Album foto

2.8K 220 1
                                    

Selesai makan spaghetti cukup banyak, Nafisah diajak oleh mami Fotri untuk duduk di sofa ruang keluarga.

"Album foto siapa ini mi?" Tanya Nafisah dengan mengambil album foto yang berada di bawah meja yang ada di depannya.

"Album foto Adnan masih kecil," jawab mami Fitri dan merapatkan duduknya dengan Nafisah.

"Boleh Nafisah lihat?" Tanya Nafisah terlebih dahulu sebelum membuka album foto yang sudah berada di pangkuannya.

"Buka saja," jawab mami Fitri dan Nafisah langsung membuka album foto itu setelah mendapatkan izin dari mami Fitri.

"Ini foto waktu Adnan baru lahir," beritahu mami Fitri dan menunjuk foto bayi yang pipinya masih terlihat merah.

Nafisah melihat-lihat foto Adnan yang ada di dalam album foto itu dan mami Fitri memberitahu usia berapa foto itu di ambil.

Tangan Nafisah berhenti membalik halaman album sebelumnya karena dia melihat satu foto yang sanga familiar di matanya karena dia juga memiliki foto itu di album foto kecilnya.

Di dalam foto itu terdapat seorang anak laki-laki yang berusia 15 tahun dengan seorang anak perempuan berusia 5 tahun yang sedang bergendong di punggung anak laki-laki itu.

Kedua anak itu menatap ke arah kamera dengan senyuman lebar dan ekspresi bahagia mereka.

"Ini mas Adnan mi?" Tanya Nafisah dan menunjuk anak laki-laki itu.

"Iya itu Adnan yang lagi gendong kamu" jawab dan beritahu mami Fitri, "waktu itu kita sedang liburan ke puncak semalam lima hari dan selama di puncak kamu tidak mau lepas dari Adnan, maunya main terus" cerita mami Fitri.

"Nafisah punya juga foto ini, tapi Nafisah nggak tahu anak laki-laki yang sedang gendong Nafisah dan Nafisah juga nggak pernah nanya sama orang rumah" kata Nafisah, "ternyata laki-laki itu mas Adnan" sambung Nafisah yang akhirnya mengetahui identitas dari laki-laki yang bersama dia.

Setelah itu Nafisah membalik halaman selanjutnya dan Nafisah bingung karena di halaman terakhir hanya ada foto 2 anak kecil perempuan yang terlihat kembar.

"Itu mami sama kembaran mami, namanya farida," beritahu mami Fitri dan membuat Nafisah kaget karena selama ini dia tidak mengetahui kalo ternyata mami Fitri kembar.

"Tante Farida di mana sekarang mi?" Tanya Nafisah penasaran karena dia tidak pernah bertemu dengan kembaran mami Fitri.

"Farida sudah berada di surga, dia meninggal saat usia sepuluh tahun karena tumor otak," jawab mami Fitri dan membuat Nafisah merasa bersalah karena sudah membuka masa lalu mami Fitri.

"maaf mi, Nafisah nggak bermaksud membuat mami sedih," kata Nafisah meminta maaf.

"Nggak apa-apa, mami juga sudah ikhlas karena dia sudah tidak merasa sakit lagi di sana," kata mami Fitri dengan senyuman di bibirnya.

Nafisah langsung menutup album foto itu karena memang sudah habis juga dan dia mengembalikan album foto itu ke tempatnya semula.

"Kamu harus jaga kandungan kamu, banyakin makan makanan yang sehat dan jangan melakukan hal yang berat" nasehat mami Fitri dan mengusap perut rata Nafisah dengan lembut, "kamu juga harus mengurangi aktivitas kamu selama hamil" sambung mami Fitri.

"Iya mi, Nafisah pasti akan jaga dengan baik kandungan Nafisah," kata Nafisah dengan senyum lebar di bibirnya.

"Lagi bicarakan apa nih seperti seru banget?" Tanya Adnan yang muncul di ruang keluarga setelah dari kamarnya yang ada di lantai atas.

"Jangan di duduk di sini, mas jauh jauh sana," larang Nafisah saat Adnan mau mendudukan pantatnya di samping Nafisah yang masih kosong.

"Kenapa sayang?" Tanya Adnan yang kembali berdiri tegak.

"Aku nggak mau duduk dekat sama mas," kata Nafisah yang masih merasa kesal dengan Adnan atas kejadian di meja makan tadi.

"Sudah Adnan, kamu ngalah dulu," kata mami Fitri yang mengerti dengan perasaan Nafisah.

Akhirnya Nafisah mengalah untuk duduk di sofa yang masih kosong dan posisinya sedikit jauh dari Nafisah.

"Sabar Adnan, Nafisah lagi hamil anak lo jadi lo harus banyak-banyak sabar," kata Adnan di dalam hati nya dan menghela nafas berat.

Adnan akan menyiapkan dirinya mulai sekarang untuk menghadapi sikap Nafisah yang akan berubah ubah sesuai dengan mood dia.

"Sayang kita mau pergi ke rumah orang tua kamu sekarang?" Tanya Adnan.

Tadi saat di meja makan Nafisah mengajak Adnan untuk pergi ke rumah orangtuanya untuk memberitahukan kabar bahagia ini kepada keluarga.

"Iya mas biar kita pulang ke rumahnya tidak kemalaman," jawab Nafisah yang sudah tidak kesal lagi dengan Adnan.

Sungguh mood ibu hamil yang sangat ajaib, begitu cepat berubahnya seperti membalikkan telapak tangan saja.

"Ya sudah kalo kalian mau pergi, hati-hati di jalan ya dan kamu Adnan jaga istri kamu baik-baik jangan sampai dia kecapean," kata mami Fitri.






Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang