Mencari kebenaran

4.2K 244 9
                                    

Tadi malam, Nafisah sibuk menenangkan Adnan yang sangat sedih dan bahkan Adnan melewatkan waktu makan malamnya.

Bagaimanapun pernikahan mereka berjalan hampir 6 tahun dan suka duka sudah mereka lewati bersama, tentu saja perpisahan adalah pilihan terberat yang harus mereka alami.

Tapi rasa kecewa Adnan sangat besar, Adnan tidak percaya kalo Lestari melakukan itu dibelakangnya.

Seharusnya Lestari berbucara jujur kepadanya kalo dia tidak mau hamil untuk waktu dekat karena harus mengerjar impiannya, pasti Adnan akan memikirkannya dan Adnan juga tidak akan egois karena yang hamil adalah Lestari bukan dirinya nanti.

Malam tadi setelah Adnan tertidur karena capek menangis, Nafisa menghubungi Lestari secara diam-diam dan mengajak Lestari untuk bertemu hari ini.

Nafisah ingin memastikan sendirian dengan mendengar langsung dari mulut Lestari.

Nafisah tidak ingin percaya begitu saja karena sekarang banyak orang yang melakukan editan terhadap video dan foto untuk membuat kesalahpahaman dan Nafisah tidak mau itu terjadi sebelum mendengar langsung dari Lestari.

Nafisah akan bertemu dengan Lestari di apartemen Lestari, apartemen yang awalnya Lestari beli buat investasi, tapi sekarang akan dia gunakan buat dirinya tinggi untuk sementara ini.

Lestari berencana untuk pergi dari kota ini setelah dia dan Adnan resmi bercerai, Lestari sudah tidak mengharapkan maaf dan rujuk dengan Adnan.

Lestari sadar kesalahan yang dia lakukan sangat besar dan tidak ada satu orangpun bisa memaafkan kesalahan yang dia buat, tidak hanya satu, dua kali, tapi sudah berulang kali Lestari melakukan kesalahan itu dan membuat dirinya pun menyesal telah melakukan itu.

Nafisah akan berangkat jam 10 ke apartemen Lestari, tapi Nafisah akan izin dengan Adnan kalo ada mau pergi ke kantor dan butik untuk mengurus pekerjaan.

Adnan pun hari ini dia hanya ingin diam di rumahnya, dia butuh menenangkan diri sendiri dan pikirannya yang sangat berantakan.

"Mas, aku pergi dulu ya," pamit Nafisah kepada Adnan yang daripada tadi duduk di sofa balkon kamar.

"Yakin kamu nggak mau mas anterin?" Tanya Adnan dan menatap Nafisah.

"Iya mas, aku cuma sebentar kok, nanti jam makan siang aku pulang," jawab Nafisah.

"Kalo gitu pakai sopir aja," kata Adnan.

"Aku bisa sendiri mas," kata Nafisah yang kekeh ingin pergi sendiri.

Kalo dia pergi dengan sopir sama saja bohong, pastinya sopir akan memberitahukan tujuan mereka kepada Adnan.

"Ya sudah, tapi kamu hati-hati bawa mobil, mas nggak mau kamu sama anak kita kenapa-napa," pesan Adnan.

"Iya mas" kata Nafisah, "kalo gitu aku pergi dulu" pamit Nafisah dan salin dengan Adnan.

"Assalamualaikum," salam Nafisah.

"Walaikumsalam," jawab salam dari Adnan dan setelah itu Nafisah melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar mereka.

Nafisah berangkat menggunakan mobilnya menuju alamat apartemen yang sudah dikirimkan oleh Lestari tadi pagi.

"Maafin aku, mas, aku bohong sama mas," kata Nafisah yang merasa bersalah karena sudah berbohong kepada suaminya sendiri.

Nafisah mengendarai mobil selama 40 menit dan dia sampai disebuah apartemen yang bisa dibilang bagus, tapi tidak terlalu mewah.

Nafisah memarkirkan mobilnya dan menghubungi Lestari, karena dia tidak bisa masuk sendiri.

Penjagaan apartemen ini cukup ketat dan tidak bisa sembarangan orang masuk, terkecuali sudah mendapatkan izin dari orang yang ingin dia temui.

"Assalamualaikum mba" salam Nafisah saat panggilan telpon tersambung, "aku sudah di parkiran"beritahu Nafisah.

"Walaikumsalam Nafisah" salam dari Lestari, "lo tunggu di lobi ya, gue turun sekarang" pinta Lestari.

"Iya mba," kata Nafisah dan setelah itu panggilan telpon terputus.

Nafisah turun dari dalam Mobilnya dan menunggu Lestari di lobi apartemen.

"Maaf sudah buat lo nunggu lama," kata Lestari yang sudah datang.

"Tidak apa-apa mba" kata Nafisah, "maaf ya, aku nggak bawa apa-apa soalnya buru-buru ke sini" ucap Nafisah.

"Tidak masalah" kata Lestari dengan senyuman di bibirnya, "ayo kita ke apartemen aku" ajak Lestari dan Nafisah menganggukkan kepalanya.

Nafisah dan Lestari masuk ke dalam lift dan leatari menekan tombol angka 5 dan menempelkan kartu identitas penghuni apartemen agar lift bisa bergerak.

"Mas Adnan tahu lo mau ke sini?" Tanya Lestari saat lift mulai tertutup.

"Tidak tahu" jawab Nafisah, "aku bilangnya mau ke butik" beritahu Nafisah dan Lestari menganggukkan kepalanya.

Nafisah memperhatikan keadaan Lestari, kantung mata yang menghitam, mata yang bengkak, dan tatapan mata yang lesu.

Nafisah tahu dibalik senyuman yang Lestari perlihatkan kepadanya, ada rasa sakit hati dan juga kecewa di dalam dirinya.

Sesampainya di lantai 5, Lestari mengajak Nafisah ke dalam unit apartemennya.

"Lo duduk dulu, gue ambilkan minuk sebentar," kata Lestari dan Nafisah duduk di sofa.

Nafisah memperhatikan apartemen Lestari yang tidak terlalu rapi karena ada beberapa barang yang tidak terletak di tempatnya, tapi Nafisah mengerti dengan kondisi Lestari.

"Maaf cuma ada air putih," kata Lestari emletakkan botol air putih dingin di atas meja.

"Tidak apa-apa mba" kata Nafisah dan memandang Lestari yang duduk di sofa seberangnya, "mba" panggil Nafisah dan membuat Lestari menatapnya.

Nafisah terdiam sebentar, dia bingung harus mulai bicara dari mana, dia takut membuat Lestari sakit hati dengan kata-katanya.

"Mas Adnan, sudah memberitahu lo?" Tanya Lestari dan Nafisah menganggukkan kepalanya.

"Itu nggak benar kan mba, itu cuma editan kan?" Tanya Nafisah dengan tatapan mata penuh harapan agar Lestari bilang kalo itu tidak benar.

Lestari menundukkan kepalanya dan menghela nafas berat.

"Semua yang ada di video itu benar" kata Lestari dengan kembali mengangkat kepalanya dan menatap Nafisah, "gue menyesal Nafisah, gue khilaf telah melakukan itu, gue terlalu gila dengan karir sampai melakukan hal kejam seperti itu kepada calon anak gue sendiri, geu benar-benar menyesal" sambung Lestari dengan air mata yang mengalir turun.

Nafisah berdiri dari duduknya dan berpindah duduk ke samping Lestari, Nafisa memeluk tubuh Lestari.

Setidaknya dengan begini Nafisah bsia menenangkan Lestari dan Nafisah juga bingung harus berkata apa lagi.

Hal yang ingin Nafisah dengar dari Lestari bukan ini, tapi Nafisah ingin dengar kalo itu bohong dan hanya editan, tapi Lestari membernarkan semuanya dan mengakui kesalahan yang dia lakukan.

Nafisah memeluk Lestari sampai tenang, setidaknya Lestari tenang dulu biar mereka bisa bicara dengan nyaman.





Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang