~|Prolog|~

22K 2.1K 422
                                    

•Jika kesempurnaan adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai. Aku ingin terlahir dengan normal•

••••|Before you leave|••••


Kelahiran anak pertama memang paling yang ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan yang sudah menikah, mengandung dan mendambakan kehadiran buah hati mereka ke dunia dan menunjukan indah dan kusamnya dunia.

Seperti yang tengah dirasakan Nara dan suami, menunggu bayinya lahir dengan selamat dan menciptakan senyuman lebar untuk keduanya. Nara yang tengah berjuang mati-matian untuk anak pertama dan Julian yang memberi semangat untuk sang istri yang menahan rasa sakit.

"Tarik nafas ....."

Mengikuti perintah dokter Nara menarik nafas dan menghembuskan sambil mengejan bersusah payah agar tidak pingsan saat melahirkan. Nara membayangkan bagaimana wajah anaknya nanti, melihat hasil USG yang menunjukkan anak perempuan.

"Ayo sayang kamu pasti bisa, berdoa sama Allah, Ra." Julian mengusap rambut Nara dan mencium keningnya lembut, mengusap air matanya sendiri yang luruh melihat perjuangan sang istri melahirkan anak pertamanya.

Dua tahun menjalankan hidup bersama akhirnya sesuatu yang mereka tunggu akan lahir ke dunia, Nara terus berusaha sekuat tenaga hingga akhirnya perjuangannya hampir selesai.

"Aaaaaa.....akh."

"Owaaaa .... Owaaaa...."

Tangisannya terdengar, tangisan pertama buah hati mereka. Nara tak dapat menahan rasa bahagianya ketika si kecil hadir ke dunia, Julian memeluk tubuh Nara dan mengecup kening hingga bibir Nara mengucapkan terima kasih yang hampir tak terhitung, Nara memejamkan mata merasa sangat lega, kini dirinya sudah menjadi ibu.

"Pak, Bu. Anaknya perempuan, meski baru lahir dia terlihat sangat cantik. Lihat hidungnya mancung serta bibirnya yang indah." Sang suster berbicara dengan menunjukkan bayi yang masih kotor karena darah.

Kedua pasangan ini tersenyum bahagia melemparkan terima kasih satu sama lain serta berterima kasih pada Tuhan yang sudah baik hati memberikan mereka kepercayaan untuk mendidik dan membesarkan anak mereka kelak.

"Aku mau kasih nama dia Kanaya Tabitha, dipanggilnya Naya beda sedikit sama aku." Nara memberikan usulan tersebut dan diterima baik oleh suaminya.

"Nama yang indah, semoga dia bisa membahagiakan kita kelak."

Itu harapan mereka, dengan kesempurnaan masing-masing hingga berharap sang anak bisa meneruskannya.

•••••

Sekarang tepat satu tahun usia Naya, usia di mana sedang gemas-gemasnya. Naya menjadi putri sekaligus cucu tersayang di keluarganya, pujian karena cantiknya paras Naya terdengar dari para tetangga hingga rekan bisnis sang suami.

Nara tentu bahagia dengan ini, meski baru menginjak satu tahun Naya sudah membuatnya merasa sangat senang. Keturunannya memang istimewa, begitulah pikirnya.

"Naya kalo kamu sudah besar harus bisa banggain Bunda sama Ayah, kamu harus pintar kayak Ayah dan cantik kayak Bunda. Pokoknya kamu harus bisa unggul dari siapapun, ok?" Nara berbicara dengan Naya yang sedang duduk sambil bermain dengan mainan miliknya.

Before you leave [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang