Hari yang sibuk

3.4K 236 1
                                    

Sudah 2 Minggu Humaira berada di pesantren dan Nafisah menjalani kehidupannya seperti biasa.

Nafisah bangun seperti biasa jam 3 subuh dan melaksanakan sholat tahajud.

Setelah sholat subuh Nafisah langsung menuju dapur untuk membuatkan sarapan, tapi bedanya hari ini Nafisah hanya membuat untuk 2 orang saja.

Selesai membuat roti bakar untuk 2 orang, Nafisah kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya dengan yang bersih.

"Kamu mau kemana? Ini masih jam 6 pagi," tanya Adnan yang baru saja masuk kedalam kamar Nafisah dan melihat Nafisah sedang duduk di depan meja ria.

"Aku harus ke butik untuk periksa barang yang baru datang tadi malam dan jam sepuluh nanti aku harus ke kampus untuk menemui dosen pembimbing aku," jawab Nafisah dan memasang hijab yang sudah di siapkan nya.

"Kalo gitu aku pergi dulu dan mungkin aku akan pulang malam," beritahu Nafisah dan berdiri dari duduknya.

"Jangan terlalu malam dan kamu jangan lewatkan waktu makan," ingatkan Adnan.

"Iya mas," kata Nafisah dan mengambil tas selempang dan juga tas laptop nya.

Setelah itu mereka berdua keluar dari dalam kamar dan berjalan menuju depan rumah.

Nafisah menghidupkan mobilnya dan meletakkan barang bawaannya ke jok di samping pengemudi.

"aku berangkat dulu mas," pamit Nafisah dan menghadap Adnan yang berdiri dibelakangnya.

"Kamu hati-hati bawa mobilnya," kata Adnan dan Nafisah mencium tangan Adnan.

"Iya mas, assalamualaikum," salam Nafisah dan masuk kedalam mobil.

Nafisah menutup pintu mobil dan memasang sabuk pengamannya.

"Walaikumsalam," jawab salam dari Adnan dan setelah itu Nafisah langsung menancap gas untuk menuju butiknya.

"Hari ini akan menjadi hari yang sangat sibuk" kata Nafisah, "semangat Nafisah" sambung Nafisah memberi semangat untuk dirinya sendiri.

Nafisah menambah kecepatan mobilnya agar bisa lebih cepat sampai ke butik.

karena jarak dari rumah Adnan dan butik sedikit jauh, Nafisah harus menempuh waktu sekitar 30-40 menit untuk sampai ke butik tergantung dengan keadaan jalanan.

Sekarang Nafisah sudah memarkirkan mobilnya di depan butik dan lampu butik sudah menyala yang artinya ada keberadaan manusia didalam butik.

Nafisah turun dari dalam mobil dengan membawa 2 tas dan masuk kedalam butik yang mana pintunya tidak terkunci.

"Eh kakak sudah datang," kata Syifa yang baru keluar dari ruang kerja Nafisah yang berada di lantai atas dengan handuk yang melilit di kepalanya.

"Kamu tidur di butik lagi?" Tanya Nafisah dan meletakan ke 2 tasnya ke atas sofa yang khusus untuk pembeli duduk.

"Iya kak, soalnya barangnya datang sekitar jam sebelas malam dan aku malas untuk pulang karena sudah larut malam," jawab Syifa.

"Kamu sudah sarapan?" Tanya Nafisah ke Syifa.

"Belum kak," jawan Syifa.

"Sana kamu beli bubur dekat taman, sekalian belikan untuk kakak juga," kata Nafisah mengambil dompetnya dari dalam tas dan menyerahkan selembar uang berwarna biru ke Syifa.

"Jangan lupa punya kakak gak pakai kacang," ingatkan Nafisah.

"Siap kak, kalo gitu aku beli bubur dulu," kata Syifa menerima uang dari Nafisah dan mulai melangkahkan kakinya.

Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang