Pulang Telat

3K 231 4
                                    


Karena banyak yang harus Nafisah kerjakan bersama karyawan di butiknya, sampai mereka semua tidak menyadari kalo matahari mulai menghilang untuk melaksanakan tugasnya.

mereka semua melaksanakan sholat magrib berjamaah dan kembali menyelesaikan pecking pesanan sampai jam set 9 malam semuanya baru selesai.

Karena sudah terlalu malam untuk para pegawai pulang, apalagi kebanyakan pegawai Nafisah perempuan dan sebagai mereka ada yang harus naik kendaraan umum dulu untuk pulang.

Akhirnya Nafisah meminta driver butik untuk mengantarkan para pegawai yang tidak menggunakan kendaraan pribadi mereka pulang ke rumah mereka masing-masing dan Nafisah juga meliburkan para pegawai butik selama 2 hari atas tanda terima kasih karena sudah mau kerja lembur hari ini untuk menyelesaikan packing barang.

Tapi tidak untuk Syifa, dia besok harus menunggu ekspedisi buat pick up barang dan besok harus pergi bersama Nafisah untuk membeli barang-barang buat di kantor baru nanti.

Tetapi Nafisah akan tetap adil kepada Syifa, setelah semuanya sudah pindah ke kantor baru dan tidak ada lagi kendala, Nafisah akan memberikan Syifa waktu libur dengan waktu yang sama seperti pegawai lainnya.

Sekarang sudah menunjukkan pukul 9 malam dan Nafisah baru saja di rumah.

"Assalamualaikum," salam Nafisah saat membuka pintu rumah yang belum di kunci dan melangkahkan kaki masuk kedalam.

Nafisah menutup kembali pintu rumah dan juga menguncinya.

"Enak ya jadi istri kesayangan kalo pulang malan nggak kena marah," sidir Lestari yang datang dari dapur.

Padahal Nafisah belum bertemu dengan Adnan dan Nafisah juga tidak tau apa Adnan akan marah atau tidak dia pulang malam begini.

Kalo pun Adnan marah, Nafisah akan mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

"Maaf mba kalo aku pulang malam, di butik banyak kerjaan yang harus diselesaikan di hari ini," kata Nafisah meminta maaf dengan sopan dan lembut.

"kamu mau nyindir saya karena saya tidak punya kerjaan seperti kamu," kata Lestari yang salah paham dengan perkataan Nafisah.

"Aku nggak bermaksud begitu, maaf kalo mba ngerasa tersindir," kata Nafisah lagi dengan sangat lembut dan sabar menghadapi sifat Lestari yang masih tidak suka dengan kehadiran Nafisah di dalam rumah tangganya.

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Adnan yang keluar dari dalam kamar dia bersama Lestari.

"Mas," panggil Nafisah dan dengan cepat salim dengan Adnan.

"Ini istri kedua kamu baru pulang," beritahu Lestari dengan menekankan kata kedua agar Nafisah sadar posisinya didalam keluarga ini.

"Nasehatin tu," perintah Lestari dan setelah itu langsung masuk kedalam kamar meninggalkan Nafisah dan Adnan.

"Kenapa kamu pulang malam begini?"   Tanya Adnan dengan lembut.

"Maaf mas tadi di butik banyak pesanan yang harus di packing dan Nafisah membantu para pegawai biar pekerjaannya cepat selesai," kata Nafisah memberitahukan keadaan sebenarnya kepada Adnan.

"Sudah nggak apa-apa, tapi lain kali kalo pulang malam kabarin mas dulu biar mas nggak khawatir sama kamu," kata Adnan dengan sangat pengertian.

"Iya mas," kata Nafisah.

"Sudah sana kamu bersih-bersih dan setelah itu sholat Isya," perintah Adnan dengan lembut dan membelai kepala Nafisah yang tertutup Khimar.

"Iya mas," kata Nafisah dan setelah itu naik ke lantai atas untuk menuju kamar tidurnya.

Nafisah dengan cepat membersihkan dirinya dan setelah itu melaksanakan sholat Isya.

Selesai sholat Isya, Nafisa merapikan kembali peralatan sholatnya dan turun ke dapur.

"Cari apa no?" Tanya bi Ami yang baru keluar dari ruang cuci.

"Ini bi saya cari buah kok nggak ada?" Jawab dan tanya Nafisah.

"Semuanya sudah habis non, bahkan keperluan lain juga sudah habis" jawab bi Ami, "tadi saya sudah bilang sama ibu tapi kata ibu bilang sama non Nafisah" beritahu bi Ami.

"Ya udah, bibi catat apa aja yang sudah habis dan sekalian keperluan bibi juga biar besok Nafisah yang pergi belanja," pinta Nafisah dengan lembut.

"Iya non nanti saya catat dan pagi saya kasih sama non catatannya," kata bi Ami.

"Kalo gitu Nafisah kembali ke kamar ya bi,"  kata Nafisah dan setelah itu kembali kedalam kamarnya dengan membawa segelas air putih.

Saat masuk kedalam kamarnya dia melihat kehadiran Adnan yang sudah duduk di atas kasur.

"Mas kenapa disini?" Tanya Nafisah dan meletakkan gelas berisi air putih ke atas nakas.

"Mas kangen sama kamu," kata Adnan dan menarik Nafisah sehingga nafisah jatuh di bangkuannya.

"Ih mas lepasin, sana mas kembali ke kamar mba Tari nanti mba Tari marah-marah lagi sama Nafisah kalo mas disini," kata Nafisah berusaha bangun dari pangkuan Adnan dan mengusir Adnan dari kamar nya.

"Tari sudah tidur," beritahu Adnan dan menahan pinggang Nafisah agar tidak bangun dari pangkuannya.

"Mas, besok Nafisah pergi ya?" Tanya Nafisah meminta izin suaminya dan menyenderkan kepalanya di dada bidang Adnan.

"Mau pergi kemana lagi kamu?" Tanya Adnan dengan menatap mata Nafisah.

"Besok Nafisah mau pergi sama Syifa untuk beli keperluan di kantor baru dan juga belanja bulanan karena keperluan di dapur sudah habis semua," jawab Nafisah dengan memberitahukan jadwal kegiatannya besok.

"Kantor baru dimana?" Tanya Adnan.

"Nafisah ada punya rumah yang nggak di tempati dan jaraknya tidak terlalu jauh dari butik" jawab Nafisah, "pesanan online semakin banyak dan pegawai juga bertambah, ruangan di butik yang biasanya digunakan untuk packing dan admin terlalu kecil sehingga Nafisah memutuskan untuk pindah saja biar lebih enak ngurusnya dan tidak mengganggu pelanggan yang datang ke butik" cerita Nafisah.

"Iya mas izinkan besok kamu pergi" kata Adnan mengizinkan Nafisah untuk pergi, "tapi ingat besok jangan pulang malam lagi" pinta Adnan.

"Nafisah nggak bisa janji sama mas, tapi akan Nafisah usahakan sebelum magrib sudah ada di rumah," kata Nafisah.

"Tapi selalu kabarin mas," kata Adnan dan mencium puncak kepala Nafisah.

"Iya mas," kata Nafisah patuh.





















Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang