Hueningkai berlari tergesa ke atap sekolah, matanya sudah berlinang air mata. Entah kenapa, keadaan membuat dirinya harus merasakan sesak nafas.
Hueningkai mengatur detak jantungnya, ia juga terisak menangis karena merasa sesak sekali didadanya.
Dia mulai memukul dadanya kesal,"kenapa?! Kamu cemburu Hueningkai?! Apa kamu cemburu?!"
Hueningkai menengadah kepalanya ke atas, berguna mengurangi air mata yang sudah turun sedari tadi. Ia tidak boleh merasa panas dan cemburu saat ini.
Kalaupun dirinya sudah tahu jika kakaknya itu, Yeonjun mulai menyukai Soobin, orang yang ia sukai. Hueningkai hanya bisa merelakan, ia tidak bisa memaksakan apapun.
Badan Hueningkai terhuyung jatuh ke tanah, ia masih menangis. Dadanya masih sesak, tampaknya bukan hanya itu saja yang membuatnya kesal.
Hueningkai masih merasa sakit karena rasa bersalahnya dengan Beomgyu. Ia juga merasa sedih karena Yeonjun tidak jujur padanya, apa dia bukan bagian dari keluarga? Jadi dia tidak perlu tahu apa-apa?
"kenapa aku harus hidup?"
Ucapannya tertohok sekali. Diapun entah kenapa berbicara seperti itu.
Matanya menemukan benda di sana, sebuah pecahan kaca. Apa Hueningkai berniat jahat? Tidak. Ia mengambilnya, menatapnya dengan mata yang berlinang.
"mengaliri darahku yang segar tampaknya merasa puas."
Tangannya yang memegang serpihan kaca itu bergerak ke arah tangannya yang tidak memegang apa-apa. Arahan itu pada pergelangan tangan.
Namun aksinya itu terhenti karena seseorang langsung mengambilnya dan membuangnya jauh-jauh.
"kamu mau ngapain?!"
Hueningkai tergelak kaget melihat sosok Soobin di sini, bagaimana Soobin bisa tahu?
Soobin berjongkok di samping Hueningkai, ia memegang pundak pemuda itu, "apa yang mau kamu lakuin?"
Hueningkai menunduk, menggeleng kecil, "nggak kak. Tapi, jangan salahin kak Yeonjun, ini bukan salah dia. Aku aja yang mau, aku yang ingin."
"perlu sandaran? Sini."
Soobin menarik Hueningkai ke dalam pelukannya, terasa hangat. Hueningkai menenggelamkan wajahnya, ia tersenyum hangat.
Setidaknya ia bisa merasakan pelukan setelah sekian lama.
Soobin mengelus punggung pemuda itu dengan lembut "hey, janji sama aku gabakal lakuin ini lagi ya?"
"aku janji, kak."
"dek, ini bahaya. Kamu nggak boleh mikir kayak gitu lagi."
"maaf kak, aku---aku cuma ngerasa capek aja."
"aku ada, kamu bisa cerita sama aku. Jangan merasa canggung, aku suka kalau kamu bercerita daripada diam."
Hueningkai tersenyum, rasanya hangat. Rasanya ia tenang, dipeluk Soobin rasanya sangat tenang dan damai. Ia suka.
"maaf kak, aku janji nggak akan nyoba lagi."
Soobin tersenyum kecil, ia mengelus punggung Hueningkai dengan lembut berguna mengalirkan perasaan positif pada pemuda itu.
"untung aja gue bisa paham mimik wajah lo. Bukan gue nggak tau tentang lo dek, lo suka sama gue."
Soobin hanya berbicara dalam batin, ya mungkin ia berbicara dihadapan Hueningkai.
----
"Bin."
Soobin merasa jengkel, sedari tadi Yeonjun selalu memanggilnya dari masuk kelas sampai ulangan dimulai. Tidak henti-hentinya Yeonjun mengganggu Soobin.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAL SEGNO • YEONBIN ✔
FanfictionTerlibat dalam kesalah pahaman di masa lalu dengan keluarga mereka, Yeonjun dan Soobin selalu mengedepankan ego masing - masing. Dikenal sebagai musuh abadi oleh orang sekitar, bertengkar setiap saat, namun hal lain terjadi secara tak terduga... "l...