Terharu

3.3K 244 2
                                    


"Hal apa memangnya?" Tanya mami Fitri penasaran.

"Mami mau tahu aja atau tahu banget?" Tanya Adnan menggoda mami Fitri.

"Adnan cepetan bilang," kata mami Fitri yang kesal karena dia sudah sangat penasaran.

"Oke-oke" kata Adnan, "alasannya karena sekarang...Nafisah sedang hamil" sambung Adnan dengan bahagia.

"Kalian jangan bercanda deh, ini nggak lucu dibuat percandaan," kata mami Fitri nggak percaya.

"Kamu hamil Nafisah?" Tanya papi Firdaus dan menatap Nafisah dengan fokus.

Nafisah menjawab pertanyaan papi Firdaus dengan anggukkan kepalanya dan bibir yang tertarik ke atas dengan lebar.

"Akhirnya pi kita akan punya cucu," kata Mami Fitri dengan bahagia dan langsung memeluk Nafisah dari samping.

"Selamat sayang," ucap papi Firdaus dan ikut memeluk Nafisah.

Sekarang Nafisah berada di tengah-tengah mami Fitri dan papi Firdaus yang sedang memeluknya.

Mami Fitri menangis terharu mendengar kabar kehamilan Nafisah, dia sangat bahagia karena sebentar lagi dia akan menjadi seorang oma yang sebenarnya.

"Mami kenapa nangis?" Tanya Nafisah saat papi Firdaus sudah melepaskan pelukannya dan Nafisah sedikit memutar tubuhnya menghadap mami Fitri.

"Mami sangat bahagia, akhirnya doa doa mami terkabulkan," kata mami Fitri dengan air mata yang masih mengalir.

Mami Fitri berdiri dari duduknya dan menghampiri Adnan dengan cepat.

"Selamat Adnan, akhirnya kamu akan menjadi seorang ayah, mami ikut senang dengarnya," kata mami Fitri dan setelah itu menjatuhnya dirinya di pelukan Adnan anak satu-satunya.

"Akhirnya mi kesabaran Adnan selama ini berbuah hasil, sebentar lagi Adnan akan dipanggil ayah sama anak kandung Adnan sendiri," kata Adnan yang ikut menangis.

"Baru kali ini papi melihat Adnan menangis seperti itu," kata papi Firdaus kepada Nafisah.

Nafisah dan papi Firdaus hanya bisa diam saja saat melihat pemandangan seorang ibu dan anak laki-laki menangis bahagia bersama.

"Kamu mau nggak mangga muda?" Tanya papi Firdaus kepada Nafisah yang dati tadi diam saja.

Mendengar papi Firdaus menyebut mangga muda membuat Nafisah menelan ludahnya sendiri dan dengan cepat Nafisah menganggukkan kepalanya sambil menatap papi Firdaus dengan mata yang berbinar.

"Ayo kita ke taman belakang biar papi petikan, kebetulan pohon mangga dibelakang sedang berbuah," ajak papi Firdaus.

Papi Firdaus dan Nafisah berdiri dari duduk mereka dan setelah itu Nafisah mengikuti papi Firdaus dari belakang untuk menuju taman belakang, mereka meninggalkan ibu dan anak laki-laki yang masih berpelukan.

Saat sampai di taman belakang mata Nafisah berbinar saat melihat pohon mangga yang berbuah lebat dan sebuah buahnya masih muda karena mereka baru berbuah.

"Kamu tunggu di sini, biar papi saja yang ambil," kata papi Firdaus dan Nafisah menganggukkan kepalanya dengan antusias.

Papi Firdaus memetik buah mangga yang bisa dia jangkau karena pohon mangganya pun tidak terlalu tinggi sehingga masih bisa di jangkau yang bagian bawahnya.

"Papi jangan banyak-banyak nanti nggak habis," kata Nafisah saat papi sudah memetik 5 buah mangga muda yang berukuran besar.

"Iya," kata papi Firdaus yang mengakhiri kegiatannya memetik mangga muda.

"Ayo kita ke dapur biar papi buatkan kamu bumbu rujak," ajak papi Firdaus.

"Sini pi Nafisah bantu," kata Nafisah mau membantu papi Firdaus membaga mangga muda.

"Papi bisa sendiri bawanya" kata papi Firdaus, "kamu mau makan pakai bumbu kacang atau pakai air gula?" Tanya papi Firdaus.

"Bumbu kacang" jawab Nafisah, "tapi terserah papi saja" sambung Nafisah karena dia takut merepotkan papi Firdaus.

"Papi buatkan bumbu kacang sesuai keinginan kamu," kata papi Firdaus dan mereka berdua mulai melangkahkan kaki kembali masuk ke dalam rumah.

"Papi bisa buat bumbu kacang?" Tanya Nafisah.

"Tentu saja bisa, soalnya dulu ibu papi jualan gado-gado jadi papi tahu cara-cara membuat bumbu kacang," jawab papi Firdaus dan Nafisah mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Papi sama Nafisah dari mana, tiba-tiba saja menghilang?" Tanya mami Fitri yang datang bersama dengan Adnan dan seperti sedang mencari keberadaan papi Firdaus dan Nafisah.

"Dari taman belakang, petik mangga muda," jawab papi dan tetap melanjutkan langkah kakinya menuju wastafel karena dia perlu mencuci mangga muda itu terlebih dahulu.

"Papi biar Nafisah yang cuci dan kupas mangganya," kata Nafisah.

Nafisah ingin melangkahkan kakinya menghampiri papi tapi tangannya tiba-tiba saja ditahan oleh Adnan dan membuat Nafisah menatap Adnan dengan tatapan bingung.

"Kamu duduk manis saja di sini, jangan melakukan kegiatan apapun nanti kamu kecapean," kata Adnan dan mengajak Nafisah menuju meja makan.

Adnan menarik kursi meja makan dan meminta Nafisah untuk duduk di kursi itu.

"Tapi...," Baru juga Nafisah mau bucara sudah dipotong oleh Adnan.

"Nggak ada tapi-tapian, kamu duduk manis saja," kata Adnan dengan tegas.

"Iya Nafisah, kamu duduk saja di sana biar mami yang bantuin papi," kata mami Fitri yang mendukung keinginan Adnan dan setelah itu mami Fitri melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Kalo gitu aku ambil tas aku dulu," kata Nafisah yang ingin berdiri dari duduknya.

"Kamu tunggu di sini saja, biar aku yang ambilkan," kata Adnan yang melarang Nafisah untuk pergi.

Setelah itu Adnan pergi ke ruang keluarga untuk mengambil tas Nafisah dan Nafisah hanya bisa pasrah dengan keadaannya yang sekarang karena dia tidak bisa melakukan apa-apa selain duduk.








Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang