Batin Ayah

2.8K 203 2
                                    


Pagi ini Nafisah disibukkan degan mengurus Adnan yang dari subuh tadi muntah-muntah.

"Hoek...hoek...hoek...," Adnan kembali muntah di dalam kamar mandi dan Nafisah dengan cepat menghampiri Adnan.

Tadi Nafisah pergi sebentar ke dapur untuk membuatkan Adnan teh hangat dan juga meminta tolong sama bi Ami untuk membuatkan bubur buat Adnan.

Tapi saat dia kembali ke kamar, dia dikagetkan dengan suara orang muntah dari dalam kamar mandi.

"Mas sebenarnya makan apa sih sampai muntah-muntah begini?" Tanya Nafisah saat masuk ke dalam kamar mandi dan memijit tengkuk Adnan agar semuanya dimuntahkan.

Apa lagi yang mau Adnan muntahkan kalo semua makanan di dalam perutnya sudah keluar dan hanya tinggal rasa mual saja lagi.

Adnan mencuci mulutnya dan setelah itu berjalan dengan pelan karena badannya sangat lemas, Nafisah membantu Adnan dengan memapahnya.

Adnan duduk ke atas kasur dengan bersandar di kepala kasur dan Aisyah memberikan teh hangat yang tadi dia buatkan.

"Sayang, perutku nggak enak," rengek Adnan dengan manja setelah meminum sedikit teh hangat.

"Sini aku oleskan minyak kayu putih," kata Nafisah dan mengambil minyak kayu putih yang ada di atas nakas di dekatnya.

Nafisah menyikap baju Adnan sedikit dan setelah itu mengoleskan minyak kayu putih yang sudah ditumpah ke telapak tangannya sedikit.

"Rasanya mual banget, padahal aku nggak ada makan makanan pedas sama asam," beritahu Adnan dengan lemas.

Nafisah menatap wajah pucat suaminya itu dan memikirkan apa penyebab dari suaminya jatuh sakit.

"Sepertinya ini bawaan bayi yang aku kandung, soalnya pagi ini aku tidak merasakan mual sedikit pun dan malah mas yang muntah-muntah," kata Nafisah setelah mencoba berpikir positif.

"Tapikan kamu yang hamil sayang," kata Adnan.

"Namanya juga ikatan batin antara ayah dan anak" kata Nafisah, "sabar saja dan nikmati prosesnya" sambung Nafisah dan membuat Adnan cemberut.

"Rasanya sangat tidak enak sayang, perut aku mual banget," rengek Adnan.

"Itu yang aku rasakan setiap pagi mas, jadi sekarang mas rasakan dan nikmati saja prosesnya," kata Nafisah dan setelah itu berdiri dari duduknya.

"Jangan kemana-mana, temani mas di sini saja," kata Adnan dan menahan tangan Nafisah agar tidak pergi.

"Aku mau mandi sebentar mas, gerah nih belum mandi," kata Nafisah dengan sangat lembut agar Adnan membiarkan dia buat pergi mandi sebentar saja.

Dari subuh tadi sebelum sholat subuh Nafisah sudah ingin pergi mandi tapi ditahan oleh Adnan dan tadi jam 6 Nafisah ingin mandi ditahan juga oleh Adnan.

Sekarang Nafisah tidak bisa lagi untuk sabar karena badannya gerah dan dia kebiasaan mandi subuh, sekarang sudah kesiangan buat Nafisah mandi.

"Nanti saja sayang, temani mas dulu," pinta Adnan dengan sangat manja.

"Cuma sebentar mas, ini sudah jam delapan dan sudah sangat siang buat aku mandi" kata Nafisah dengan menarik tangannya yang dipegang oleh Adnan, "sepuluh menit saja" sambung Nafisah dan setelah itu langsung masuk ke dalam kamar mandi sebelum dia kembali ditahan oleh Adnan.

Adnan memasang ekspresi cemberut saat melihat Nafisah masuk ke dalam kamar mandi sampai pintu itu tertutup rapat.

Adnan bingung dengan tubuhnya yang ingin bermanja-manja dengan Nafisah dan tidak mau pisah dengan Nafisah sedetik pun, kalo pisah maka ada perasaan sedih yang Adnan rasakan.

Selagi menunggu Nafisah selesai mandi, pikiran Adnan melayang memikirkan beberapa makanan manis yang ingin dia makan padahal Adnan tipe orang yang tidak terlalu suka dengan makanan mania tapi sekarang dia otaknya hanya ada makanan manis saja.

"Gue mau makan kue coklat buat mami," kata Adnan berbicara sendirian dan dengan cepat menjangkau hp Nafisah yang ada di nakas dekat dia.

Adnan males jalan untuk mengambil hp nya yang berada di atas meja rias Nafisah dan lagian Nafisah juga tidak akan marah kalo hp nya Adnan pakai.

Adnan membuka hp Nafisah menggunakan sidik jarinya karena kemarin sudah dia daftarkan sendiri di depan Nafisah dan Nafisah tidak protes sedikit pun, Adnan mencari nomor mami Fitri dan langsung menghubunginya.

Adnan menunggu beberapa detik buat mami Fitri mengangkat telponnya, mami Fitri sangat cepat kalo mengangkat telpon Nafisah berbeda dengan Adnan yang harus menghubungi 2-3 kali baru diangkat oleh mami Fitri.

"Assalamualaikum, ada apa Nafisah?" Salam dan tanya mami Fitri dengan lembut

"Walaikumsalam mami, ini Adnan," jawab salam dari Adnan.

"Ada apa kamu nelpon mami?" Tanya mami Fitri dengan nada bicara yang sudah berubah.

"Tadi aja lembut banget bicaranya, sekarang berubah lagi," sindir Adnan.

"Kamu mau bicara apa, cepatan mami lagi sibuk?" Tanys mami Fitri dengan ketus.

"Mami buatkan kue coklat, Adnan pengen makan kue coklat buatan mami," pinta Adnan dengan manja kepada mami Fitri.

"Kamu kenapa jadi aneh begini, bukannya kamu nggak suka makan yang manis-manis?" Tanya mami Fitri bingung.

"Mas Adnan lagi ngidam mi," beritahu Nafisah yang baru keluar dari dalam kamar mandi dan mendengar pembicaraan Adnan dengan mami Fitri.

"Oh nular ya ternyata ngidamnya," kata mami Fitri dari seberang sana.

"Bukan ngidam saja, tapi aku merasa mual juga," kata Adnan dengan kesal karena sampai sekarang perutnya masih terasa tidak enak.

"Nikmati saja proses anak pertamanya biar kamu tahu bagaimana rasanya hamil muda" kata mami Fitri dengan tawa kecilnya, "nanti agak siangan mami ke sana sekalian bawakan kue coklat yang kamu mau" sambung mami Fitri.

"Makasih mami" ucap Adnan, "Adnan tutup dulu telponnya, Assalamualaikum" salam Adnan.

"Walaikumsalam," jawab salam dari mami Fitri dan setelah itu menutup telponnya.

Adnan meletakkan hp Nafisah kembali ke atas nakas dan menatap Nafisah yang sedang menggunakan gamisnya.

"Nggak perlu natap kaya gitu," kats Nafisah dan membuat Adnan langsung mengalihkan pandangan matanya.

Nafisah selesai menggunakan gamis dan khimarnya karena bi Ami mengetok pintu kamar untuk mengantarkan bubur buat Adnan sarapan.

Nafisah menyuapi Adnan makan dengan penuh kesabaran yang sangat tinggi karena Adnan seperti anak kecil yang sangat sulit makan dan harus diperlakukan dengan lembut agar mau membuka mulutnya.

Selesai menyuapi Adnan, Nafisah turun ke dapur untuk meletakkan peralatan makan dan gelas yang kotor ke wastafel.

"Mas Adnan mana?" Tanya Lestari yang seperti baru saja bangun dari tidur.

"Mas Adnan ada di kamar aku, lagi nggak enak badan," jawab dan beritahu Nafisah.

"Oo," kata Lestari dan setelah itu melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam kamarnya.

Nafisah menatap pintu kamar Lestari dan Adnan yang sudah tertutup rapat dan setelah itu melanjutkan langkah kakinya menuju dapur.

Nafisah meletakkan peralatan makan yang kotor itu ke wastafel dan nanti biar bi Ami yang mencuci karena Nafisah tidak bisa lama-lama meninggalkan bayi besar yang ada di dalam kamarnya karena akan sangat rewel.

Mau tidak mau Nafisah harus menemani bayi besarnya istirahat karena kalo tidak ditemani bayi besar itu tidak mau istirahat.





Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang