Sahabat

3.7K 262 6
                                    


Selesai sarapan, Nafisah mengajak Humaira menuju kamar untuk mengganti pakaian Humaira karena dia ingin ikut Adnan pergi ke kantor.

Nafisah memilihkan gamis berwarna pink dan juga hijab yang berwarna serupa, serta sendal berwana hitam yang dihiasi dengan pita berwarna pink.

"Tok...tok...."

"Masuk," kata Nafisah mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.

"Sudah siap putri ayah?" Tanya Adnan saat pintu kamar sudah terbuka.

"Sudah ayah," jawab Humaira dan menampilkan senyuman manisnya.

"Ayo kita berangkat sekarang," ajak Adnan.

"Iya ayah," kata Humaira.

Satu keluarga itu berjalan menuju teras rumah, tentunya tanpa adanya kehadiran Lestari.

"Nanti Aira dengerin kata ayah," nasehat Nafisah.

"Iya bunda," kata Humaira yang sudah berdiri disamping Adnan.

"Aku berangkat kerja dulu," pamit Adnan kepada Nafisah.

Nafisah mencium tangan Adnan dan Adnan mencium kenang Nafisah dengan lembut.

"Aira ikut ayah dulu bunda," kata Humaira dan mencium tangan Nafisah.

"Iya sayang," kata Nafisah.

"Kalo gitu kami berangkat dulu, assalamualaikum," pamit dan salam Adnan.

"Assalamualaikum bunda," salam dari Humaira.

"Walaikumsalam," jawab salam dari Nafisah dan setelah itu ayah dan anak itu masuk kedalam mobil.

"Dah bunda," kata Humaira dan melambaikan tangannya ke Nafisah.

"Dah sayang," kata Nafisah yang juga melambaikan tangannya dengan senyuman lebar di bibirnya.

Mobil Adnan mulai menjauh dari perkara gan rumah dan Nafisah kembali masuk kedalam rumah, tapi di ruang keluarga dia bertemu dengan lestari yang masuk saja datang dari dapur.

"Kamu jangan berharap kalo saya akan berterima kasih karena kejadian subuh tadi," kata lestari dengan datar dan setelah itu pergi masuk kedalam kamarnya.

"Astaghfirullah," istighfar Nafisah dan mengelus dadanya agar bersabar.

Nafisah menuju kamarnya yang ada dilantai atas untuk istirahat sebentar sebelum semua sahabatnya datang. Mereka sudah membuat janji akan datang jam 9 nanti dan sekarang baru menunjukkan pukul 7 pagi, artinya Nafisah memiliki waktu 2 jam untuk mengistirahatkan badannya.

Baru saja Nafisah membaringkan tubuhnya di atas kasur, hp yang Nafisah letakkan di nakas samping kasur berbunyi menandakan kalo ada panggil masuk.

Nafisah mengambil hpnya dan tertera nama Mifta (salah satu sahabat Nafisah), Nafisah menggeser tombol berwarna hijau dan menempelkan hp tersebut ke telinganya.

"Buka pintu," kata Mifta dan setelah itu memutuskan hubungan telpon.

Nafisah sudah terbiasa dengan kelakuan Mifta yang akan datang seenaknya saat kita membuat janji untuk berkumpul ataupun mengerjakan tugas, dia tidak akan mengikuti jam janji yang sudah disepakati di grup mereka dan akan datang sesuai dengan keinginannya.

Terpaksa Nafisah harus bangun dari atas kasur dan melupakan waktu istirahat nya. Nafisah turun ke lantai bawah dan membuka pintu untuk Mifta yang ternyata sudah berdiri di depan pintu rumah.

"Assalamualaikum," salam Mifta saat melihat pintu rumah terbuka dan menampilkan sahabatnya.

"Walaikumsalam, ayo masuk," jawab salam dari Nafisah.

"Aira mana?" Tanya Mifta dan melangkah masuk kedalam rumah.

"Ikut mas Adnan kerja," jawab Nafisah.

"Terus istri pertama suami Lo mana?" Tanya Mifta lagi.

"Lagi istirahat di kamarnya, sudah kita naik ke atas aja," jawab dan ajak Nafisah.

Syukur saja dilantai atas disediakan ruang tv yang bisa Nafisah pakai untuk mengerjakan tugas bersama semua sahabatnya.

"Sudah dibilang jam 9, kenapa lo malah datang jam 7?" Tanya Nafisah saat mereka sudah sampai di lantai atas.

"Males di rumah," jawab Mifta dan menjatuhkan bokongnya ke atas sofa empuk.

"Gitu aja terus alasan lo," kata Nafisah yang ikut duduk disamping Mifta.

"Lo kapan mulai masuk kuliah?" Tanya Mifta.

"Lusa," jawab Nafisah dan menyandarkan punggungnya ke kepala sofa.

"Gak ada minum sama cemilan?" Tanya Mifta.

"Ambil sendiri aja di dapur sana," jawan Nafisah dan menghidupkan televisi yang ada didepannya.

"Jangan lupa kalo ini bukan rumah orang tua Lo yang membuat gue bisa berbuat apapun," kata Mifta mengingatkan.

"Astaghfirullah gue lupa," kata Nafisah dan menepuk kepalanya pelan.

"Masih mau minta gue ambil sendiri?" Tanya Mifta.

"Gue yang ambilkan, lo tunggu disini," jawab Nafisah dan bangkit dari duduknya.

Nafisah pergi menuju dapur yang ada di lantai bawah dan sesampainya di dapur Nafisah bertemu dengan Bi Ami yang baru selesai membersihkan rumah.

"Bi bisa tolong buatkan minum untuk sahabat Nafisah?" Tanya Nafisah.

"Bisa non, untuk berapa orang?" Jawab dan tanya Bu Ami.

"Untuk tujuh orang bi," jawab Nafisah.

"Iya non, nanti bibi antar ke atas," kata Bi Ami.

"Makasih Bi," ucap Nafisah dan setelah itu kembali ke lantai atas.

"Lo pesan aja untuk cemilannya nanti biar gue yang bayar," kata Nafisah ke Mifta.

"Mau pesan apa?" Tanya Mifta dan mengeluarkan hp nya.

"Terserah lo aja, gue mau ambil hp sama laptop di kamar dulu," jawab dan kata Nafisah.

"Oke bos," kata Mifta dan jarinya mulai sibuk di atas layar hp.

Nafisah meninggalkan Mifta yang sedang sibuk mesan cemilan untuk dirinya, entah apa yang akan dipesan oleh Mifta tugas Nafisah hanya membayar.

Nafisah mengambil laptop, hp, serta 2 lembar uang ratusan yang dia masukkan kedalam saku gamisnya.

"Lo pesan apa?" Tanya Nafisah dan meletakkan laptop ke atas meja.

Minuman sudah tersaji di atas meja dan juga ada toples berisi kue kering yang entah dimana Bi Ami mendapatkannya.

"Gak ada, soalnya masih pagi dan beberapa toko belum buka," jawab Mifta.

"Ya sudah nanti siang aja pesannya," kata Nafisah.

"Tugas Lo sudah selesai?" Tanya Mifta.

"Tinggal sedikit lagi," jawab gue dan mulai menghidupkan laptop yang ada di hadapan gue.

"Ini katanya mereka sudah di depan rumah," kata Mifta dan memperlihatkan layar hp nya.

"Pasti lo kan yang minta mereka datang cepat?" Tanya Nafisah dan berdiri dari duduknya.

"Enggak kok, mereka aja yang mau," jawab Mifta.














-








-




-

Jangan lupa tinggalkan vote kalo kalian suka dengan cerita ini dan berikan komentar kalo kalian menemukan ejaan atau kata yang salah.

Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang