Pesantren

3.4K 277 5
                                    


Hari ini adalah hari dimana Nafisah dan Adnan akan mengantar Humaira ke pesantren.

Humaira begitu senang dan sudah tidak sabar dari kemarin, dari tadi malam Humaira selalu bertanya kapan akan berangkat dan senyuman di bibirnya selalu terbit.

"Assalamualaikum," salam sepasang suami istri yang terlihat romantis di umur yang sudah tidak muda lagi.

"Walaikumsalam," jawab salam Nafisah, Adnan, dan Humaira yang sedang sibuk memasukkan barang kedalam bagasi mobil.

"Oma, Opa," panggil Humaira.

"Hai cucu kesayangan Oma," kata mami Fitri dan Humaira mencium tangan Oma dan Opa nya.

"Cucu Opa tambah cantik kalo pakai hijab seperti ini," puji papi Firdaus dan mengelus kepala Humaira.

"Mami sama papi ngapain pagi-pagi ke sini?" Tanya Adnan yang baru selesai memasukkan semua barang yang akan di bawa ke pesantren.

"Kami mau ikut mengantar cucu kami ke pesantren," jawab mami Fitri.

"Kenapa gak bilang dulu?" Tanya Adnan lagi.

"Mami sudah bilang sama Nafisah dan kata Nafisah boleh," jawab mami Fitri.

"Kenapa gak bilang sama aku dulu?" Tanya Adnan suara pelan yang hanya bisa di dengan oleh Nafisah yang berdiri di sebelahnya.

"Lupa," jawab Nafisah dengan suara pelan juga.

"Kapan berangkatnya nih?" Tanya papi Firdaus.

"Sekarang Pi," jawab Nafisah.

Lestari keluar dari rumah dengan berpakaian begitu rapi seperti, menggunakan dress pendek berwarna biru laut, sepatu high heels berwarna senada, dan tas selempang berwarna putih.

"Kamu mau kemana?" Tanya mami Fitri dan menatap Lestari.

"Mau arisan mi, mami ngapain ke sini?" Jawab dan tanya lestari dengan sopan.

"Mau ikut ngantar cucu mami ke pesantren," jawab mami Fitri.

"Mama Tari gak ikut ngantar Aira?" Tanya Humaira dan menatap wajah Lestari.

"Saya sibuk gak ada waktu untuk ikut ngantar kamu," jawab lestari dengan sewot.

"Kalo gitu aku berangkat dulu, sudah telat soalnya," pamit Lestari dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir di samping mobil Adnan.

"Aku berangkat dulu mas, kayanya aku akan pulang malam," pamit dan beritahu Lestari.

Setelah itu Lestari langsung masuk kedalam mobilnya dan mengendarai keluar halaman rumah tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu, kalo Adnan dan Nafisah sudah memaklumi dengan kebiasaan lestari tidak mengucapkan salam tapi disini ada kedua mertua nya (orang tua Adnan).

"Mas kayanya kita harus berangkat sekarang, takutnya nanti terlalu siang sampai ke sananya," beritahu Nafisah.

"Ayo kita berangkat," ajak Adnan dan setelah itu mereka semua masuk kedalam mobil.

Adnan dan Nafisah duduk di depan, sedangkan mami Fitri dan papi Firdaus duduk di belakang bersama dengan Humaira. Sebenarnya tadi Nafisah sudah meminta papi Firdaus untuk duduk di depan bersama Adnan, tapi papi firdaus nolak "papi mau duduk sama cucu papi" seperti itu kata yang dikeluarkan papi Firdaus.

"Aira yakin mau ke pesantren? Kalo enggak yakin kita bisa balik lagi sebelum jauh," tanya mami Fitri kepada Humaira.

"Aira yakin Oma," jawab Humaira dengan senyuman manis.

"Mami jangan pengaruhi Aira buat berubah pikiran," tegur Adnan.

"Kamu fokus nyetir aja gak usah ikut campur, ini urusan mami dan Aira," kata mami Fitri.

"Aira gak akan berubah pikiran," beritahu Humaira.

"Itu baru anak ayah," kata Adnan dan menampilkan senyum kemenangannya.

"Bunda," panggil Humaira dan itu membuat Nafisah memutar badannya ke belakang.

"Iya?" Tanya Nafisah dan menatap Humaira.

"Aira boleh beli kue?" Tanya Humaira dengan hati-hati.

"Buat apa sayang?" Tanya Adnan.

"Aira mau bagi-bagi buat teman kamar Aira nanti," jawab Humaira pelan.

"Boleh sayang," kata Nafisah.

"Makasih bunda," ucap Humaira dengan sangat bahagia.

"Sama-sama sayang," kata Nafisah.

"Mas nanti kalo ada toko kue mampir dulu," pinta Nafisah ke Adnan yang sedang menyetir.

"Iya," kata Adnan.

Adnan fokus menyetir, Nafisah sedang sibuk dengan hp nya, dan 3 orang di belakang sedang sibuk berbagi cerita dan bercanda.

"Lagi chat sama siapa? Kelihatannya sibuk banget," tanya Adnan ke Nafisah.

"Ini aku lagi tanya sahabat aku yang ngajar di pesantren dia mau kue apa biar sekalian aku beliin," jawab Nafisah dan Adnan mengangguk-anggukan kepala nya.

Tidak lama Adnan memberhentikan mobilnya di salah satu toko besar yang menjual kue dan sekaligus ada cafe nya.

"Aira mau pilih sendiri kue nya?" Tanya Nafisah dan memutar badannya ke belakang.

"Iya bunda," jawab Humaira.

"Ayo turun," ajak Nafisah dan setelah itu mereka berdua turun dari dalam mobil.

Nafisah dan Humaira masuk kedalam toko kue tersebut dan mulai memilih bermacam kue untuk di beli.

Nafisah juga tidak lupa membelikan kue untuk sahabatnya yang tadi sudah dia hubungin, serta Nafisah juga membelikan kue untuk pemilik pesantren dan juga ustadz ustadzah yang dulu pernah memberikan ilmu kepadanya.

Cukup banyak kue yang dibeli oleh mereka berdua, terutama Nafisah yang membeli hampir 15 kue. Pegawai toko membantu untuk membawakan kotak-kotak kue itu ke mobil dan Adnan sudah membukakan pintu bagasi mobil untuk meletakkan kue.

"Banyak banget kamu beli kue nya buat apa?" Tanya papi Firdaus saat Nafisah dan Humaira masuk kedalam mobil.

"Buat ustadz sama ustadzah yang ngajar, sudah lama juga Nafisah tidak ke pesantren mungkin 2-3 tahun," jawab Nafisah dan memasang sabuk pengamannya.

Adnan menutup pintu bagasi mobil dan setelah itu masuk kedalam mobil, memasang sabuk pengaman dan kembali mengendarai mobil menuju pesantren.

Sudah 1 jam Adnan mengendarai mobil dan masih memerlukan waktu 2 jam lagi untuk bisa sampai ke pesantren yang mereka tuju.

Ketiga orang yang duduk di belakang sudah tertidur tenang dengan posisi duduk dan Humaira yang tidur di pelukan papi Firdaus.

"Mas," panggil Nafisah.

"Iya?" Tanya Adnan.

"Misalnya nanti kita sudah punya anak, apa mas masih akan tetap sayang sama Aira?" Tanya Nafisah.

"Kenapa kamu nanya kaya gitu?" Tanya balik Adnan.

"Aku cuma penasaran, kalo mas gak mau jawab juga gakpapa," jawab Nafisah.

"Walaupun Aira cuma anak angkat kita, aku akan tetap sayang sama Aira seperti anak kandung aku sendiri," jawab Adnan.

Setelah itu keadaan kembali menjadi hening dan fokus dengan kegiatan masing-masing. Nafisah fokus dengan hp dan pikirannya, sedang Adnan fokus menyetir.
















-












-




Jangan lupa tinggalkan vote kalian kalo suka dengan cerita ini dan berikan komentar kalo kalian menemukan ejaan atau kata yang salah.






Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang