DUA PULUH ENAM - DAY ALWAYS COME ON TIME

252 37 0
                                    

Perubahan akan selalu ada dalam hidup manusia. Kadang, terasa menyakitkan. Kadang juga terasa indah. Tergantung apakah kenyatan yang terjadi selaras dengan ekspektasi kita pada hidup. Seperti hal sesederhana, cuaca. Saat kita berharap akan mendapatkan pagi yang cerah, namun yang justru terjadi adalah mendung yang menggantung di langit. Bahkan, sisa-sisa hujan semalam masih menggenang di beberapa sudut jalan. 

Andra mendongak ke langit. Sepertinya, mendung akan bertahan lama, batinnya. Dia kemudian mengedarkan pandangan ke halaman depan stasion Solo Balapan, mencari taksi online yang sudah dipesannya beberapa menit sebelumnya. Ponselnya bergetar. Pengemudi taksi juga sedang mencarinya. Setelah menerima telepon, Andra berjalan menuju ke tempat taksinya menunggu.

“Mas Andra?” tanya pengemudi taksi yang dijawab anggukan oleh Andra. Laki-laki yang berusia sekitar dua puluh tahunan itu lalu turun dari kursi kemudi dan membuka bagasi. Dia membantu Andra menaikkan kopernya.
Setelah Andra naik ke kursi penumpang, mobil melaju menuju ke alamat rumah Andra. Karena masih pagi, jalan raya juga belum terlalu ramai. 

“Asli Solo, mas?”

“Iya, Pak. Tapi lama tinggal di luar kota.”

“Oo, pulang kampung ini?”

Andra tersenyum. “Iya, kangen Ibu.”

“Senang pasti ya, mas. Masih punya orang tua.”

“Ya masih ada Ibu, mas. Ayah sudah meninggal sejak kecil.”

“Orang tua saya sudah meninggal semua, mas. Karena enggak ada penghasilan, akhirnya ya kerja saja.”

“Mas kan masih muda, enggak pengen kerja kantoran?” tanya Andra.

Laki-laki yang sedang mengemudikan mobil itu tertawa kecil. “Enggak lulus SMA, mana bisa kerja kantoran, mas.”

Andra terdiam. Kadang kenyataan memang menyakitkan. Dan setiap manusia selalu memiliki episode pahit dalam hidupnya. Bagi pengemudi taksi online ini, episode pahitnya adalah ketika kedua orang tuanya meninggal dunia, dia harus meninggalkan bangku sekolah dan bekerja untuk bertahan hidup.

“Sudah menikah, Mas?” 

“Belum, Mas. Belum ketemu.” Jawab Andra sembari tersenyum kecut.

“Enggak usah dipaksakan menikah, Mas, kalau memang belum ketemu yang cocok. Nanti kecewa seperti saya. Istri saya kabur karena enggak kuat punya suami yang cuma kerja taksi online, masih punya tanggungan sewa rumah dan bayar cicilan mobil.”

Andra tidak menanggapi, karena dia tidak tahu harus merespon bagaimana. Dia belum bisa berkomentar tentang pernikahan karena dia belum pernah mengalaminya.

“Maaf ya mas, saya jadi banyak bicara.”

“Enggak apa-apa, mas. Saya jadi ada teman ngobrol.”

Pengemudi taksi online itu kemudian tertawa. Entah apa yang sedang ditertawakannya. Mereka kemudian saling diam, hingga sampai di depan rumah Andra.

“Makasih, ya Mas. Semoga hari ini banyak orderan.” Ucap Andra sembari menerima kopernya yang diturunkan dari bagasi mobil.

“Iya, Mas. Jangan lupa bintang lima ya.”

Andra mengacungkan jempol lalu berjalan menuju ke dalam rumah. Tidak ada yang berubah dari rumahnya, karena Ibu memang paling enggan untuk merenovasi rumah. Menurut Ibu, nanti kenangan sama Ayah hilang kalau direnovasi. Ibu langsung menghambur keluar saat melihat anak laki-lakinya memasuki rumah. Andra meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya.

“Kok, kamu tidak bilang kalau pulang hari ini? Bukannya rencananya masih besok sabtu?” Ibu menggamit tangan Andra dan mengajaknya masuk.

“Ada acara di Jogja, bu. Jadi sekalian saja pulang ke Solo.”

A Thousand Nights With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang