Mba Tari

4.2K 298 12
                                    


Sekarang sudah menunjukkan pukul 3 subuh dan Nafisah terbangun dari tidurnya karena memang sudah menjadi kebiasaannya dari dulu.

Nafisah turun dari kasur dengan pelan agar tidak membangunkan Humaira yang tidur di sebelahnya, sedangkan Adnan memutuskan untuk tidur di kamar dia dan Lestari sekalian menunggu lestari pulang.

Nafisah masuk kedalam kamar mandi yang ada di dalam kamar untuk mengambil air wudhu dan setelah itu melaksanakan sholat tahajud dengan khusu.

Selesai sholat tahajud dan membaca doa, Nafisah langsung pergi menuju dapur yang ada di lantai satu untuk minum segelas air putih karena tadi malam dia lupa untuk menyiapkan segelas air didalam kamar.

Nafisah menuruni anak tangga dengan pelan dan tari atas Nafisah bisa melihat situasi ruang keluarga yang masih terang, Nafisah juga bisa melihat Adnan yang sedang tidur di sofa dengan posisi berbaring di sofa panjang.

"Kenapa mas Adnan tidur di sofa?" Tanya Nafisah pada dirinya sendiri dan mempercepat langkahnya menuruni anak tangga.

Nafisah mendekati sofa yang dipakai Adnan untuk tidur dan menatap wajah damai Adnan saat sedang tidur. Nafisah tidak tega membangunkan Adnan dan akhirnya Nafisah mengambil selimut dari dalam kamar.

Nafisah memakaikan selimut tersebut ke badan Adnan dan setelah itu pergi ke dapur untuk melaksanakan niatnya yang tertunda.

Baru Nafisah melangkahkan kakinya untuk menuju dapur, terdengar gedoran pintu rumah dan semakin lama suara gedoran semakin keras.

Nafisah memutar langkahnya menuju pintu rumah dengan keadaan bingung. Siapa yang bertamu disaat jam baru menunjukkan pukul set 4? Apalagi ditambah dengan gedoran yang sangat keras.

Dengan membaca basmalah Nafisah memutar kunci rumah dan mulai membuka pintu dengan pelan serta hati-hati, takutnya yang bertamu adalah orang jahat.

"Mba Tari," panggil Nafisah saat pintu sudah terbuka dan nampak lah Lestari dengan keadaan rambut berantakan serta badan yang berdiri tidak seimbang.

"Lama banget sih Lo buka pintunya," kata Lestari berjalan masuk kedalam rumah dengan menahan badan yang mau jatuh ke bawah.

3 langkah masuk kedalam rumah, badan lestari langsung ambruk dan syukur saja Nafisah memiliki sifat refleks yang sangat cepat sehingga kepala lestari tidak terbentur dengan keramik.

"Mba tari," panggil Nafisah dan  menepuk pipi lestari dengan pelan.

Merasa lestari tidak akan sadar, Nafisah meletakkan kepala lestari ke atas lantai dengan pelan dan setelah itu Nafisah menutup pintu rumah terlebih dahulu serta menguncinya kembali.

Dengan sudah payah Nafisah memapah badan Lestari untuk menuju kamarnya dan syukur saja Lestari sering diet sehingga Nafisah masih kuat untuk memapah, tapi sebelum masuk kedalam kamar tersebut Nafisah meminta ijin terlebih dahulu walaupun tidak akan ada orang yang mendengarnya.

Nafisah membuka pintu kamar tidur lestari dan Adnan yang belum satu kali pun masih masuk kedalam kamar ini.

Nafisah memapah lestari masuk kedalam kamar dan setelah itu menjatuhkan badan lestari ke atas kasur empuk.

Nafisah menarik nafas panjang untuk menormalkan kembali pernapasannya yang sempat tidak teratur karena memapah badan lestari.

Mata Nafisah memperhatikan seluruh ruang kamar ini yang di dominasi dengan warna putih gading, serta diatas tempat tidur terdapat foto pernikahan Adnan dan lestari yang di cetak begitu besar seperti memberitahukan kebahagian mereka pada saat itu.

Rasa bersalah tiba-tiba muncul di hati Nafisah. Nafisah tidak bisa berbohong kalo dia masih merasakan rasa bersalah yang begitu besar karena sudah masuk kedalam rumah tangga lestari dan Adnan sebagai orang ketiga.

Nafisah menuju meja rias yang ada di kamar tersebut dan mengambil kapas serta facial cleansing water untuk membersihkan make up di wajah Lestari.

Nafisah menumpahkan sedikit facial cleansing water ke atas kapas dan setelah itu mulai membersihkan wajah lestari dengan pelan dan lembut agar tidak membangunkan lestari.

Selesai wajah lestari bersih, Nafisah menggantikan pakaian lestari menggunakan piyama tidur yang dia ambil dari dalam lemari.

"Maaf mba kalo aku lancang menggantikan pakaian mba," kata lestari dan memasangkan selimut ke badan lestari yang tidur dengan nyenyak.

Nafisah memutuskan membawa pakaian yang berbau alkohol itu ke dapur untuk di cuci dan Nafisah akan menyembunyikan ini semua dari Adnan, karena Nafisah tidak ingin ada keributan lagi di dalam rumah ini.

Nafisah tau kalo salah menyembunyikan sesuatu dari Adnan apalagi ini menyangkut lestari istri pertamanya, tapi Nafisah juga tidak tega mau melihat lestari dan Adnan ribut besok pagi.

Nafisah keluar dari dalam kamar Lestari dan Adnan, dia melihat Adnan masih tertidur nyenyak di atas sofa dengan selimut yang masih rapi menutupi badannya.

Memasukkan pakaian itu ke dalam mesin cuci dan langsung menghidupkannya, tidak lupa untuk bisa memberikan banyak deterjen dan pewangi pakaian agar bau yang ada di pakaian tersebut bisa hilang.

Nafisah meninggalkan mesin cuci yang sedang bekerja itu dan mengambil segelas air putih untuk menghilangkan rasa haus yang melanda tenggorokannya.

"Sudah bangun bi?" Tanya Nafisah saat melihat Bi Ami keluar dari dalam kamarnya yang letaknya didekat dapur.

"Iya non, soalnya bibi mau pergi ke pasar," jawab Bi Ami.

"Bi panggil Nafisah saja," kata Nafisah memprotes karena Bi Ami memanggilnya seperti itu.

"Bibi gak terbiasa memanggil nama," beritahu Bi Ami.

"Terserah bibi aja deh," kata Nafisah menyerah.

"Bibi pergi ke pasar dulu non, takut nanti gak sempat bikin sarapan kalo gak berangkat sekarang," kata Bi Ami.

"Bibi belanja dengan santai saja di pasar, urusan sarapan biar Nafisah yang buat," kata Nafisah.

"Iya non," kata Bi Ami.

"Bibi berangkat ke pasar naik apa?" Tanya Nafisah.

"Sepeda motor, kalo gitu bibi berangkat dulu," jawab Bi Ami.

"Iya Bu, hati-hati bawa motornya," kata Nafisah.

"Iya non, Assalamualaikum," salam Bi Ami.

"Walaikumsalam," jawab salam dari Nafisah dan setelah itu Bi Ami keluar dari rumah menggunakan pintu belakang.

Sekarang baru menunjukkan pukul 4 subuh, perut Nafisah sudah meminta untuk di isi.

"Kebiasaan," kata Nafisah dan mengelus perut ratanya.

Nafisah membuka pintu kulkas dan mengambil 2 buah pir untuk mengganjal perutnya terlebih dahulu, kalo Nafisah memilih makan roti atau nasi maka nanti dia tidak akan bisa ikut sarapan karena sudah kenyang.
















-








-




Jangan lupa berikan Vote kalian kalo suka dengan cerita ini, serta berikan komentar kalo menemuka tulisan atau ejaan kata yang salah.

Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang