29. Fraktal Gehenna

180 22 11
                                    

Guys, mohon baca dengan teliti dan sangat hati-hati ya, jangan lewatkan satu kata pun, fokus ...

Oke, mulailah membaca!!!

****

Bruk ...

Donghae tersungkur di tanah. Seragam sekolahnya kotor karena sedari tadi ia menerima tendangan teman-temannya. Ia sudah seperti samsak saja, yang memang dibuat untuk menerima pukulan. Bukannya Donghae tidak mau melawan, tapi ia tidak bisa karena tubuhnya dipegangi oleh dua, tidak, ada empat orang yang memang sengaja memegangi tubuh Donghae.

Sedangkan si bos, orang yang memiliki wajah paling ganas bertugas memukuli Donghae.

"Berdiri!" perintahnya kasar, ia menarik kerah baju Donghae. Wajah Donghae penuh dengan memar, pun dengan lengannya yang digenggam sangat erat oleh antek-antek si bos.

Kepala Donghae mulai terasa pusing, tapi Donghae berusaha sekuat tenaga untuk tetap menjaga kesadarannya supaya tidak jatuh pingsan.

"Kemarin kau terlihat seperti seorang pahlawan, tapi sekarang nyatanya kau tak bisa apa-apa, makanya jangan sok nolongin orang. Selamatkan dirimu sendiri dulu!" katanya dengan kilatan mata penuh amarah.

Donghae sebenarnya tak mengerti apa yang dimaksud oleh anak itu, kemarin ia tidak masuk sekolah, lalu bagaimana mungkin ia bisa menolong orang lain dari siksaan anak itu? "Aku tak pernah menyelamatkan siapapun, kau salah orang!"

Tapi si perundung tidak peduli dengan perkataan Donghae. Ia kembali memukuli Donghae. Sejak hari itu, kehidupan Donghae di sekolah menjadi tidak tenang, setiap hari ia pasti menerima satu dua pukulan atau yang biasa disebut orang sebagai bullying.

Benar, mungkin gangguan mental yang dideritanya berawal dari sini. Donghae merasa frustasi, ia ingin melarikan diri, tapi tak bisa. Ia terbelenggu dalam sebuah 'Fraktal Gehenna'.

"Katakan padaku, kenapa kau selalu pulang dalam keadaan seperti ini?" Setiap hari Jae Wook selalu bertanya seperti itu pada adiknya, ia penasaran dengan Donghae yang selalu membawa pulang luka lebam di sekujur tubuhnya. Meskipun ia tahu jawaban apa yang akan diberikan oleh Donghae.

"Aku terjatuh," begitulah katanya. Hah, Memangnya Jae-Wook ini bodoh? Ia bisa membedakan mana luka yang didapatkan karena terjatuh dan mana luka yang didapatkan akibat dipukul oleh seseorang, terlebih lagi ia juga terkenal sebagai anak nakal yang suka memukul orang.

"Pembohong, apa kau dirundung di sekolah?" Pertanyaan ini selalu berhasil menghentikan langkah Donghae.

"Bukan urusanmu!" jawab Donghae ketus. Ia marah pada Jae-Wook, ia marah pada dirinya sendiri, ia marah pada seluruh dunia dan isinya.

Meskipun Donghae tidak mengatakan nya tapi sebagai saudaranya Donghae, Jae-Wook bisa merasakan nya. Lama-lama ia juga tidak tega melihat adiknya dalam keadaan terpuruk seperti itu, terlebih lagi ia tak mau bercerita pada siapapun.

Maka Jae-Wook melapor pada gurunya Donghae. Tapi sayangnya si pelaku pem-bullyan adalah anak wali kota. Jadi, kira-kira siapa yang akan didengarkan oleh sang guru? Korban atau pelaku? Jelas mereka akan memihak pada pihak yang kuat dan punya kuasa, pelaku.

"Sudah kubilang kau jangan ikut campur!" Donghae membanting pintu kamar kakaknya, masuk dengan sangat kasar, langsung membentak kakaknya yang sedang sibuk bermain game online.

Jae-Wook tak acuh dengan teriakan Donghae, ia menjawab santai, "wae? Mereka tetap memukulimu?"

"Tidak, hari ini mereka bahkan mencoba membunuhku." Donghae terkekeh, tatapan matanya nanar.

Super Junior : Their Incredible Moments ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang