ENAM BELAS - DIVORCE

288 34 1
                                    

Terdengar suara barang-barang jatuh dan tercerai berai di lantai. Lalu, teriakan putus asa dari seseorang. Kamar yang luas dan selalu bersih itu kini berantakan dengan pecahan keramik di mana-mana. Seorang perempuan terduduk lemah di lantai dengan kaki ditekuk dan menangis. Bahunya berguncang karena tangisannya. Napasnya tersengal-sengal karena sesak yang dirasakan di dadanya mungkin susah hilang meski airmatanya sudah berjatuhan tanpa henti. Hatinya hancur berkeping-keping setelah dia kehilangan satu-satunya laki-laki yang pernah dicintainya. Harga dirinya pun hancur ketika dia harus mengakui kekalahannya setelah suaminya mengajukan perceraian dengannya. Dia telah kehilangan semuanya. Cintanya, hatinya, harga dirinya, dan semua kebahagiaan sesaat yang pernah dirasakannya.

Dia masih sangat ingat saat beberapa jam yang lalu, suaminya menyodorkan surat cerai padanya. Tanpa ragu-ragu sedikitpun, suaminya mengatakan kalau dia menginginkan pernikahan mereka berakhir, sehingga dia bisa menikahi perempuan lain yang selama ini disembunyikannya.

“Apakah kamu yakin dengan keputusanmu? Kamu akan kehilangan segalanya dengan perceraian ini.” Saphira masih berusaha menahan perih di hatinya, dan memasang wajah angkuh di depan Erick.

“Tidak. Aku tidak akan kehilangan kehidupanku dan cintaku.”

Saphira tersenyum sinis. “Apakah menurutmu cinta bisa membuatmu hidup? Kedudukanmu dan kekayaanmu lah yang membuatmu hidup sampai sekarang.”

“Lebih baik aku kehilangan itu daripada harus hidup di neraka seperti ini.”

Ada yang sangat sakit di hati Saphira mendengarnya. Jadi, menurut Erick, hidup bersamanya sama dengan hidup di neraka. Bukankah neraka seperti ini yang pada akhirnya membuat Erick bersedia menikah saat itu? Dia buta dengan kekayaan dan kedudukan lalu bersedia menikah. Tapi sekarang, dia menyebutnya neraka?

“Jika memang tinggal di rumah ini adalah neraka, kamu bertahan di dalamnya selama lebih dari lima tahun.” Tanpa melihat isi surat perceraian itu, Saphira langsung beranjak dari kursi bar dan memilih pergi.

“Aku akan pergi dari rumah ini, mulai hari ini.”

Saphira menghentikan langkahnya. Hatinya semakin teriris mendengarnya. Apakah sudah tidak ada cara lagi untuk mempertahankan pernikahannya dengan Erick? Apakah selama ini, tidak pernah sedikitpun, Erick mencintainya atau memikirkan Theon?

“Sekali kamu meninggalkan rumah ini, kamu tidak akan pernah bisa kembali atau melihat Theon lagi.” ancam Saphira.

“Aku akan mengambil hak asuh Theon.”

Saphira membalikkan badan. Menatap Erick dengan tatapan marah.

“Kamu tidak akan pernah mendapatkan Theon dengan tuduhan perselingkuhan. Apalagi, Theon juga masih dibawah umur dan membutuhkan ibunya. Kamu juga tidak akan punya penghasilan untuk menghidupinya. Jadi, aku akan melakukan segala cara untuk membuatmu kehilangan semuanya.”

Erick tampak geram. Dia berjalan cepat ke arah Saphira, lalu mencengkeram bahunya dengan kuat. “Kamu pikir uang bisa membuatmu mendapatkan segalanya? Tidak. Aku juga punya bukti kalau kamu tidak pernah mengurus Theon dan sibuk dengan duniamu sendiri.”

Saphira menyeringai. “Aku bekerja. Semua kesibukanku itu karena kamu tidak pernah mau masuk ke dalam perusahaan Papa sehingga aku harus melakukannya. Kamu yang selama ini terlalu sibuk dengan wanita simpananmu itu, membuatku harus bekerja banting tulang.”

“Oh ya? Bekerja banting tulang? Kamu bekerja untuk siapa? Untuk memenuhi kebutuhan sosialmu?”

“Terserah dengan semua tuduhanmu itu. Tapi, kalau kamu tetap ingin bercerai, kamu tunggu saja. Aku akan memberimu banyak kejutan untuk membuatmu menyesal.” Saphira menepiskan tangan Erick yang mencengkeram pundaknya. Dia berjalan meninggalkan Erick yang masih terpaku di tempatnya. Sekilas, dia bisa melihat sebuah koper yang diletakkan di sudut ruangan. Saphira tersenyum sinis. Dia bahkan sudah menyiapkan semuanya dan bersiap pergi dari rumah hari ini.

A Thousand Nights With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang