Sarapan

3.9K 304 7
                                    


Setelah menghabiskan 2 buah pir, Nafisah memutuskan untuk kembali kedalam kamarnya yang ada di lantai untuk mandi agar badannya kembali segar.

Nafisah masuk kedalam kamar dan dia bisa melihat Humaira masih tidur dengan nyenyak diatas kasur dengan selimut yang menutupi badannya, posisi tidurnya pun sudah berubah tidak seperti saat Nafisah keluar dari dalam kamar.

Nafisah membuka lemari pakaian untuk mengambil pakaian dan setelah itu masuk kedalam kamar mandi untuk melaksanakan ritual membersihkan diri.

Sekitar 10 menit didalam kamar mandi akhirnya Nafisah keluar dengan wajah yang sudah segara dan pakaian yang sudah di ganti dengan gamis berwarna hitam.

Nafisah duduk di meja rias dan mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer, setelah itu menggunakan hijab lebar berwarna maroon yang sangat cocok dengan kulit putihnya.

Nafisah kembali turun ke lantai bawah untuk membangunkan Adnan karena di mesjid dekat rumah sudah mulai mendengarkan suaranya untuk memberikan tanda kalo adzan subuh sebentar lagi akan di kumandangkan.

"Mas bangun," kata Nafisah dengan lembut dan mengelus wajah Adnan yang mulai di tumbuhi bulu-bulu halus.

"Hmmmm," gumam Adnan dan mulai membuka matanya dengan pelan.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Adnan dengan suara khas orang bangun tidur dan masih mengumpulkan kesadarannya.

"Jam 5 kurang 5 menit," jawab Nafisah dan menatap wajah Adnan.

"Aku tau kalo aku ganteng," kata Adnan dengan percaya diri yang sangat tinggi dan mengubah posisinya menjadi duduk.

"Mas kenapa tidur disini?" Tanya Nafisah dan tidak menghiraukan kepercayaan diri Adnan.

"Aku ketiduran pas lagi nunggu Lestari pulang," jawab Adnan.

"Lestari sudah pulang?" Tanya Adnan ke Nafisah.

"Sudah kok dari tadi malam, tapi kamu sudah tidur jadinya aku yang membuka pintu untuk mba Tari," jawab Nafisah.

"Sudah sana mas mandi dan setelah itu pergi ke mesjid untuk sholat subuh," perintah Nafisah.

"Iya, kalo gitu aku ke kamar dulu sekalian liat Lestari," kata Adnan berdiri dari duduknya.

Adnan masuk kedalam kamar dia dan Lestari, sedangkan Nafisah yang ditinggalkan sendirian di ruang keluarga hanya menatap punggung Adnan yang mulai menghilang di balik pintu kamar.

Nafisah melipat selimut yang di gunakan Adnan dan membawanya menuju kamar tidurnya di lantai atas, sekalian Nafisah ingin membangunkan Humaira.

Sesampainya didalam kamar, Nafisah memasukkan selimut tadi ke dalam lemari dan setelah itu melangkah mendekati kasur dimana Humaira masih tidur dengan nyenyak.

"Sayang bangun," kata Nafisah dengan lembut dan duduk disisi kasur samping humaira tidur.

"Sebentar lagi bunda," kata Humaira dengan mata yang tertutup dan menutup wajahnya dengan selimut.

"Gak ada sebentar-sebentar, sekarang juga Aira bangun, sikat gigi, dan cuci muka," kata Nafisah dan menarik selimut yang menutupi wajah Humaira.

"Iya bunda," kata Humaira mengubah posisinya menjadi duduk dengan mata yang masih tertutup rapat.

"Sudah sana kamu ke kamar mandi," perintah Nafisah dan berdiri dari duduknya.

Humaira turun dari atas kasur dan berjalan menuju kamar mandi dengan keadaan mata yang masih merem melek karena kesadarannya belum terkumpul semua.

******

Setelah sholat subuh dengan Humaira, Nafisah langsung menuju dapur yang letaknya di lantai bawah untuk membuatkan sarapan.

Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang