Adnan menangis

4.6K 268 1
                                    


Nafisah tidak sadar kalo ternyata dia tertidur, karena yang Nafisah ingat tadi setelah muntah Nafisah membaringkan tubuhnya ke atas kasur.

Nafisah kebangun saat merasakan gerakan kasur di sampingnya seperti ada orang yang baru saja duduk.

"Sudah mas bilangin berulang kali jangan telat makan nanti maag kamu kambuh dan sekarang kejadian kan, " kata Adnan dengan kesal dan membuat Nafisah membuka matanya dengan lebar.

"Mas kapan sampainya?" Tanya Nafisah dan dengan cepat mengubah posisinya menjadi duduk.

"Tiga puluh menit yang lalu, tapi mas mandi dulu," jawab Adnan dan Nafisah mengambil tangan kanan Adnan dan menciumnya.

"Apa yang kamu lakukan sampai telat makan?" Tanya Adnan.

"Nafisah nggak ada telat makan dan maag Nafisah nggak kambuh juga," kata Nafisah dan menatap mata Adnan.

"Tapi kata bi Ami pagi tadi setelah sarapan kamu muntah-muntah dan kamu bilang sama bi Ami kalo maag kamu kambuh," kata Adnan heran.

"Oh itu Nafisah bohong sama bi Ami," beritahu Nafisah.

"Terus kamu kenapa muntah-muntah?" Tanya Adnan.

Nafisah tidak menjawab pertanyaan dari Adnan, tapi dia mengambil sebuah kotak dari dalam laci nakas serta satu foto yang dalam posisi terbalik sehingga Adnan tidak bisa melihat foto apa itu.

"Nih," kata Nafisah memberikan kotak itu ke Adnan.

"Apa ini sayang?" Tanya Adnan saat menerima kotak itu.

"Mas buka saja," kata Nafisah yang tidak ingin menjawab pertanyaan dari Adnan.

Dengan perlahan Adnan membuka tutup kota itu dan wajah Adnan langsung berubah menjadi kaget.

Dengan tangan yang bergetar, Adnan mengangkat satu testpack yang memperlihatkan 2 garis biru.

"Sayang kamu?" Tanya Adnan yang tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Nafisah menatap mata Adnan dan menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan dari Adnan.

Adnan meletakkan kembali testpack yang dia pegang ke dalam kotak dan meletakkan kotak itu ke atas kasur.

"Makasih sayang," ucap Adnan saat sudah memeluk Nafisah dengan erat dan Nagosah bisa mendengar isakan tangis Adnan.

"Selamat, mas akan menjadi seorang ayah yang sebenarnya," kata Nafisah dan membalas pelukan Adnan.

Nafisah menyandarkan kepalanya di bahu kanan Adnan dan tangannya sibuk mengusap punggung Adnan.

Adnan melonggarkan pelukan mereka dan menatap Nafisah dengan mata yang sudah basah dengan air mata bahagia.

"Makasih makasih makasih," ucap Adnan berulah kali dan menyerang wajah Nafisah dengan ciuman.

Adnan menghentikan kegiatannya dan Nafisah menghapus air mata Adnan menggunakan jari jempol nya.

"Jangan nangis lagi" kata Nafisah, "ini hasil USG janin yang ada di perut Nafisah, masih kecil soalnya usianya baru tiga minggu" beritahu Nafisah dengan memperlihakan foto hasil USG ke Adnan.

"Makasih sayang, kamu mau mewujudkan keinginan terbesar aku," ucap Adnan dengan Air mata yang kembali mengalir turun.

"Mas jangan berterima kasih dengan Nafisah karena Nafisah hanya menjalankan apa yang dititipkan oleh Allah SWT" kata Nafisah, "berterima kasih lah kepada Allah SWT karena sudah mempercayai kita untuk menjaga titipan terbesarnya" sambung Nafisah.

"Mas berhenti nangis, nanti anak kita juga ikut nangis kalo melihat ayahnya nangis," kata Nafisah yang kembali menghapus air mata Adnan.

"Mas sangat bahagia" kata Adnan dan menatap perut rata Nafisah, "kamu tubuh sehat di dalam sana sayang, ayah tidak sabar bertemu dengan kamu" sambung Adnan dengan mengusap perut Nafisah yang masih rata tapi terasa sedikit keras.

"Kamu sekarang ngidam apa sayang biar mas belikan?" Tanya Adnan dengan antusias.

"Aku sedang tidak mau makan apa-apa," beritahu Aisyah.

"Serius kamu tidak mau apa-apa?" Tanya Adnan dengan sedikit kecewa.

"Sebenarnya sih ada, tapi Nafisah takut ngerepotin," kata Nafisah dengan suara pelan.

"Kamu mau apa sayang, bilang saja pasti mas kabulkan?" Tanya Adnan dengan antusias karena dia tidak sabar untuk memenuhi ngidam Nafisah.

"Nafisah mau makan spaghetti buatan mami, tapi Nafsiah takut ngerepotin mami," beritahu Nafisah dengan ragu.

"Ayo sekarang kita berangkat ke rumah mami dan sekalian mas ingin memberitahukan kabar bahagia ini," ajak Adnan dengan sangat semangat.

"Sabar mas, Nafisah ganti baju dulu dan mas juga ganti baju, masa pakai baju itu," kata Nafisah dan menahan Adnan yang sangat bersemangat.

"Nggak perlu ganti baju, kita berangkat sekarang," kata Adnan.

"Mas," panggil Aisyah dengan tegas.

Nafisah tidak mungkin pergi ke rumah mertuanya dengan pakaian lusuh dan wajah yang pucat, nanti apa kata mertuanya saat melihat penampilan Nafisah yang seperti gembel di jalanan.

"Oke oke sekarang kamu ganti baju, tapi jangan lama-lama," kata Adnan yang akhirnya mengalah dan menuruti keinginan Nafisah.

"Iya," kata Nafisah yang turun dari atas kasur.

Nafisah menuju lemari pakaiannya dan mengambil gamis berwarna pink muda dengan motif bunga-bunga kecil dibagian bawahnya.

Nafisah melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya dengan cepat, setelah itu Nafisah mengambil Khimar berwarna hitam polos.

Nafisah memasukkan pouch kecil berisi alat-alat make up simplenya ke dalam tas selempang yang kemarin dia gunakan karena barang-barangnya masih berada di sana, tidak lupa Nafisah memasukkan hp nya.

Adnan yang menunggu Nafisah bersiap tidak diam saja tapi merapikan kasur Nafisah dan meletakkan barang-barang kembali ke tempatnya.

"Ayo mas berangkat," kata Nafisah saat dia sudah selesai dan nanti Nafisah akan make up di mobil saja.





Ikhlas (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang