“Bagaimana kabarmu?”
Pertanyaan pertama Ibunya Andra saat duduk bersama Fenita di sebuah restoran cepat saji yang tidak jauh dari toko kue tempat Fenita bekerja.
“Baik, bu.”
Ibunya Andra tersenyum. “Ibu senang mendengarmu baik-baik saja. Ibu mengkhawatirkanmu setelah mendengar cerita Andra.”
Fenita yang semula lebih banyak menunduk langsung menatap Ibu, menunggunya melanjutkan cerita tentang Andra. Tetapi, karena Ibu tidak kunjung melanjutkan, Fenita yang akhirnya bertanya.
“Bagaimana kabar Andra, bu?”
“Dia baik. Dia semakin sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah pulang.”
Fenita tersenyum tipis. Kenapa dia seperti melihat dirinya sendiri saat mendengar cerita tentang Andra? Apakah Andra menyibukkan diri untuk menghilangkan sesuatu yang menghantuinya juga?
“Dan dia masih betah dengan kesendiriannya.” Lanjut ibu. Kali ini, ada yang terasa berbeda di hati Fenita setelah mendengarnya. Entah kenapa, dia merasa bahagia mendengar Andra ternyata masih sendiri.
“Kamu sendiri bagaimana? Kenapa kamu tidak menemui Ibu kalau berada di Solo?”
Fenita tidak langsung menjawab. Dia tidak mungkin akan menjawab kalau dia sedang menghindari masa lalunya, termasuk Ibu dan Andra.
“Masih belum sempat, bu.” Fenita memilih berbohong.
“Kalau begitu, kapan kamu mau ke rumah? Kamu masih ingat kan rumah Ibu?”
Fenita mengangguk. Dia tentu saja masih mengingat jalan ke rumah Andra, karena dia dulu pernah pergi ke sana untuk menemui Andra, tetapi laki-laki itu sudah lebih dulu kembali ke Jogjakarta karena mantan kekasihnya.
“Aku akan kesana besok, bu. Kebetulan besok libur.”
“Baiklah. Ibu tunggu, ya.”
Ibunya Andra kemudian meraih tangan Fenita dan menepuknya pelan. Senyum di bibirnya juga tidak lekang. Perempuan paruh baya ini pasti tahu kalau perempuan di depannya sedang berbohong padanya, tetapi dia tidak terlihat marah sedikitpun. Ibunya Andra bahkan masih memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
***
Malam ini, Andra tidak lagi lembur seperti biasanya. Dia pulang lebih cepat dari karyawan-karyawannya dan membuat mereka langsung melongo. Ini adalah pertama kalinya sejak satu tahun yang lalu.
“Kamu sudah pulang?”
Andra menoleh ke arah dapur dan melihat Bara sedang memasak.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Memasakkan makan malam untuk teman kencanku.” Jawab Bara yang membuat Andra tertawa.
“Bicara seperti itu lagi dan aku akan mengusirmu dari sini.” sahut Andra sambil berjalan menuju kamar.
“Kenapa?? Bukankah sudah lama kita menjadi teman kencan? Lagian, kamu jomblo dan aku duda keren?” teriak Bara dari dapur, namun diabaikan Andra. Dia terus melangkah ke kamar dan menutup pintunya.
Andra meletakkan tas kerjanya di meja dan melepas kemejanya. Dia menghentikan aktifitasnya saat mendengar ponselnya berbunyi. Ada nama Ibu di layar.
“Halo, bu.”
“Masih kerja, nak?”
“Sudah pulang, bu.”
“Baguslah. Ibu senang kamu tidak lagi pulang malam-malam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Nights With You
RomansaSetiap manusia pasti pernah merasakan patah hati. Mengalami episode terburuk di dalam hidupnya. Ditinggalkan, putus cinta, dipaksa berpisah atau tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Fase paling penting setelah mengalaminya adalah bagaimana ca...