pertama kali

3.8K 305 1
                                    

Kami sudah sampai di rumah Adnan dan Lestari, dimana mereka sudah tinggal bersama begitu lama dan sekarang muncul Nafisah untuk bergabung hidup bersama mereka.

"Biar aku yang gendong Aira dan belanjaan biar aku minta tolong sama Bi ami," kata Adnan dan turun dari mobil.

Membuka pintu mobil di bagian Nafisah dan menggendong Humaira untuk di pindahkan kedalam kamar agar Humaira bisa tidur lebih enak.

Nafisah ikut masuk kedalam rumah dan didalam rumah begitu banyak perabotan mahal dan berkelas, di setiap dinding rumah terpajang foto Adnan bersama Lestari yang memperlihatkan bagaimana kebahagian yang ada di dalam rumah tangga mereka.

Nafisah merasa begitu bersalah telah masuk kedalam rumah tangga mereka sebagai madu atau orang ketiga. Kalo pun Nafisah bisa memilih dia tidak ingin berada dalam situasi seperti ini, dia tidak ingin masuk kedalam rumah tangga orang dan dia tidak ingin menjadi orang ketiga didalam hubungan.

Tapi sayang, semuanya sudah di atur sama Allah SWT dan kita sebagai hambanya hanya bisa menerima dengan ikhlas serta sabar untuk menjalani semua ini. Kita harus percaya di setiap peristiwa pasti ada hikmah yang akan kita dapatkan walaupun kita tidak akan menyadari dalam waktu yang cepat.

"Aira tidur di kamar kamu atau kamar tamu saja?" Tanya Adnan dan membuyarkan lamunan Nafisah.

"Kamar aku aja," jawab Nafisah dan setelah itu mengikuti Adnan menaiki anak tangga untuk menuju lantai 2.

Nafisah membantu membukakan pintu kamar yang tidak jauh dari letak tangga dan betapa terpesonanya Nafisah dengan keadaan kamar yang pintunya baru saja terbuka.

Kamar itu memiliki warna putih dan juga biru, warna kesukaan Nafisah dan perabotan semuanya tersusun dengan rapi di tempatnya sesuai kebiasaan Nafisah. Serta di atas kepala kasur terdapat foto pernikahan Adnan dan Nafisah saat acara akad nikah.

Adnan meletakkan tubuh Humaira ke atas kasur dengan pelan agar tidak membangunkan Humaira dan setelah itu Nafisah memakai selimut di badan Humaira sampai batas leher.

"Pakaian kamu sudah di masukkan semua kedalam lemari," beritahu Adnan.

"Makasih mas," ucap Nafisah.

"Lebih baik sekarang kamu juga istirahat, karena selama di rumah sakura kamu sangat jarang istirahat," kata Adnan ke Nafisah.

"Aku mau bantuin angkat belanjaan dulu, sekalian aku mau mencuci baju Aira yang tadi baru di beli agar bisa dipakai," kata Nafisah.

"Nanti biar aku minta bi Ami saja untuk nyuci baju Aira," kata Adnan.

"Aku masih bisa untuk mencuci sendiri dan juga sekarang sudah ada mesin cuci, tinggal dimasukkan dan tekan tombol selesai," kata Nafisah.

"Ya udah kalo itu mau kamu," kata Adnan dan setelah itu mereka berdua keluar dari dalam kamar.

Nafisah membantu membawa belanjaan masuk kedalam rumah dan meletakkannya ke dapur, sedangkan semua pakaian Humaira yang baru di beli langsung di masukkan kedalam mesin cuci untuk di cuci terlebih dahulu.

"Biar saya aja non," larang bi Ami saat Nafisah ingin memasukkan buah-buahan kedalam kulkas.

"Sudah bi, bibi kerjakan yang lain saja dan mulai sekarang panggil saya Nafisah tidak pakai kata 'non'," kata Nafisah dan kembali lanjut memasukkan buah-buahan kedalam kulkas.

"Bibi sudah lama kerja di sini?" Tanya Nafisah dan menutup pintu kulkas karena sudah selesai memasukkan semua buah.

"Sudah non...eh Nafisah maksud bibi, mungkin hampir lima tahun saya kerja disini," jawab Bi Ami dan menyusun bumbu masak ketempat nya.

"Bi buatkan saya teh hangat," pinta Adnan ke Bi Ami.

"Iya tuan," kata bi Ami dengan sopan.

"Biar saya saja Bi yang buatkan teh untuk mas Adnan, bibi lanjut kerja aja," kata Nafisah dan mengambil alih cangkir yang di pegang oleh Bi Ami.

Nafisah membuatkan teh untuk Adnan dan membawanya ke meja makan, karena Adnan sedang duduk disana dengan tangan kanannya memegang hp serta pandangan fokus ke layar hp yang ada di tangannya.

"Ini mas teh nya," kata Nafisah dan meletakkan cangkir teh itu di depan Adnan.

"Kenapa kamu yang buat? Bi Ami mana?" Tanya Adnan kaget saat melihat Nafisah yang meletakkan secangkir teh di hadapannya.

"Aku ini istri kamu jadi aku yang harus mengurus keperluan kamu bukan bi Ami," kata Nafisah.

"Mas mau buah? Biar aku potongkan," tanya Nafisah ke Adnan.

"Boleh, tapi buah apel saja," jawab Adnan.

Setelah itu Nafisah kembali ke dapur dan mengambil 2 buah apel dari dalam kulkas, mencucinya terlebih dahulu, dan setelah itu baru memotongnya.

"Beruntung tuan menemukan istri seperti Nafisah, yang mau mengurus tuan," kata bi Ami.

"Emangnya mba Tari selama ini gak pernah mengurus mas Adnan?" Tanya Nafisah ke Bi Ami walaupun sebenarnya dia akan tau jawabannya seperti apa.

"Boro-boro untuk mengurus pak Adnan, untuk membuatkan teh saja Bu Tari tidak mau," jawab Bi Ami.

"Mulai sekarang Nafisah yang akan memasak makanan dan mengurus mas Adnan, bibi tugasnya hanya membantu Nafisah," kata Nafisah.

"Siap Nafisah," kata bi Ami.

"Aku antar ini dulu ke mas Adnan," kata Nafisah membawa piring yang sudah berisi potongan buah apel dan tidak lupa satu buah garpu.

"Ini mas buahnya," kata Nafisah meletakkan piring tersebut di hadapan Adnan.

"Suapin," kata Adnan sedikit manja.

"Dasar manja," kata Nafisah dan menarik kursi di samping Adnan.

"Gak papa manja sama istri sendiri," kata Adnan dan kembali fokus melihat layar hp nya.

Nafisah menusuk potongan buah menggunakan garpu dan mengarahkannya ke mulut Adnan, dengan senang hati Adnan menerima potongan buah dari Nafisah.

"Mau makan apa malam ini?" Tanya Nafisah dan kembali memberikan Adnan satu potong buah.

"Terserah kamu mau masak apa, aku akan makan semua makanan yang kamu masak," jawab Adnan.

"Kalo aku masak kayu sama batu kamu masih mau makan?" Tanya Nafisah dengan bercanda.

"Aku belum mau mati dengan cara konyol seperti itu," kata Adnan dan meletakkan hpnya ke atas meja makan.

"Kalo gitu mas mau makan apa? Biar aku gak bingung masakin nya," tanya Nafisah lagi.

"Ayam asam manis," jawab Adnan.

"Itu aja?" Tanya Nafisah lagi.

"Iya, sisanya terserah kamu aja," jawab Adnan dan mengambil garpu yang ada di tangan kanan Nafisah.

"Oke" kata Nafisah,"mba Tari sudah kasih kabar kapan pulang?" Tanya Nafisah.

"Belum, nomornya tidak aktif saat aku hubungin," jawab Adnan.

"Mas sabar, mungkin hp mba Tari habis baterai," kata Nafisah.

Nafisah bisa melihat di mata Adnan memancarkan rasa khawatir dan juga marah karena istri pertamanya tidak bisa di hubungin setelah terakhir kali Nafisah menghubungi mba Tari di rumah sakit.

Disinilah tugas Nafisah berperan, Nafisah harus bisa memberikan perkataan yang bisa menghilangkan sedikit rasa khawatir Adnan dan juga menasehatinya agar tidak terbawa emosi saat mba Tari pulang nanti.












Jangan lupa tinggalkan jejak kalian.








Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang