22. I'm Not Fine

264 31 13
                                    

Donghae merebahkan tubuhnya di atas kasur, ia tidak peduli dengan kamarnya yang masih berantakan.

Ia merasa lelah setelah seharian beraktivitas. Kuliah, latihan, kemudian bekerja paruh waktu disalah satu minimarket di dekat asrama. Badannya terasa remuk setelah melakukan semua kegiatan itu. Apalagi ketika latihan, Jeon Mido memang seorang pelatih yang keras, ia beberapa kali membentak Donghae, kalau tidak ada Leeteuk yang membelanya mungkin Donghae tak akan bisa bertahan.

Malam itu Donghae benar-benar lelah tapi anehnya ia tidak bisa tidur. Pikiran nya kalut, ia merasa gelisah. Pertama, karena telpon dari rentenir. Kedua, karena sebentar lagi kakaknya akan bebas dari penjara.

Benar, Donghae bukanlah anak pertama, ia berbohong pada teman-temannya, bahkan mungkin pada dunia. Sampai saat ini dunia hanya mengenal Donghae sebagai anak pertama dari keluarga Lee, mereka tak tahu ada satu anak yang bernama Lee Jae-Wook.

Anak itu tak lain adalah kakak kandung Donghae. Kakak yang menghancurkan ketenangan hidupnya. Sudah bagus ia berada di penjara, tapi tadi pagi ia menelpon Donghae, katanya ia akan segera bebas, dan ia akan membalas Donghae, orang yang sudah membuatnya masuk penjara.

Itu benar, Donghae lah yang membuat Jae-Wook masuk penjara. Bukan tanpa alasan, Donghae adalah saksi atas kejahatan yang dilakukan oleh kakaknya sendiri. Mungkin itu sebabnya kakaknya menjadi sangat benci pada Donghae.

Itu tak masalah sebenarnya, karena Donghae  juga tidak pernah menyukai kakaknya. Kakaknya itu meninggalkan hutang yang jumlahnya cukup besar, jika ditambah dengan bunga maka jumlahnya akan menjadi semakin besar. Donghae dan keluarganya bekerja mati-matian untuk melunasi hutang itu.

Entah untuk apa dia meminjam uang sebanyak itu, Donghae tidak tahu, yang jelas karena hutang kakaknya itu Donghae harus selalu berurusan dengan rentenir. Pernah sekali mereka menghajar Donghae karena tak sanggup membayar cicilan. Yang lebih parah lagi mereka pernah menjarah isi rumah Donghae. Para rentenir itu tak peduli pada ibunya Donghae yang menangis karena barang berharganya dibawa oleh rentenir.

Mereka juga sering mengancam Donghae untuk menyakiti keluarganya, terutama adik perempuannya yang saat ini masih berusia 13 tahun. Mungkin ini terdengar gila, tapi mereka pernah menawarkan sebuah kesepakatan, jika Donghae ingin melunasi hutang itu maka ia bisa menjual adiknya pada mereka.

Mereka benar-benar gila, dan mungkin sebentar lagi Donghae juga akan menjadi gila, ia stress.

Bahkan sekarang Donghae tidak bisa memejamkan mata barang sedetik pun. Jikapun Donghae memaksa untuk memejamkan matanya ia tetap tidak bisa tidur.

Waktu menunjukkan pukul satu dini hari, dan Donghae masih berada dalam posisi yang sama, rebahan dalam kamar dengan pencahayaan temaram, tenggelam di tengah kesunyian malam. Matanya masih segar menatap langit-langit kamar yang terasa sangat pendek.

Dalam penglihatannya langit-langit atau yang biasa disebut plafon itu mulai bergerak turun, perlahan tapi pasti jarak yang ada diantara dia dengan atap kamar semakin menipis. Tubuhnya mulai terhimpit diantara plafon dan kasur tempat ia tidur, dan tiba-tiba saja plafon itu jatuh dengan kecepatan yang cukup tinggi. Alhasil tubuh Donghae dipenuhi oleh potongan plafon berbahan Gypsum itu.

Ah, Donghae kaget, ia terperanjat, ternyata itu semua hanya halusinasinya saja. Donghae terduduk dengan napas yang memburu. Tangannya bergerak mencari saklar lampu yang berada di atas tempat tidurnya, kini kamarnya terang, setidaknya cahaya bisa mengurangi rasa sesak yang dirasakan oleh Donghae.

Donghae melihat pantulan dirinya yang terpampang di dalam cermin. Ditatapnya bayangan itu lekat-lekat, satu detik tidak ada yang aneh, dua detik, masih biasa saja, tapi pada detik ketiga, dalam penglihatan Donghae bayangan dirinya yang ada di dalam cermin bergerak sendiri.

Super Junior : Their Incredible Moments ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang