Ngidam pertama

3.7K 249 4
                                    


Sekarang mereka sedang di perjalanan menuju rumah orangtua Adnan dan mereka menggunakan mobil Nafisah karena Nafisah tidak suka aroma pewangi mobil yang ada di mobil Adnan.

Sehingga mau tidak mau Adnan harus mengalah demi kenyamanan Nafisah dan bahkan Adnan sangat bersemangat karena ini pertama kalinya Adnan akan mewujudkan ngidam seorang perempuan yang sedang hamil anaknya.

Adnan berjanji pada dirinya akan menjaga Nafisah dan janin yang ada di dalam perut Nafisah dengan baik-baik dan memastikan semua keinginan calon anaknya terpenuhi.

Adnan ingin menjadi seorang suami yang siaga buat Nafisah, yang akan memenuhi semua ngidam Nafisah bagaimanapun caranya.

"Pokoknya nanti pewangi di mobil mas harus diganti," kata Nafisah yang duduk anteng di samping Adnan yang sedang menyetir.

"Iya sayang nanti mas ganti pewangi nya seperti pewangi di mobil kamu," kata Adnan yang mengiyakan keinginan Nafisah.

"Awas saja kalo nggak di ganti, aku nggak akan mau naik mobil mas," ancam Nafisah.

"Iya sayang," kata Adnan dengan sabar.

Setelah itu Nafisah mengeluarkan pouch berisi peralatan make up nya dan meletakkan di atas pangkuannya.

Hari ini Nafisah hanya make up tipis saja karena dia hanya ingin membuat wajahnya sedikit segar.

Nafisah make up sangat tipis sampai-sampai wajahnya tidak terlihat seperti orang yang menggunakan make up.

Sebenarnya kalo boleh jujur Nafisah lebih suka wajahnya alami tanpa make up, tapi karena memiliki kulit putih membuat wajah Nafisah terlihat pucat seperti orang yang sedang sakit kalo tidak menggunakan sedikit make up untuk memberi warna di wajahnya.

Dengan pandangan yang fokus ke depan, tangan kiri Adnan mengulur ke arah perut Nafisah dan mengusap perut Nafisah dengan lembut.

"Geli mas kalo di situ" kata Nafisah saat tangan Adnan tidak sengaja mengusap bagian geli di perutnya, "nah di sini nggak geli" beritahu Nafisah setelah membenarkan letak telapak tangan Adnan di bagian perutnya yang tidak terasa geli.

Nafisah tidak bisa melarang Adnan untuk tidak mengusap perutnya karena Nafisah tahu bagaimana rasa bahagianya saat mengetahui perjuangan dan keinginannya selama ini akhirnya terwujud.

Nafisah ingat bagaimana dulu bahagianya bang Arsyad saat mengetahui mba Putri hamil dengan keadaan janin yang sehat, hampir setiap hari bang Arsyad tidak pernah absen mengusap dan mencium perut mba Putri.

"Mas mau tahu nggak kejadian aneh saat aku nginap di rumah bang Arsyad?" Tanya Nafisah dengan menatap Adnan.

"Kejadian aneh apa?" Tanya Adnan penasaran.

"Aku tidak tahu ini pertunjuk atau apa, tapi saat malam pertama aku nginap di rumah bang Arsyad dan waktu itu aku tidur dengan Dafi" cerita Nafisah, "tiba-tiba saja Dafi mencium perut aku dan memanggil 'baby' berulang kali dengan menunjuk-nunjuk perut aku dan waktu itu aku belum sadar kalo aku sedang hamil" sambung Nafisah.

"Baru kemarin saat aku pergi ke dokter buat periksa karena badan aku akhir-akhir itu terasa tidak enak dan setiap pagi selalu saja muntah dan awalnya aku pikir cuma kecapekan saja karena akhir-akhir itu aku sangat sibuk menyiapkan materi sidang skripsi aku dan juga mengurus bisnis, saat diperiksa oleh dokter umum, aku langsung dirujuk ke dokter kandungan dan baru waktu itu aku tahu kalo ternyata aku sedang hamil," beritahu Nafisah dengan panjang lebar.

"Mulai sekarang kamu tidak boleh terlalu capek, mas tidak ingin terjadi sesuatu kepada kamu dan calon anak kita," kata Adnan dengan tegas.

"Iya," sahut Nafisah dengan sangat terpaksa karena Nafisah sudah membayangkan kalo dia akan sangat susah mendapatkan izin dari Adnan buat keluar dari dalam rumah.

Mereka menempuh perjalanan selama 30 menit untuk sampai di rumah kedua orang tua Adnan dan satpam langsung membukakan pintu pagar saat mengentahu kalo yang datang adalah Adnan dan Nafisah.

Adnan memarkirkan mobilnya di samping mobil papi yang masih terpakir dengan rapi.

"Sepertinya papi tidak pergi kerja," kata Nafisah saat dia melepas sabuk pengaman.

"Mungkin papi lagi capek kerja," kata Adnan dan setelah itu mereka turun dari dalam mobil.

Adnan menghampiri Nafisah yang menunggunya dan setelah itu Adnan menggandeng tangan Nafisah dengan erat.

Mereka menaiki 5 anak tangga yang untuk sampai di teras rumah dan setelah itu tanpa mencet bel atau mengetok, Adnan langsung membuka pintu rumah dan mengajak Nafisah jntuk masuk ke dalam.

"Assalamualaikum," salam Nafisah saat melangkahkan kaki kanannya masuk.

Tapis sebelumnya Adnan dan Nafisah melepas sendal yang mereka pakai dan menggantinya menggunakan sedal rumah yang sudah di sediakan biar rumah tetap bersih.

"MAMI," teriak Adnan denfan keras dan membuat Nafisah yang berada di sampingnya kaget.

"Jangan teriak-teriak," tegur Nafisah dan Adnan hanya membalas dengan cengiran.

"Apaan sih kamu Adnan teriak-teriak, jni rumah bukan hutan," kata mami Fitri dengan marah-marah saat keluar dari dalam kamarnya.

"Assalamualaikum mami," salam Nafisah dan menarik tangannya dari genggaman Adnan.

"Walaikumsalam sayang," jawab salam dari mami Fitri dan setelah itu Nafisah salim dengan mami Fitri diikuti oleh Adnan.

"Papi mana mi?" Tanya Nafisah yang sudah berpindah berdiri di samoing mami.

"Papi di sini," sahut seorang laki-laki dari sofa yang tidak jauh berada dari posisi mereka sekarang.

Nafisah melangkahkan kakinya menghampiri papi Firdaus dan langsung salim dengan papi Firdaus.

"Maaf pi, Nafisah nggak lihat kalo papi ada di sini," kata Nafisah setelah selesai salim.

"Nggak apa-apa Nafisah, ayo duduk dulu," ajak papi Firdaus dan meminta Nafisah untuk duduk di sampingnya.

Nafisah duduk di samping papi Firdaus dan disusul oleh mami Fitri yang duduk di samping Nafisah, sedangkan Adnan duduk sendirian.

"Papi kenapa nggak kerja?" Tanya Nafisah.

"Hari ini papi mau istirahat, capek kerja terus" jawab papi Firdaus, "dan mami kamu melarang papi buat kerja hari ini" beritahu papi Firdaus dengan suara pelan agar mami tidak mendengar.

Tapi tetap saja mami Fitri mendengar apa yang dikatakan papi Firdaus ke Nafisah.

"Itu demi kebaikan papi juga, kalo nggak dimarahi kaya gitu pasti sekarang papi sudah pergi kerja" kata mami Fitri, "sama saja seperti anaknya yang gila kerja" sambung mami Fitri.

"Kok Adnan dibawa-bawa, dari tadi Adnan diam saja," protes Adnan karena nama dia dibawa-bawa.

"Memang kenyataannya gitu, mau gimana lagi," kata mami Fitri.

"Oke mulai sekarang Adnan nggak akan gila kerja lagi," kata Adnan.

"Tumben, biasanya kamu selalu nolak kalo mami minta kamu buat tidak terlalu keras dalam bekerja.?" Tanya mami Fitri heran.

"Karena ada sesuatu hal yang membuat Adnan melakukan itu," jawab Adnan dengan senyum yang lebar.









Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang