan menganggap kau sebagai teman kami, kau bukan atasan dan donatur kami, kita temanan," Alena menganggukkan kepalanya.

Ternyata pelukan mereka senyaman dan sehangat pelukan kakak, batin Alena.

....

Tasya yang berada didepan pintu utama asrama itu mondar-mandir membuat Alya maupun Liam bahkan bibi asrama binggung. Tasya menatap Alya. Alya hanya mendengus kasar.

Hal gila apalagi yang dilakuin bocah nakal itu. batin Alya mengadu dengan dokumen yang sudah ia miliki dan kaki yang lelah.

"Iya nona Tasya?"

"Jika kau teman adikku, aku memberikan kau hadiah sebuah laptop canggih, hanya karena membuat mereka tertawa, apa yang akan kau lakukan?" Tasya yang tidak bisa berkomunikasi menatap Alya, asisten yang sudah banyak mengetahui sifat Tasya dari Alena dan juga Gia dalam semalam suntuk itu mengelah nafas.

"Nona Tasya, Anda hanya ingin memberikannya karena ada melihat laptopnya tidak bisa membuat ia belajar dengan benar bukan?" Alya tersenyum yang makin membuat Tasya menatap dan kembali mondar-mandir.

"Nona Tasya, lebih baik saja naik keatas untuk mengecek keberadan nona muda," Alya bersuara membuat Tasya menganggukkan kepala tanda setuju. Alya melangkah kaki dengan sedikit berjalan cepat menuju asrama adik majikannya.

Ia mengetuk pintu perlahan sampai dibukakan oleh Natasya, "maaf cari siapa,"

....

DOKTER GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang