LIMA BELAS - ANOTHER BIG SECRET

234 31 2
                                    

Keriuhan dari dalam restoran dan juga dari orang-orang di sekitar Andra memenuhi restoran barbeque. Asap yang mengepul dari daging yang dibakar menempel di baju dan seluruh badan. 

“Makasih ya, bos. Sering-sering aja begini.” Gurau salah satu pegawai Andra dan membuat orang-orang di sekitar Andra tertawa. Makan malam ini adalah acara yang sengaja diadakan Andra sebagai penghargaan kepada karyawannya yang sudah bekerja keras sehingga kinerja divisinya menunjukkan angka positif.

“Tahun depan kita jalan-jalan ke Bromo kalau ‘green’ lagi.”

“Yeaayy!!” Semua orang di meja yang sudah dipesan Andra langsung bersorak mendengarnya. Siapa yang tidak bersorak saat diajak liburan gratis setelah begitu banyak tekanan pekerjaan.

Andra ikut tertawa bersama mereka. Dia lalu mengambil daging yang telah selesai dibakar dan memakannya. Baginya, kebersamaan dan kedekatan dalam tim bisa menghasilkan kerjasama yang luar biasa.

Pandangan Andra lalu terhenti saat melihat dua orang yang berjalan masuk ke dalam restoran, lalu menuju ke bagian dalam. Mungkin ke bagian VIP yang lebih privat. Mereka tidak lagi terlihat saat masuk ke ruangan VIP. Ada yang tidak biasa dari cara mereka bergandengan tangan. Si perempuan terlihat sangat tidak nyaman.

“Lihatin siapa, bos?” tegur salah satu pegawai yang membuat Andra langsung memindahkan pandangan. Dia hanya tersenyum dan mengatakan kalau melihat temannya saja.
Sejak melihat dua orang tadi, Andra tidak lagi berselera makan. Dia sudah meletakkan sumpitnya dan hanya menghabiskan air mineral yang dipesannya. Dia tidak lagi bergabung dengan segala macam gurauan yang dilontarkan pegawainya. Otaknya sedang mengajaknya untuk menerka-nerka apa yang sedang terjadi antara mereka berdua.

Ingatannya kemudian tertuju pada pembicaraannya dengan Fenita beberapa hari yang lalu. Mungkin, ada yang salah dengan ucapannya sehingga Fenita tidak lagi datang ke apartemennya atau sekedar menyapa lewat pesan. Mungkin, Fenita marah karena dia terlalu ikut campur. Tetapi, Andra sama sekali tidak menyesali perkataannya. Dia yakin kalau setidaknya Fenita akan memikirkan ucapannya itu. 

Lalu, pandangannya beralih lagi saat melihat Fenita berjalan cepat keluar dari restoran dan kekasihnya sedang mengikutinya di belakang. Mereka tampaknya sedang bertengkar karena Fenita berkali-kali menepiskan genggaman kekasihnya. Andra masih mengamati saat mereka sudah berada di depan restoran. Mereka tampak berdebat. Entah apa yang diperdebatkan, tapi sepertinya kekasih Fenita tampak marah sekali. 

“Wen, ini kartu kreditku. Kamu bayar semuanya pake ini, ya. Aku pergi dulu.” Andra mengulurkan kartu kreditnya pada Wenny yang duduk di sebelahnya. Dia adalah asisten kepercayaan Andra sehingga menggunakan kartu kredit Andra untuk acara-acara seperti ini sudah menjadi kebiasaan Wenny. Dengan tergesa-gesa, Andra berjalan meninggalkan teman-teman kantornya menuju ke depan restoran. Dia tidak ingin Fenita mengalami kekerasan lagi seperti yang dialaminya sebelumnya.

Andra menghalau tangan kekasih Fenita yang siap melayangkan tamparan. 

“Kamu, lagi!” Erick mendelik melihat Andra mencengkeram tangannya dengan kuat. Sementara Fenita juga tidak bisa menutupi keterkejutannya melihat Andra yang tiba-tiba muncul.

“Tidak usah ikut campur! Aku akan menyelesaikannya dengan Fenita.” Erick masih tampak geram.

“Tidak. Aku akan pergi dengan Fenita.” Andra melepaskan cengkeraman tangannya pada Erick, lalu meraih tangan Fenita dan mengajaknya pergi. Dia menarik tangan Fenita dengan kuat hingga sampai di mobil. Fenita tidak mengatakan apapun dan hanya mengikuti Andra. Dia pun tidak protes saat cengkeraman tangan Andra terasa kuat di pergelangan tangannya.

Andra langsung menjalankan mobilnya meninggalkan halaman parkir restoran. Dia sempat melihat Erick yang menatapnya dengan kebencian. Tetapi, dia tidak peduli. Dia harus menyelematkan Fenita dari laki-laki seperti Erick. Andra lalu melirik ke sebelahnya. Fenita tidak mengatakan apapun dan hanya duduk di kursinya. Dia bahkan memalingkan pandangannya dari Andra dan hanya menatap ke jendela mobil di sampingnya. Sesekali, dia tampak menghapus airmata yang menetes dengan sudut jarinya. 

A Thousand Nights With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang