bahagia

4.4K 352 5
                                    

Tidak lama Adnan kembali kedalam ruangan Humaira dengan membawa 2 orang lainnya dan itu membuat Nafisah sangat kaget.

"Mami papi," kata Nafisah turun dari kasur dan menghampiri kedua orang tua Adnan.

Nafisah mencium tangan mami dan papi, setelah itu menatap Adnan untuk menanyakan dimana ketemu sama kedua orangtuanya.

"Aku gak sengaja ketemu sama mami dan papi di parkiran," kata Adnan mengerti dengan tatapan yang diberikan oleh Nafisah.

"Aira kenalin ini mami dan papi nya ayah," kata Adnan kepada Humaira yang menatap mereka bingung.

Nafisah menatap kedua orang tua Adnan dengan sedikit hati-hati, takutnya mereka tidak bisa menerima kehadiran Humaira.

"Maaf, Aira gak bisa Salim tangan Aira di infus," kata Aira pelan.

"Gak papa sayang," kata mami Fitri mendekati Humaira.

"Bunda, Aira mau duduk," kata Humaira kepada Nafisah.

"Sini biar Oma yang bantu kamu," kata mami Fitri dan membantu Humaira untuk duduk.

"Ini sayang kamu beri makan Aira, aku mau jelaskan semuanya kepada mami dan papi," kata Adnan menyerahkan bungkus makan dan setelah itu pergi menuju sofa yang sedikit jauh dari kasur Humaira.

"Sayang kita makan dulu, biar bunda Suapin," kata Nafisah mengeluarkan kotak masuk dan membukanya.

"Ayam goreng," kata Humaira bahagia.

"Bunda cuci tangan dulu," kata Nafisah meletakkan kotak nasi ke atas nakas dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangannya.

Selesai mencuci tangan, Nafisah menyuapi Humaira makan dan dia sangat bahagia melihat Humaira makan dengan senyuman yang tidak pernah lepas dari bibirnya.

"Alhamdulillah, kenyang," kata Humaira setelah meminum air putih.

"Kok sudah kenyang? Padahal ayah beliin kamu banyak ayam goreng," kata Adnan yang sudah selesai menjelaskan semuanya.

"Nanti Aira makan lagi," kata Humaira dengan senyum manisnya.

"Mami sama papi setuju dengan keputusan kamu dan mami juga bahagia sekarang memiliki cucu yang cantik dan manis seperti Aira," kata mami Fitri.

"Ayah kata bunda nanti setelah Aira tinggal sama bunda dan ayah, bunda akan masukkan Aira ke pesantren," beritahu Humaira dengan kebahagiaannya.

"Kenapa gak sekolah umum aja dulu? Kan Aira masih kecil emangnya bisa cuci baju sendiri?" Tanya Adnan.

"Aira maunya pesantren dan Aira juga sudah biasa cuci baju sendiri," jawab Humaira.

"Kalo ayah gak beri ijin gimana?" Tanya Adnan menggoda Humaira.

"Aira akan marah sama ayah, sampai ayah ijinkan Aira," jawab Humaira dengan wajah cemberutnya.

"Dan nanti Oma yang akan marahin ayah kamu, karena bikin cucu cantik Oma sedih," kata mami Fitri.

"Ye, Aira punya temannya dan ayah sendirian," kata Aira dengan ketawanya.

"Kata siapa ayah sendirian? Ayah sama opa," kata Adnan tidak mau kalah.

"Opa maunya sama Aira," kata papi Firdaus dan mendekati Humaira.

"Bunda sama Aira juga," kata Nafisah saat melihat Adnan menatapnya.

"Lihat Aira, ayah kamu sudah kalah," kata mami Fitri dan Adnan menampilkan wajah cemberutnya.

"Ayah ngaku kalah," kata Adnan dan membuat kami semua tertawa.

Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang