Apakah ini nyata?

3.2K 245 5
                                    


Nafisah sudah menginap di rumah bang Gaffar dan mba Putri semalam 3 dan selama 3 hari itu juga Dafi ridak mau pisah dari Nafisah, bermain sampai tidur inginnya bersama dengan Nafisah.

Tapi tadi pagi 8 bang Gaffar, mba Putri, dan Dafi pergi ke rumah orangtua mba Putri karena papi mba Putri jatuh sakit sehingga 1 keluarga itu harus pergi dan kemungkinan akan menginap di sana.

Sekarang pukul 10 pagi dan Nafisah sudah berada di jalanan, Nafisah harus pulang ke rumah hari ini karena besok pagi Adnan dan Lestari pulang dari liburan mereka di Bali.

Tapi sebelum pulang ke rumah, Nafisah ingin pergi ke rumah sakit terlebih dahulu untuk periksa kesehatannya, karena 3 hari terakhir ini Nafisah sering banget merasa sakit kepala dan setiap pagi Nafisah pasti muntah.

Nafisah bingung dengan keadaan tubuhnya sekarang, takutnya malah penyakit maag Nafisah tambah parah karena Nafisah tidak menjaga pola makannya dikarena sibuk.

Setelah menempuh perjalanan selama 40 menit, Nafisah sampai di rumah sakit besar yang posisinya dekat dengan rumah yang sekarang dia tempati dan sekalian searah dengan jalan pulangnya

Nafisah menyembunyikan tas besar yang berisi barang-barang elektronik nya ke bawah bangku kursi takutnya ada orang-orang jahil dan sebagai antisipasi saja.

Nafisah turun dari dalam mobil dengan membawa tas selempang kecilnya dan mengunci mobilnya.

Kaki Nafisah melangkah masuk ke dalam rumah sakit dan Nafisah mengambil nomor antrian dokter umum karena dia tidak tahu penyakit apa yang sedang dia alami.

Syukur saja antrian tidak terlalu panjang dan Nafisah juga mengambil jalur VIP sehingga tidak banyak orang, alasannya karena Nafisah tidak terlalu suka berada di rumah sakit terlalu lama dan dia memilih bayar lebih banyak tapi cepat keluar dari rumah sakit.

Baru saja Devina duduk, belum sampai satu menit namanya langsung dipanggil oleh suster dan diminta masuk ke dalam ruangan dokter yang khusus melayanin pasien VIP.

Nafisah melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan dokter dan aroma obat yang kuat langsung menusuk hidungnya sehingga membuat rasa mual di perut Nafisah, tapi Nafisah menahannya sehingga rasa mual itu sedikit demi sedikit menghilang.

"Silahkan duduk ibu Nafisah," persilahkan dokter perempuan yang akan memeriksa Nafisah.

Nafisah duduk di kursi depan meja kerja dokter dan otomatis dia berhadap dengan dokter perempuan.

"Ada keluhan apa ibu?" Tanya dokter perempuan itu dengan ramah dan senyuman yang melekat di bibirnya.

"Akhir-akhir ini saya sering merasakan sakit kepala sama mual dan ketiga terakhir ini setiap pagi saya selalu muntah," beritahu Nafisah dengan apa yang dia alami dan rasakan.

"Apa badan ibu juga terasa pegal dan capek?" Tanya dokter perempuan itu.

"Iya dok, tapi cuma bagian punggung  saya saja yang terasa pegal," jawab Nafisah.

"Kapan terakhir ibu datang bulan?" Tanya dokter itu yang membuat Nafisah kebingungan dengan pertanyaan dokter.

"Bulan kemarin" jawab Nafisah dengan rasa, "karena seingat saya bulan ini saya belum datang bulan" sambung Nafisah dengan perasaan yang tidak enak.

"Sebaiknya ibu pergi ke dokter kandungan untuk memastikan" kata dokter perempuan itu, "suster tolong antarkan ibu Nafisah ke ruangan dokter Sari" perintah dokter perempuan itu ke suster yang sedang berada di ruangan.

"Ada apa dok?" Tanya Nafisah kebingungan.

"Saya curiganya ibu sedang hamil, jadi untuk lebih pastinya ibu bisa pergi bertemu dengan dokter kandungan," jawab dokter perempuan itu.

"Mari ibu Nafisah ikut dengan saya biar saya antarkan ke ruangan dojter kandungan," kata suster dan dengan ragu-ragu Nafisah bangkit dari duduknya.

Nafisah berjalan di belakang suster dengan perasaan yang campur aduk, ada perasaan sedih, kaget, bahagia, dan tidak percaya dengan apa yang keluar dati mulut dokter perempuan itu.

"Ya allah semoga apa yang dokter itu ucapkan adalah kebenaran," doa Nafisah di dalam hatinya.

Tapi Nafisah tidak bisa terlalu berharap karena dia tahu yang sebenarnya dan belum ada bukti juga, Nafisah tidak ingin karena harapannya yang terlalu tinggi malah membuat Nafisah jatuh sejatuh-jatuhnya karena harapannya sendiri.

Nafisah menghentikan langkah kakinya karena suster yang berada di depannya juga berhenti dan suster itu mengetok pintu ruangan yang di depannya ada tulisan dokter kandungan.

Tidak lama ada suster atau bisa disebut asisten dokter yang membukakan pintu ruangan dan suster yang mengantarkan Aisyah menyerahkan sebuah kertas ke suster yang membukakan pintu.

"Saya permisi dulu bu," pamit suster yang mengantarkan Aisyah karena dia harus kembali bekerja.

"Terima kasih sus," ucap Nafisah dan suster itu menganggukkan kepalanya.

"Silahkan masuk bu," persilahkan suster yang membukakan pintu dan Nafisah melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.

"Ibu Nafisah?" Tanya dokter perempuan yang langsung berdiri dari duduknya dan Nafisah menganggukkan kepalanya.

"Perkenalkan saya dokter Sari, dokter kandungan yang akan meriksa ibu" kata dokter Sari memperkenalkan dirinya, "silahkan ibu berbaring biar kita bisa langsung melakukan USG untuk memastikan" perintah dokter Sari.

Nafisah meletakkan tas selempangnya ke kursi depan meja kerja dokter Sari dan membaringkan tubuhnya ke atas brangka yang di sampingnya sudah ada alat USG.

"Maaf ibu saya naikkan bajunya," kata Suster yang meminta izin terlebih dahulu untuk menaikkan gamis yang Nafisah pakai.

Nafisah membantu suster menaikan gamis yang dia pakai sampai bawa dada dan sekarang perut telanjangnya sudah terpampang nyata, Suster memasangkan selimut untuk menutupi bagian kaki Nafisah walaupun Nafisah sudah menggunakan celana legging panjang.

Jantung Nafisah berdetak dengan kencang, dia sudah tidak sabar dengan hasil yang akan dia dengar dari mulut dokter.

"Maaf ibu saya oleskan gel nya dulu," kata dokter Sari dan mulai mengoleskan gel bening di perut rata Nafisah dengan lembut.

Dokter Sari mengambil alat USG dan mulai menggerakkan di atas perut Nafisah, ada rasa geli yang Nafisah rasakan tapi dia tahan dan tidak terlalu terasa karena rasa penasarannya.

"Selamat ibu ternyata hamil dan usia kandungan ibu sudah jalan 4 minggu, ibu bisa lihat sendiri titik hitam itu adalah calon bayi ibu," beritahu dokter dengan menunjukkan titik hitam di layar.

Seperti petir di siang bolong, air mata Nafisah langsung menetes rasanya dia  masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengan dan perasaan bahagia yang sangat luar biasa.









Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang