Memulai sesuatu yang baru bukan sesuatu yang mudah untuk sebagian orang. Memulai sesuatu yang baru berarti menutup seluruh pintu lama dan mulai membuka pintu baru yang akan membawa kita pada hal-hal baru yang tidak pernah diduga, keajaiban-keajaiban yang berada di luar nalar kita, mungkin juga hati yang baru. Namun bagi Andra, dia tidak sedang menutup pintu lama lalu membuka pintu baru. Dia hanya berada di tempat yang baru, namun masih membuka lebar pintu lama dan membiarkannya keluar masuk dengan leluasa. Terbukti, di apartemen barunya, dia masih memasang beberapa foto kenangannya dengan Ale. Bukan tanpa alasan dia melakukannya, dia ingin mengobati rindunya dengan melihat semua foto itu.
Pandangannya berputar ke seluruh ruangan. Sebagian barang sudah diletakkan pada tempatnya, namun masih saja tersisa beberapa ruang kosong karena dia juga tidak memiliki banyak barang saat berada di rumah kontrakan. Dia tidak berpikir kalau akan lama di Jakarta. Namun, posisi barunya sekarang membuatnya mulai berpikir untuk menetap di Jakarta, sehingga dia memutuskan untuk membeli satu unit apartemen. Ponselnya tiba-tiba berbunyi dan mengalihkan perhatiannya. Ia berjalan menuju ke meja ruang tamu dan mengambil ponselnya. Makanan yang dia pesan sudah datang dan dititipkan di lobby. Andra meletakkan ponselnya lagi lalu berjalan keluar. Perutnya sudah sangat lapar karena sejak semalam dia tidak makan apapun dan sekarang sudah hampir pukul 12 siang.
Lift bergerak cepat menuju ke lobby. Setelah pintu terbuka, dia langsung berjalan menuju ke lobby untuk mengambil makanannya. Namun, langkahnya terhenti saat dia melihat Fenita berada di halaman lobby. Dia baru saja turun dari mobil. Seorang laki-laki tampak mengecup keningnya lalu masuk kembali ke dalam mobil. Melihatnya saja, Andra sudah tahu kalau laki-laki itu adalah kekasih Fenita.
“Mas, ini pesanan makanannya.” Penjaga apartemen mengulurkan bungkusan plastik pada Andra yang langsung menerimanya.
“Terimakasih.” Andra menerimanya. Dia lalu berjalan kembali ke pintu lift. Di sana, Fenita sudah berdiri menunggu pintu lift terbuka.
“Hai.” Andra memilih untuk menyapa dulu.
“Hai.”
“Kamu bekerja di hari sabtu?” tanya Andra setelah melihat beberapa berkas di tangan Fenita.
“Hmm, ya. Ada beberapa artikel yang harus dicek.”
“Aah, iya. Kamu masih bekerja di majalah Fashion.”
Fenita hanya membalas dengan senyum. Lalu, pintu lift terbuka dan mereka berdua melangkah masuk.
“Kamu sendiri?” Fenita balik bertanya.
“Ambil pesanan makanan. Lapar setelah mengangkat barang.”
“Ooh.”
Lalu sunyi. Mereka saling diam.
“Mau aku bantu?” tanya Fenita tiba-tiba.
Andra cukup terkejut dengan tawaran Fenita. Menurutnya, mereka tidak cukup dekat untuk saling membantu satu sama lain.
“Bukannya kamu sedang ada pekerjaan?” Andra menunjuk pada berkas yang dibawa Fenita.
“Bukan sesuatu yang urgent.”
“OK. Mungkin, aku juga butuh sentuhan wanita.”
Fenita mendelik mendengarnya. Dia menatap Andra dengan bingung.
“Ah, maksudku. Apartemenku. Biasanya wanita lebih ahli dalam menata ruangan daripada laki-laki yang asal taruh asal rapi.”
Senyum mengembang di bibir Fenita, yang kemudian menjadi tawa. Andra pun ikut tertawa. Menertawakan kebodohannya.
“Kalau begitu aku akan ke apartemenmu setelah mengganti baju.”
“OK.”
Mereka kemudian berpisah dan masuk ke unit masing-masing. Andra berjalan masuk ke dalam ruangannya dan meletakkan bungkusan plastik yang dibawanya di kitchen island. Dia masih tertawa sendiri mengingat ucapannya tadi. Bagaimana bisa dia mengatakan hal seperti itu? Mungkin perutnya terlalu lapar sehingga apa yang dikatakannya tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Ia lalu mencuci tangannya di wastafel lalu membuka bungkusan plastik berisi dua box fast food. Ia kemudian teringat dengan Fenita. Apakah perempuan itu sudah makan? Haruskah dia menunggunya untuk bisa makan bersama? Ya, mungkin lebih baik begitu. Andra akhirnya mengurungkan niatnya untuk makan dan menunggu Fenita.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Thousand Nights With You
RomanceSetiap manusia pasti pernah merasakan patah hati. Mengalami episode terburuk di dalam hidupnya. Ditinggalkan, putus cinta, dipaksa berpisah atau tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan. Fase paling penting setelah mengalaminya adalah bagaimana ca...